Pendekatan (4)

91 11 9
                                    

"Ada apa yaa Sano-san pengen ketemu aku? Mungkinkah yang dikatakan sama Tadashi-san itu emang bener? Arggh Gak! Gak mungkin!!!"

Aihara menggeleng-geleng kepala menyangkal semua pertanyaannya yang dirasa tak masuk akal. Tapi kedatangan Reo tadi sungguh membuat dia tak percaya. Masih menjadi pikirannya bahkan saat kini sedang bekerja pun. Baru mengantar pesanan ke satu tempat saja sudah membuat Aihara sulit berkonsentrasi.

"Oke.. Tenang.. Fokus Yumi! Kamu lagi kerja, jangan pikirin hal lain. Fokus!!" Mengatur napasnya dengan perlahan, Aihara coba untuk mengembalikan konsentrasinya

Lalu bagaimanakah dengan Reo saat ini?

Entah sudah berapa kali ia terus melihat kearah jam tangannya. Menunggu waktu yang terasa lamaaa sekali datangnya. Masih tersisa tiga jam lagi dan ia yang awalnya bersemangat namun kini malah risau sendiri karena bosan tak tahu harus melakukan apa. Luntang-lantung di sekitar restoran tak jelas arah. Hingga pandangannya tertuju pada sebuah toko pernak-pernik. Langkah kakinya membawa dia masuk kesana. Melihat-lihat segala jenis aksesoris manis berkilauan yang dikhususkan untuk wanita.

"Masa iyaa gue gak bawa apa-apa buat ketemu dia nanti? Hmm dari pengalamannya si leader, biasanya cewek bakal seneng nih kalo dikasih benda kayak gini. Gue beliin ahh.. apa yaa.." Pikirnya memilah-milih. Cukup lama Reo berada disana. Rasanya dia begitu serius untuk memberikan sesuatu pada gadis yang akan segera ditemuinya hingga membuat dia kesulitan untuk memutuskan mana yang akan dibeli. Ditambah ia tak memiliki bayangan sedikitpun tentang apa yang disukai oleh Aihara. Tapi semoga saja, pilihannya ini bisa membuat dia senang.

Kini jam menunjukkan pukul 19.00. Masih ada satu jam lagi namun Reo sudah bersiap menunggu di depan restoran. Hanya berjarak beberapa meter saja dari parkiran motor. Wajahnya mulai gugup. Tubuhnya bergoyang-goyang tak bisa diam. Dan jinjingan yang ia pegang terus saja diperhatikannya. Datanglah sebuah sepeda motor restoran ke hadapan Reo.

"Konbanwa.." Ucap Reo mendekatinya

"Konbanwa.. Eee Sano-san? Cho.. Chotto matte." Jawab Aihara lalu mengeluarkan ponselnya

"Chotto matte.. Apakah ponselku rusak? Bukannya sekarang baru jam 7 lebih.." Ucap Aihara pelan sambil mengotak-atik ponselnya. Tapi suaranya tetap terdengar oleh Reo.

"Itu benar.. Sekarang memang masih sekitar pukul 7. Ponselmu tidak rusak." Jawab Reo

"Begitukah? Lalu kenapa Sano-san sudah disini? Apa aku tadi salah menyebutkan jam yaa?" Aihara mengingat-ingat kembali ucapannya sore tadi

"Tidak juga! Kau menyebutkan pukul 8. Kita akan bertemu pada pukul 8." Jelas Reo

"Hai.. Tapi sekarang belum waktunya, Sano-san.. Aku belum selesai bekerja. Bagaimana yaa?" Bingung Aihara

"Tidak apa-apa! Aihara-san selesaikan saja semua pekerjaanmu dulu. Aku akan tetap menunggu disini." Reo

"Maafkan aku, Sano-san! Karena telah membuatmu menunggu. Aku akan segera menyelesaikannya." Aihara menunduk meminta maaf pada Reo

"Ja.. Jangan seperti itu.. Aku yang salah karena terlalu cepat datang." Balas Reo dengan gugup

"Bagaiman yaa.. Ano.. Sebaiknya Sano-san menunggu saja di dalam restoran, meski memang harus memesan makanan, sih.." Tawar Aihara

"Tidak usah Aihara-san, aku disini saja." Reo menggeleng-geleng kepalanya dan menjawab dengan lembut

Dengan perasaan yang masih tak enak Aihara perlahan meninggalkan Reo untuk melanjutkan kerja lagi. Sambil tetap berjalan menuju pintu belakang, sesekali ia menoleh ke arah Reo dengan raut wajah khawatir.

Menunggu. Reo terus menanti si gadis itu. Pikirannya mulai membayangkan apa saja yang aka mereka lakukan saat waktunya tiba. Membuat dia makin terhanyut dalam imajinasinya, hingga tak sadar bahwa si gadis yang menjadi penantiannya telah berdiri di hadapan.

"Ehem.." Dengan berhati-hati Aihara Yumi menyapa Reo yang terlihat sedang melamun dengan dehaman

"Ehh gomen! Sejak kapan kau ada disini?" Reo tersadar

"Baru saja kok.. Sano-san tidak apa-apa kan?" Dia sedikit khawatir akan keadaan Reo

"Daijoubu.." Jawab Reo

"Yuk! Apa yang akan kita lakukan sekarang?" Ajak Aihara yang sudah bersiap

"Sudah selesai bekerja? Yang benar saja?" Reo seakan tak percaya

"Hai.. Bosku menyuruhku untuk pulang lebih awal. Sepertinya dia tahu kalau aku sedang ditunggu oleh seseorang, hehe." Jelasnya

"Begitukah? Baik sekali bosmu.." Reo menanggapi

"Dia.. juga sudah seperti kakakku. Mengajari banyak hal dan peduli juga padaku.." Tambahnya

"Kakakmu,, Tadashi-san?" Dengan refleks Reo menyebut nama itu

"Eehh? Sano-san mengenalnya?" Aihara terkejut

"Jadi.. Orang itu adalah bosmu? Pemilik restoran ini?" Reo makin penasaran

Gadis itu mengangguk.

"Seriusan? Bos kok malah jadi pelayan juga.. Bikin kaget aja."

"Aku juga.. Saat pertama melamar pekerjaan kesini pun, aku terkejut. Yaa memang begitulah sepertinya sifat dia."

"Bosmu itu.. aku berhutang padanya."

"Hutang apakah?"

Wajah Reo mendadak panik. Hampir saja ia keceplosan membongkar 'aib'nya sendiri. Dengan terus ditatap oleh Aihara yang penasaran, Reo coba mencari-cari alasan.

"Ma.. Makanan! Pizza disini, aku berniat membelinya, tapi.. tapi belum, terlaksana!" Gugup Reo

"Ohh.. Sekarang saja Sano-san membelinya, mumpung sedang ada disini kan?" Aihara malah menawari dengan polos

"Nanti sajalah. Itu gampang.." Balas Reo

"Lalu.. Apa yang akan kita lakukan, sekarang?" Aihara mengulang pertanyaan pertamanya

"Ini, untukmu." Reo memberikan jinjingan yang sedari tadi melekat di jari-jari tangannya itu pada gadis yang sedang berdiri di hadapannya

"Untukku? Apa ini, Sano-san?" Tanya balik Aihara dengan sedikit malu-malu

"Jangan dilihat dulu! Simpan saja sampai nanti kau tiba di rumah. Aku mohon.." Pinta Reo diikuti tingkahnya yang terlihat gugup (lagi)

"Baiklah.." Gadis itu pun malah ikut-ikutan gugup menanggapi perlakuan dari si 'anak bermasalah' nya GENE ini. Saling balas senyum untuk menutupi ke-salahtingkah-an mereka. Belum ada sepatah kata pun lagi yang keluar. Reo yang matanya malah lirik kesana kemari, dan Aihara yang menundukkan kepalanya mengarah ke arah jinjingan Reo yang kini telah beralih ke tangannya. Kalian ini sedang apa sih sebenarnya, berbicara menggunakan bahasa tubuh? atau bahasa kalbu? Sampai kapan akan berada dalam keadaan yang seperti ini? Gemas!

1..
2..
3

"Ano!" Sebuah kata yang secara bersamaan keluar dari mulut mereka

"Eee" Kata ini pun diucapkan oleh dua insan ini di waktu yang sama

Aihara dengan spontan menutup mulutnya, dan tangan sebelahnya mengarahkan pada Reo bermaksud untuk mempersilahkan dia yang berbicara.

"Kenapa bisa bersamaan seperti ini? Aneh sekali.." Ucap Reo menggaruk rambutnya

"Mungkin jodoh.." Tanpa pikir panjang kata itu langsung terlontar dari mulut Aihara

"Kau percaya pada itu?" Reo malah bersemangat setelah mendengar ucapan Aihara

"Eeeee bukan!! Maafkan aku hanya berbicara dengan seenaknya" Sangkal Aihara kembali menunduk lagi

"Tapi aku percaya dengan itu." Reo mengucap dengan yakin

"Sudahlah, Sano-san. Aku jadi malu."

"Kau jadi tak nyaman yaa? Maaf, sepertinya aku terbawa suasana. Hehe"

"Unn,, Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" Untuk yang ketiga kalinya si gadis pizza ini bertanya demikian

"Let's go!" Tanpa memberitahu dulu Aihara, Reo langsung melangkahkan kakinya menuntun dia menuju sesuatu yang masih menjadi misteri.

-bersambung-

Love Story: Reo SanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang