04.00 PM

561 108 2
                                    

Rambutnya melambai karena angin dan wajahnya terlihat lebih tenang dari yang biasa aku pandang. Sekarang, aku sedang duduk menghadap ke pemandangan kota yang sekarang dominan berwarna jingga.

Dia tidak berhenti bicara soal kehidupannya, seperti kembali mempercayaiku dan mencoba memberiku kesempatan untuk datang ke kehidupannya.

Jujur, aku sendiri senang jika hanya bersamanya saja aku bahagia. Apalagi jika aku menjadi lelakinya?

Tetapi, aku pernah mendustakan kata-kataku sendiri seperti dulu.

"Kise, setelah lulus, kau akan melanjutkan atau bekerja?" tanyanya.

Aku menyandarkan punggungku pada kursi, dan mataku menatap lurus, "kalau bisa aku ingin sekolah supaya bisa menjadi pilot nantinya ssu!"

Aku mendengar dia terkekeh pelan saat mendengar akhir kataku yang terdengar seperti anak kecil saat ditanya cita-cita.

Beberapa saat, hanya keheningan menemani kami. Namun, aku merasakan sunyi ini terasa nyaman, sibuk dengan pikiran masing-masing tapi tidak merasa beban.

Beban.

Aku harus bertanya sekarang atau tidak pernah!

"(Last Name)-cchi.."

"Hm?"

"Apa kau mencintaiku?" tanyaku memberanikan diri melihat dia.

Mulutnya setengah terbuka dan dia seperti bingung untuk menjawab pertanyaanku. Apakah aku terlalu berlebihan? Atau terlalu cepat untuk bertanya?

"Aku tidak bisa bohong pada dirimu terus menerus tapi.. iya, aku masih mencintaimu, Kise."

Mendengar jawabannya itu membuat diriku tidak percaya, apa dia benar-benar mengatakannya? Apakah aku tidak bermimpi kali ini?

"Aku bingung, di satu sisi aku membencimu tapi.. perasaan lainnya malah membuatku lemah jadi aku menyerah dan mengakuinya," suaranya semakin rendah.

Aku menggeserkan badanku untuk lebih dekat dengannya, memeluk bahunya membiarkan air matanya jatuh ke bajuku. Aku tidak peduli soal itu.

Aku peduli soal perasaannya.

Dia merasakan hal yang sama.

Aku juga pernah membencimu, tapi rasa cintaku lebih kuat.

Makanya aku menyerah dengan perasaan ini dan mencoba dekat denganmu lagi.

Supaya perasaan ini tidak memenjaraiku lagi.

"(Last Name)-cchi tahu.. aku juga masih mencintaimu.. sepenuh hatiku," aku mengakuinya.

"Aku minta maaf atas kesalahanku dulu, aku ingin.. memperbaikinya dan memulai hubungan kita dari awal," lanjutku.

Pelan, aku sedikit mendorong bahunya lalu jariku mengusap air matanya yang masih jatuh ke pipinya, aku mencoba tersenyum agar dia tidak terlalu merasakan sakit lagi.

"Jadi, (Name)-cchi.. mari mulai dari awal."

𝐈 𝐒𝐭𝐢𝐥𝐥 𝐃𝐨 | K. RYOUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang