5.12 PM

747 144 0
                                    

"Aww, Kasamatsu-cchi tadi sudah sepuluh kali menendangku ssu.." ucapku sambil mengelus pantatku yang kutebak memerah.

Aku berada di ruang ganti pria. Membuka baju latihan dan memakai kembali seragamku. Karena nanti langsung pergi ke pemotretan. Aku memutuskan untuk tidak memakai dasi dan jas.

Kejadian tiga hari lalu itu, masih terus menghantuiku. Setiap malam aku selalu memikirkannya dan berakhir bermimpi buruk.

Lebih tepatnya, aku mengingat kejadian yang menjadi penyesalan dalam hidupku.

Selama latihan sendiri, aku juga sering tertangkap basah melamun atau tatapan mataku yang tidak biasanya. Aku sadar dan sangat menyadari perubahan diriku. Namun, tidak ingin membuat khawatir orang. Aku hanya bisa menunjukkan senyum.

Kututup pintu ruang ganti lalu berjalan keluar sekolah dengan tas yang kuseret. Hari ini terasa melelahkan, aku jadi ingin pulang langsung ke rumah.

Telingaku mendengar suara tawa yang ada di koridor sekolah, aku melihat tiga perempuan yang sedang bercerita riang. Salah satu dari mereka adalah (Last Name) (Name).

Dia tertawa dan tersenyum tanpa ada beban. Menganggap dunia kotor ini menjadi suci hanya dengan melupakan masalah. Aku sangat merindukan dirinya. Aku rindu dimana akulah yang membuatnya merasakan bahagia.

Tetapi, aku malah membuatnya sengsara bersamaku. Dasar egois.

"Ah! Kise-kun? Baru selesai latihan, ya?"

Lamunanku buyar saat salah satu temannya bertanya padaku. Aku menunjukkan senyum dan tanganku mengusap belakang kepalaku.

"Iya, hari ini latihannya ditambah, jadi aku pulang telat dari biasanya ssu!" jawabku.

"Kalian sendiri kenapa pulang setelat ini ssu?" tanyaku dan aku mencoba curi pandang pada (Name).

"Itu karena (Name)-chan ingin membereskan bekas latihan, daripada dia melakukannya sendiri, kami merapikannya bersama!" jawab teman keduanya.

Aku ber-oh ria mendengarnya. (Name) memang orang yang benci dengan keadaan berantakan. Bukan lagi menjadi hal biasa bagiku.

"Ayo pulang, nanti telat," suaranya terdengar dingin namun tatapannya terlihat melembut pada kedua temannya.

"Ha'i~"

"Sampai jumpa, Kise-kun!"

Keduanya melambaikan tangan dan aku membalasnya. "Sampai jumpa! Sampai bertemu besok (Last Name)-cchi!" teriakku.

"E-eh? Kenapa Kise-kun memanggilmu dengan nama keluarga?"

Aku mendengar temannya bertanya kenapa aku memanggilnya seperti itu. Walau keduanya tahu aku dan dia tidak memiliki hubungan romantis.

"Lalu? Dia bukan siapa-siapaku lagi. Apa masalahnya?"

𝐈 𝐒𝐭𝐢𝐥𝐥 𝐃𝐨 | K. RYOUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang