-two-

801 181 69
                                    

Dont forget to vote, comment and love Baeksoo

😇



Satu hal yang membuatku sedikit betah dengan hubungan sebatas sahabat ini, Baekhyun lebih banyak menghabiskan waktu bersamaku dibanding dengan Sakura.

Ia selalu merengek, datang kerumah dengan setumpuk buku dan peralatan tulisnya. Katanya sulitlah, pusing, lelah mengerjakan tugas. Yash seperti itu. dan saat aku menyuruhnya untuk minta diajari Sakura saja, Baekhyun akan diam. Pura-pura tidak peduli dan memainkan apa pun yang ada di rumahku.

Aku tidak membenci Sakura, sungguh. Walaupun dia seringkali menatapku kesal, benci dan lain sebagainya. Ku tanggapi semua itu dengan senyum seadanya, meski dalam hati aku masih sangat mencintai kekasihnya.

“mana yang tidak bisa?”

Kami kuliah dijurusan sama, akutansi. Hanya saja kami beda kelas, tetapi waktu mata kuliah selesai, Baekhyun akan datang ke kelasku. Menemuiku? Tidak. namun, menemui teman-teman bermainnya, seperti Chanyeol, Sehun dan Suho. Keempat laki-laki itu akan berbincang asik. Obrolannya random sekali, dan Baekhyun terlihat seperti bad boy saat bersama mereka.

“kerjakan saja semuanya!” ujarnya santai dan mulai rebahan di atas sofa panjang.

“kau pikir aku pembantumu!”

Buku setebal kamus codding itu kujatuhkan dari meja. Hingga terdengar bunyi berdebum.

“aku akan memberimu hadiah nanti, jadi kerjakan saja.”

Hela napas keluar dari pembauku. Mau tidak mau kupungut lagi buku tebal tersebut sembari mendumal tanpa suara.

“aku mau tidur sebentar.” Lengan lelaki itu telah diposisi nyaman, lalu dengkuran halus terdengar. Aku tersenyum.

“apa pun untukmu, Byun.”

Kalau kalian ingin tahu seberapa besar rasa cintaku untuk Byun Baekhyun, maka maaf aku sendiri tidak tahu. Karena bisa dipastikan, bahwa perasaan ini tidak akan berubah sampai aku mati.



-0-





Selesai mengerjakan tugas kuliah Baekhyun, aku bergegas ke dapur. Memasak untuk makan malam kami—maksudku aku dan orang tuaku, tetapi kalau Baekhyun mau, dia bisa makan di sini.

Orang tuaku bekerja sebagai karyawan biasa di kantor milik ayah Baekhyun. yah, hal ini juga yang membuatku sadar diri untuk tidak terlalu berharap pada sahabatku ini—kasta kami berbeda. Rumah kami bertetangga, tetapi rumah Baekhyun bisa dikatakan istana dan rumahku hanya gubuk kecil. Namun, aku sudah cukup bersyukur.

“masak apa?”

“Baekh!”

Aku terlonjak kaget karena mendengar suara Baekhyun yang tiba-tiba. Ia terkekeh kecil, berdiri tepat di sebelahku yang masih mencuci sawi.

Seringkali lengan kami bersentuhan. Tidak perlu mendongak untuk menatap wajah tampannya karena jarak tinggi badan kami hanya 1 cm. aku sering mengatainya pendek.

“dasar pendek!”

Aku terkekeh kecil. Menggulirkan kran sampai tidak setetes air pun keluar dari sana.

“tapi kau suka, kan?”

Satu sudut bibir Baekhyun terangkat ke atas. Ia menjauh, menuangkan air putih ke dalam gelas.

Bawang merah/putih dan cabai ku cincang halus sembari mata ini kembali memerhatikannya. Memerhatikan jakun mungil yang naik turun pasca lepas dahaganya. Kalau boleh jujur aku gemas sendiri melihatnya.

173-174 CmWhere stories live. Discover now