Sekalinya ada yang comment nulis next doang, kadang gue suka sebel deh. Apakah ceritanya kurang menarik?
Gue pasti lanjut kok tanpa di comment next juga, mending comment gimana alur ceritanya, para tokohnya gitu. Itu bisa numbuhin semangat gue buat update cepet loh guys.
Enjoy guys!
Jangan lupa vote dan comment nya😘.
.
***
"Ji, aku mohon. Aku sangat bosan dirumah. Temani aku ke pameran perhiasan di Gangnam, ya?" terdengar helaan nafas dari seberang teleponnya.
"Maaf, Jen. Aku bukannya tidak ingin menemanimu tapi aku sedang sibuk sekarang."
"Sibuk dengan Jin maksudmu?"
Jisoo tertawa. Tangannya yang sedang membuat pola desainnya terhenti sejenak.
"Sayangnya Jin Oppa sedang di luar kota."Jennie mendengus. "Ya sudah, aku pergi sendiri saja. Aku juga sudah terlanjur sampai"
"Oh, benarkah? Kupikir kau masih di istanamu."
"Tidak. Kalau begitu aku tutup teleponnya. Eoh, bye."
Jennie memasukan ponsel itu kedalam handbagnya. Kemudian ia masuk kesebuah gedung tempat dimana acara itu berlangsung. Sepertinya acaranya sudah mulai sejak tadi, buktinya semua orang kini asik melihat-lihat berbagai macam perhiasan yang di pamerkan dalam etalase-etalase kaca.
Jennie baru akan melangkahkan kakinya memasuki stand dengan brand Tiffany&Co, ketika seorang wanita memanggil namanya.
Jennie memperhatikan wanita yang tersenyum sok manis itu dengan kening berkerut. Berusaha untuk mengingat apakah mereka saling mengenal atau tidak.
"Aku Yerin. Temanmu waktu masih di bangku junior high school dulu," ucapnya mengingatkan.
Kening Jennie makin berkerut, "Yerin? Temanku? Aku tidak ingat kalau aku memiliki teman dengan nama itu."
Wanita itu tersenyum sinis dan menyampirkan rambutnya sok anggun. Dan Jennie benci itu.
Wanita dengan perhiasan yang mencolok dan berlebihan itu tertawa. Membuat Jennie sangat muak berada di dekatnya.
"Kau benar. Kita memang tidak berteman, lebih tepatnya ber-mu-su-han."
Jennie hanya tersenyum kecut. Tepat sekali. Mereka adalah musuh bebuyutan yang selalu ingin lebih hebat dari siapapun.
"Oh, ya. Ku dengar kau sudah menikah. Selamat, aku ikut bahagia meski tidak diundang." keduanya saling memberi senyum sinis.
"Maaf, pesta pernikahan kami hanya untuk keluarga, relasi bisnis, dan sahabat dekat. Orang sok kaya dan sok cantik sepertimu tidak pantas menghadirinya."
"APA?"
Jennie menyadari kalau emosi wanita itu meningkat. Ia bisa melihat wajah gadis itu merah padam menahan amarah.