𝐈 𝐒𝐭𝐢𝐥𝐥 𝐃𝐨 | K. RYOUTA

11.00 AM

Usai pertandingan, kami mengganti baju dan kapten bilang akan mentraktir makan atas kemenangan tadi. Namun, aku menolaknya kali ini karena jadwal pemotretanku sudah menunggu. Mereka hanya memberiku tatapan mengerti dan tidak memaksaku untuk ikut jika memang aku ada urusan.

Keluar dari gedung pertandingan dengan dua jaket yang kupakai; jaket basket sekolah dan jaket yang biasa kupakai untuk memyamar. Aku menaikkan tudung jaket hingga menutup rambut kuningku dan memakai masker hitam.

Kadang, aku sering lelah dengan pakaian seperti ini tapi apa boleh buat.

"Kise!"

Mendengar namaku dipanggil, aku berbalik dan melihat dia yang berlari ke arahku. Oh, rasanya jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

"E-eh, ada apa ssu?" tanyaku yang secara tidak langsung lupa dengan penyamaranku.

"Sebagai hadiah atas kemenanganmu, aku ingin memberimu ini," dia memberiku sekotak bento yang sudah diikat kain merah.

Aku tersenyum di balik masker, "terima kasih, (Last Name)-cchi! Aku pasti akan memakannya saat makan siang ssu!" jawabku lalu menerima pemberiannya.

Kedua pipinya memerah tak lama kemudian memudar cepat. Dia memberikan anggukan sebagai respon lalu meminta izin permisi untuk pergi.

Namun, tubuhku bergerak sendiri dengan memegang pergelangan tangannya. Aku jadi gugup lagi!

"Ada apa, Kise?"

"Uh-uh, tunggu sebentar ssu!" aku menyimpan bento itu di bawah dan juga tasku, lalu membuka jaket hingga jaket basket sekolah aku beri kepadanya.

"U-untuk apa?"

"Sekarang sudah mau masuk musim gugur, jadi (Last Name)-cchi pasti kedinginan ssu," ucapku.

"T-tidak perlu.. aku baik-baik saja."

"Aku memaksa, loh!" ucapku yang bersikeras supaya diterima.

Menghela nafas, dia akhirnya menerimanya lalu memakai jaketku yang terlihat kebesaran dibadannya yang pendek itu. Terlihat lucu dan aku ingin sekali memeluknya!

"Terima kasih, jaketnya, Kise."

"Tidak perlu berterima kasih padaku. Seharusnya aku yang mengatakan itu ssu."