12.42 PM

885 150 0
                                    

Aku mengusap wajahku pelan dan menatap pantulan diriku di cermin. Rambut kuning-emasku sedikit basah ujungnya, dan mataku terlihat redup.

Menggeleng pelan, aku mengacak rambutku supaya lebiu cepat kering lalu merapikannya kembali. Setelah dirasa selesai, aku keluar dari kamar mandi.

Jam saat ini adalah jam makan siang. Biasanya aku kesulitan mendapat waktu hanya sekedar sesuap makan. Fangirls itu terus membuntuki seperti induk. Sering, aku berakhir makan bersembunyi atau di belakang taman sekolah.

Ah, nostalgia mengatakannya.

Dulu, dia sering membuatkanku bento dengan tampilan lucu dan unik, masakannya juga selalu memuaskan perut. Sekarang juga, aku masih bisa merasakan masakannya. Aku juga sering memintanya untuk menyuapiku hingga wajahnya memerah malu.

"Kenapa aku memikirkannya sekarang..?"

Tanpa sadar, langkah kakiku membawa ke taman belakang sekolah. Melihat satu pohon yang dulunya aku kunjungi.

Dengan helaan nafas, aku berjalan mendekati pohon hanya ingin menenangkan pikiranku.

Aku bersandar pada badan pohon yang keras, menutup mataku, membiarkan angin membelai wajah. Momen seperti ini sungguh menyenangkan dan nyaman.

Aku merasakan ada yang mendekat kemari, karena malas membuka mata, aku membiarkan orang itu berjalan.

"Kise?"

Langsung kubuka mataku lebar saat mendengar kembali namaku dipanggil dengan suara yang aku rindukan itu.

"Ah.. (Name)-cchi, h-halo ssu.." jawabku dengan nada sedikit bergetar.

Aku menampar mental diriku dimana aku masih merasa takut membuat kesalahan. Matanya berkedip sesaat lalu memutar badannya pergi dari sini.

"T-tunggu (Name)-cchi! Kenapa kau pergi ssu?!" teriakku sambil berdiri dan mendekatinya.

Dia berhenti lalu pandangan kami beradu, dari matanya kulihat luka yang pernah kuukir, dan wajahnya menunjukkan rasa benci padaku.

Padaku seorang.

"Untukmu, panggil aku (Last Name). Dan, jangan ikuti aku," ucapnya dingin lalu melangkah cepat meninggalkanku yang masih membeku.

Setidaknya.. biarkan aku berkata (Name).

𝐈 𝐒𝐭𝐢𝐥𝐥 𝐃𝐨 | K. RYOUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang