part 11

76 19 2
                                    


.
.
.
Malam pun tiba. Setelah mereka menghabiskan makan malam, Jiyeon dan Chanyeol berbincang. Sementara itu Taehyung berada di kamar memandang pintu, ia tak mendengar yang mereka bicarakan. Yang membuat Taehyung terusik ialah pikirannya sendiri, dipikirannya tak berhenti membayangkan dan menerka-nerka apa yang Jiyeon bicarakan.

Dimeja terdapat baju Chanyeol dulu sewaktu terakhir kalinya mereka bertemu.

Baju itu dan barang di atas meja akan dibawa Jiyeon. Disisir guna menemukan jejak dari si penjahat.

Jiyeon bersemangat. Momen seperti ini sangat ia nanti-nantikan. Usaha kerasnya untuk menebus dosa akhirnya terwujud.

"Yang aku ingat," mulai Chanyeol, "malam hari . . . tiga orang berada di kapal ayah . . dan aku mencoba menyelamatkan ayahku tapi seseorang dari belakangku memukul kepalaku berkali-kali dengan tangan kosong ... lalu dia mendorongku ke laut.."

"Chanyeol, dengar aku baik-baik ceritaku maka semua akan jelas mengapa kau bisa berada di sana"
.
.
.
Mendung. Langit abu-abu di atas seperti hendak menjatuhkan salju. Mereka berlima berbondang-bondong menuju penginapan.

Terdengar aneh tapi mereka memilih menghabiskan malam tahun baru di pantai. Sementara kebanyakan orang menikmati di kota, bagi warga desa memilih ke gedung alun-alun desa. Cuaca terlalu dingin dihabiskan di pantai.

Jiyeon berhenti, menatap langit. Langit membuatnya kecewa. Padahal Jiyeon menginginkan cuaca cerah.

Tiba-tiba ia merasakan jemari menggenggamnya. Hangat. Jiyeon menoleh ke arah Chanyeol. Mereka berdua tertinggal, Minah, Hongbin dan Eunji buru-buru ke penginapan. Barang bawaan mereka terlalu berat, tak sanggup meluangkan waktu untuk berhenti.

"Kajja, salju mau turun," ajak lembut Chanyeol. Dari suara Chanyeol, orang yang dengar pasti tau bahwa Chanyeol benar-benar jatuh hati pada Jiyeon.

Lantas Jiyeon tersenyum tipis. Mengikuti langkah Chanyeol di sebelahnya.

Sesampai di penginapan mereka beristirahat. Memakan beberapa camilan. Berbincang-bincang.
Waktu hampir tengah malam.

Masakan yang mereka panggang telah matang. Air soda, nasi, sayuran dan daging di atas meja kayu. Terlihat begitu menggoda, mereka menahan lapar, menunggu waktu tahun baru tiba.

Bersamaan mereka melihat waktu di ponsel. Bersamaan menghitung mundur. Tiga, dua, satu , ,
Chanyeol dan Hongbin menyalakan kembang api. Kembang api itu terbang ke angkasa. Menembus butiran-butiran salju, warna kembang apa itu masih bisa terlihat.

Senyum dan kehangatan menyelimuti. Mereka saling mengucapkan selamat tahun baru, mendoakan satu sama lain dan membuat permintaan baru.

Hidangan telah habis. Kembang api habis. Orang-orang tertidur lelap di dalam. Kecuali Jiyeon dan Chanyeol. Mereka berdua duduk di teras menatap laut.

"Apa yang kau minta?" tanya Chanyeol.

"Belum . . ."

Chanyeol menatap Jiyeon, "Belum tau yang kau inginkan?" tebak Chanyeol.

Jiyeon mengangguk, "Eum . . ."

Angin menerpa wajah Jiyeon. Chanyeol terpana, kulit Jiyeon terlihat putih sepeti cahaya rembulan, dan bibirnya seperti darah, merah menyala.

"Kau seperti putri salju," puji Chanyeol. Jiyeon menoleh ke arah Chanyeol, lalu tersenyum malu.

"Mau jalan-jalan?" tawar Chanyeol, "Kebetulan daerah sini dekat dengan tempat kerja ayahku, dia seorang nelayan, jam segini dia sudah di kapal."

Jiyeon menatap Chanyeol lekat. Ajakan Chanyeol terdengar mengasikkan. Beberapa saat menimbang, akhirnya Jiyeon mengangguk, tanda setuju dengan ajakan Chanyeol.

Flowers In front Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang