Ganbatte, Reo!!

84 10 23
                                    

Dua pekan terlewati sejak hari itu, hari yang menghadirkan peristiwa tak terduga di hidup seorang Aihara Yumi.

"Mungkinkah aku bisa jadi kekasihmu?"

Sebaris kalimat mengejutkan yang ia terima itu, masih saja tak bisa hilang dari pikirannya. Semakin ingin dilupakan, malah semakin teringat hingga tak tahu waktu. Benar-benar tak masuk akal. Dunia ini begitu gila!

**

Lesu, adalah keadaan yang sering ditunjukkan belakangan ini oleh si bungsunya GENERATIONS. Berusaha terus semangat dalam menjalani latihan, tapi saat diluar itu ia kembali pada 'hobi barunya'. Memikirkan awal kisah cinta dia yang masih abu-abu bahkan terkesan gelap gulita. Ada keinginannya untuk tak menyerah, namun ia merasa jawaban pun telah diterima walau dengan cara yang tersirat. Ia telah ditinggalkan, sudah cukup jelas bukan?

Ah, benar! itu cukup jelas, tapi belum memberi penjelasan. Jawaban ya, atau tidak, itulah yang harus Sano Reo dengar secara langsung dari mulut Aihara Yumi. Masih berharap ada peluang bagi dirinya meskipun secuil. Sesakit apapun hasilnya, resiko akan ia tanggung. Mengingat pada misi yang belum selesai ia jalani. Mengumpulkan kepercayaan diri lagi dan meyakinkan hatinya. Semangat, Reo!!

**

Tak ada tempat lain untuk bisa menemui Aihara selain restoran tempatnya bekerja. Malam hari, Reo kembali datang kesana sambil menjinjing sesuatu. Sama halnya seperti pengunjung lain, ia duduk dahulu di tempat favoritnya yang kebetulan kosong. Memesan makanan dan menunggunya. Menunggu apa? Atau siapa? Keduanya. Tapi format tanya 'siapa' lah yang lebih menjadi prioritasnya sekarang. Pandangan Reo tak pernah lepas dari barisan parkiran. Berharap si tanya itu segera ada jawabnya.

"Datanglah.. Yumi.." harapnya.

Tuhan sungguh Maha Baik. Membuat harapan dari seorang hamba-Nya menjadi tak semu. Orang yang dinantinya kini telah nampak jelas di depan mata. Bergegas Reo menuju tujuannya hingga melupakan pesanan makanan yang kini sudah tiba.

"Tuan, pesanannya-" pelayan memanggil Reo yang tengah terburu menuju pintu keluar. Coba menyusulnya tapi saat itu ia melihat Reo tengah menghampiri rekan kerjanya, "Mungkin orang itu sedang ada keperluan dulu dengan Aihara" batin si pelayan. Ia pun kembali masuk.

"Aihara-san!" suara yang tak asing datang dari arah belakang si pemilik nama ini.

Ia tertegun. Mengetahui dengan jelas suara itu, "Ada apa Sano-san datang kesini?" balasnya enggan berbalik.

"Lihatlah ke arahku!" pinta Reo. Gadis itu lalu berbalik sambil menundukkan kepala.

"Aku datang untuk mengembalikan barangmu," jinjingan yang Reo bawa ia sodorkan pada Aihara.

"Barangku? Apa?"

"Ya! Barangmu yang tertinggal saat dua minggu lalu kau tiba-tiba pergi meninggalkanku."

"Itu- tapi, itu milikmu.."

Jinjingan kecil itu adalah sesuatu yang telah Reo berikan pada Aihara di waktu sebelumnya, waktu disaat ia pergi meninggalkan Reo bersamaan dengan pemberiannya.

"Kau sudah menolak perasaanku, apa kau akan menolak barang pemberianku juga?" tanya Reo yang masih bertahan dengan posisi tangannya.

"Aku tidak bermaksud menolak perasaanmu!" sanggahan dari Aihara terlontar seraya kepalanya yang langsung terangkat.

Mendengar itu, Reo tiba-tiba bersemangat, "Jadi, kau menerimanya??" Senyum pria ini mulai merekah.

Aihara menggeleng sembari mengguratkan kecemasan. Membuat Reo mengurungkan kembali senyumnya.

"Bukan seperti itu juga.. Aku- aku sangat kesulitan mengatasi keadaan ini. Aku bingung bagaimana harus bertindak.." jelasnya.

Reo bisa memahami situasi yang dialami oleh Aihara. Tak mudah bagi gadis itu untuk beradaptasi dengan keadaan seperti ini. Tapi perasaan darinya pun tak bisa Aihara abaikan begitu saja. Maka Reo terus mencoba memberi pengertian padanya.

Love Story: Reo SanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang