Cerita Malam Itu

94 13 19
                                    

"Aihara-san" ucap Reo yang terhenti dari langkahnya kemudian berbalik menghadap gadis yang sejak tadi membuntuti dia layaknya penguntit.

"Ya." sahutnya ikut berhenti.

"Kenapa kau malah berjalan dibelakangku?"

"La..lu?"

Aihara bingung untuk menjawab tanya dari Reo.

"Cewek ini polos banget sih.. Masa gak ngerti kode dari gue?" batinnya.

"Berjalan lah disampingku saja. Lebih enak dilihat!" suruh Reo.

"Tidak mungkin! Tidak mungkin!" sanggahan terlontar dari mulut Aihara.

"Apa aku tidak pantas jalan bersamamu?" tanya Reo sedikit sayu.

"Bukan begitu.. Terbalik! Sano-san.. justru aku yang tak pantas berada disampingmu..!" panik Aihara.

Sifatnya yang seringkali merasa rendah diri karena status sosial tak pernah bisa hilang dari dalam diri Aihara. Ia selalu beranggapan bahwa 'kasta bawah' sepertinya lebih baik menerima saja kenyataan yang telah menjadi takdirnya. Hidup di pemukiman padat dengan keluarga yang sederhana. Namun satu tekadnya, ia harus masuk ke Perguruan Tinggi untuk dapat mengubah keadaan. Menimba ilmu kembali hingga mendapatkan gelar yang akan membawanya pada keadaan yang lebih baik. Tapi tetap saja, dengan menjadi mahasiswi pun ia belum bisa sepenuhnya lari dari pikiran tentang si perbedaan itu.

"Jadi, kau tetap tidak mau berjalan disampingku?"

"Sumimasen.." gadis itu menunduk.

"Baiklah"

Sepertinya Reo harus lebih bersabar untuk bisa mendekatkan dirinya dengan Aihara. Ini baru saja permulaan, ia yakin lambat laun tujuannya itu akan tercapai. Sekarang turuti saja apa kemauan dari gadis incarannya.

Si member terkecil GENE ini menuntun Aihara ke sebuah tempat makan yang terkenal dengan ramen istimewanya. Tanpa diketahui, Reo telah mendapat satu petunjuk dari 'sumber informasi' tentang apa yang disukai oleh Aihara. Mungkin terdengar curang karena didapat dengan cara yang praktis, tapi anggap saja lah ini adalah jalan menuju perjuangan yang sesungguhnya.

Tidak ramai namun tak sepi juga. Masih tersedia tempat untuk mereka. Duduk saling berhadapan, lalu Aihara mulai membuka percakapan,

"Sano-san ternyata mengajakku ke tempat makan, toh.."

"Hai.. kau tidak terkejut yaa? Emm aku tak pandai dalam memberi kejutan. Maaf jika tak sesuai dengan ekspektasimu." ucap lambat Reo sambil melepaskan saputangan yang dari tadi melingkar di sebagian wajahnya.

"Tidak Sano-san! Jangan salah paham dulu.. Aku merasa senang kau membawaku kesini. Memang waktunya untukku makan juga, sih. Perutku lapar, hehe" balas Aihara.

"Syukurlah jika kau senang."

"Mau pesan ramen? Katanya ramen di tempat ini enak sekali." lanjut Reo sambil menawari pesanan.

"Mau! Aku ingin makan ramen!" semangat gadis itu.

"Apa Aihara-san menyukainya?"

"Aku menyukainya!"

"Menyukai saja?"

"Sangat menyukainya!" tanpa sadar Aihara menjawab pertanyaan dari Reo dengan ekspresi yang menyiratkan kesungguhan akan sesuatu.

"Makanan favoritmu?" Reo terus bertanya sambil mengguratkan tawa melihat wajah Aihara yang begitu bersemangat.

Gadis itu mengangguk sambil tetap bertahan dengan ekspresinya diikuti dengan Reo yang juga sedikit demi sedikit mengeluarkan suara tawa. Mencairkan kecanggungan diantara mereka. Padahal kan Reo sudah tahu yaa jawaban dari pertanyaannya itu, tapi dia malah menjadikan ini sebagai topik percakapan mereka. Hmmm bisa aja ini bocah! :D

Love Story: Reo SanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang