Setelah mendengar ceramah ustad Adi Hidayat, Zahra terpaku perkataan soal jodoh tadi. "percayalah,akan ada seseorang yang datang dan menetap sepanjang masa di hidupmu" itulah yang teriang dipikiran Zahra. "Duh apaan sih aku ini..." Gumamnya dalam hati.
Keluarnya dari Masjid Zahra dan kedua sahabatnya itu langsung ke arah parkiran. Karena malam ini Arin dan Balqis berniat nginap di rumah Zahra. Zahra ga mungkin menganggurkan sahabat-sahabatnya itu.
"Kalian mau beli cemilan atau makanan dulu gitu? kayaknya dirumah udah abis deh" ketus Zahra dalam perjalanan pulang kerumahnya. "hm cemilan... cemilan yaah.. " Arin yang kelihatan berfikir. "Yaudah deh Zah nanti kita berhenti dulu ke supermarket " sambung Balqis dengan cepat. "Okeyyy siap buk, Lanjut Zahra dengan menghidupkan mobilnya.
***
Sampainya di supermarket Zahra mengambil sebuah keranjang mini untuk menaruh makanannya. Ia pun mengambil beberapa cemilan ringan dan berat. Arin dan Balqis tidak ikut mereka hanya menunggu di mobil saja.
"Onti cilen mau oklat..." Terdengar suara anak kecil yang sekiranya umur 2 tahun itu memegang bawah gamisku.
Aku pun menoleh ke arah bawah "Heii... yang mana sayang? Kok kamu sendirian?? Jawabku setengah berjongkok."Itu onti... ituu" Merengek anak kecil yang menggemaskan itu sambil menunjuk ke arah tempat yang ia inginkan "Oh yang ini.., " Zahra mengambil sebuah coklat yang diinginkan anak itu.
"jangan coklat ya sayang nanti gigi kamu jadi banyak lubangnya lho, nanti gimana kalo giginya sakit? Nanti kan gusinya juga membengkak lho" Lanjutku dengan nada lembut.
"Ihh onti cilen mau oklat ituu" Keukeuh anak kecil itu sambil memanyunkan bibirnya. "Dengerin onti dulu ya, tapi ada syaratnya lho makan ini, makannya jangan malam ini juga, besok siang aja okey" Zahra yang menasihati agar anak kecil itu memakannya esok hari. Anak kecil itu pun mengiyakan perkataan-perkataan Zahra.
Seseorang lelaki yang tampan dengan setelan kemeja crem panjang dengan celana panjang warna hitam berjalan kearahku sambil memasukan handphone ke sakunya.
"Ya ampun Shireen om cariin ternyata kamu disini, pasti coklat lagi deh." berkata lelaki itu ia langsung menggendongnya. "iya ni om hehe.. ni udah diambilin tama onti yang tantik ini tapi om kata onti cilen makannya becok aja om coalnya kalo alem anti gigi cilen berlubang anti atit" Shireen terkekeh sambil menunjukan coklat kepada lelaki itu. Lelaki itu tertawa dan mencubit gemas hidung Shireen.
"Ya allah lucu amaattt sih kamu" Zahra tertawa mendengar Shireen ngomong cepat tanpa spasi.
"Ya Allah cantik..." gumam lelaki itu karena paras cantiknya ketika Zahra tertawa dan ia pun tersenyum simpul. Tanpa sadarnya ia pun beristigfar."Shireen udah bilang makasih belum sama onti ini" tanya lelaki itu. "Iya om cilen lupa, makacih onti tantik" Shireen menjawab dengan lugunya. "Iya sama-sama cantik" Zahra mencubit pelan pipi Shireen.
"Onti ontii cilen lupa nama onti ciapa onti?" Shireen bertanya dengan lucunya. Zahra mengerutkan alisnya. "Hmm nama Onti itu Zahra, Shireen"
"Oh namanya onti Zahla, oke onti Zahla anti ketemu cilen lagi yahh" Sahut Shireen. "Iya Shireen insyaallah yaa" Zahra mengangguk lalu melempar senyum ke arah Shireen.
"Zahra..." Bisik dalam hati, Lelaki itu sontak membulatkan matanya. "Masa iya Zahra... ah sudahlah mungkin nama Zahra memang banyak di dunia ini" Ketusnya.
"Zahra maaf jadi ngerepotin kamu, tadi saya mengangkat telepon dari kantor dadakan" Lelaki itu menoleh ke arah Zahra dengan tatapan ramah.
"Oh gapapa kok " Zahra tersenyum manis.
Zahra berpamitan kepada lelaki itu dan juga Shireen. Zahra tampaknya lupa sahabatnya sudah menunggu lama karena ia berbicara dengan Shireen. Ia langsung menuju ke kasir untuk membayar makanannya.
"Makasih banyak ya mba" Zahra menyodorkan uang dan segera mengambil dua tentengan plastiknya itu.
Bruk. Suara keras bantingan pintu mobil membuat Arin dan Balqis kaget. "Duh mbaknya ngagetin aja mana lama banget, ngapain aja buk? Ngeborong makanan apa bantuin mas-masnya?" Candaan Balqis yang membuat keramaian di dalam mobil.
"Hahahahha... apaan sih itu tadi ngobrol sama Shireen jadi kelupaan, makanya lama" Lanjut Zahra sambil memakai sabuk pengaman.
"Hah... Shireen Zah? siapa tuh temen kamu? baru denger" Arin bertanya penasaran. "Ya Allah dia itu anak kecil Rin umurnya ya sekitar 2 tahunan gitu" Jawabnya dengan santai.
"Walahhh... yowes yowes" Celetuknya.
***
Ceklek. Suara pintu terbuka.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam warahmatullah" terdengar jawaban dari pria paruh baya yang sedang menonton televisi. Zahra menyalami pria paruh baya itu yang bernama Hamdan abinya. Lalu Zahra berjalan kearah dapur dan menaruh bawaannya di atas meja makan.
"Assalamu'alaikum om" Arin dan Balqis menghampiri Hamdan yang duduk disofa.
"Wa'alaikumsalam warahmatullah, eh siapa nih perempuan-perempuan cantik" Puji Hamdan kepada sahabatnya Zahra.
"Abiii itu si Arin sama Balqis bi temen Zahra kecil, masa abi lupa. Oh iya malam ini mereka mau nginap lho bi" Sambung Zahra dengan nada lembutnya.
"Duhhh, Om sampe lupa lho udah lama ga ketemu jadi gini, maklum udah tua juga om" Hamdan menggaruk tengkuk kepala yang tak gatal.
"Hehehe... gapapa kok Om" tawa Arin Balqis malu.
****
Happy reading!!!
Mohon maaf ya author
baru muncul lagi dari berbulan-bulan lamanya. Ya bikos awal Maret sampe April lagi sibuknya ujian:( Tapi alhamdulillah sekarang masih nyempetin buat part selanjutnya. Ya kadang masih ga jelas alurnya😩 maapin yaa semua🙏🏻
Karena aku juga masih pemula jadi belajar dikit-dikit siapa tau kek Wirda wkwkwk... *ehh amiin📝 16.08.19
Instagram @ditaauliasaadah
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Dalam Diam
EspiritualSangat sulit bagi Danish untuk mengutarakan perasaannya saat ini kepada Zahra. "Sudahlah, mungkin ada saatnya Allah memang mempertemukan kita nanti" Gurauannya dalam hati.