04| POKER FACE

5.2K 160 0
                                    

Seketika raut wajah kevin berubah drastis seakan ia menunjukan jati dirinya yang asli. Kevin memang dari awal tidak mencintaiku. Bahkan pernikahan ini baginya hanyalah formalitas untuk membahagiakan kedua orangtuanya saja.

"Tapi kenapa kamu ngenalin aku kesemua orang seolah-olah kita sedang berbahagia atas pernikahan ini?!". Tanyaku.

"Lu tau kan disana banyak sekali teman bisnis orang tua kita. Kalo gue nggak bersikap seperti tadi?! Gue nggak mau bikin orang tua gue kecewa!". Jelasnya.

"Yaudah kalo gitu". Jawabku santai. Tak mau berbasa basi di hadapannya aku kemudian pergi meninggalkan Kevin menuju kamar pengantin untuk mengganti pakaian.

"Eh lu mau kemana? Gue belum selesai ngomong". Ujarnya menunjuk kearahku.

"Apaan sih vin, aku tuh capek seharian pake baju ini tuh berat tau nggak". Balasku.

"Nggak gue cuma mau bilang kalau kita pisah kamar. Lu di kamar pengantin dan gue di kamar yang satunya". Pintanya.

"Oke deal". Jawabku singkat. Kami kemudian masuk ke kamar masing-masing seperti orang asing.

"Dasar perempuan nggak tau malu. Dia pikir gue suka apa sama dia?? Malesin!!!". Ucap Kevin. Di sisi lain kamar pengantin. "Sabar Anya sabar. Kamu harus kuat inget pesan mama hadapi dengan kepala dingin". Ucapku pasrah

Keesokan harinya kegaduhan terjadi di dapur pagi itu. Semua peralatan berserakan dimana-mana. Panci berhamburan, asap mengepul diudara.

"Praaaaankk Pang Bruukk Pyaarrr......"

Kevin yang mendengar kegaduham dari luar kamarnya merasa sangat terganggu dan bangkit dari tidurnya.

"Bunyi apaan sih pagi-pagi begini". Teriaknya dengan sangat kesal.

Kevin langsung keluar kamar dan terkejut melihat dapur yang sudah hancur lebur berantakan.

"Ya Tuhan anya!! lu ngapain?????". Kevin mengomel sambil mengangkat kedua tangannya menyentuh kepala.

Tentu saja itu semua ulahku. Niat hati ingin terlihat baik menjadi seorang istri yang pandai memasak untuk suaminya. Namun yang aku perlihatkan pada kevin malah sebaliknya. "Kevin kamu sudah bangun. Maaf ya aku bikin kamu kaget". Balasku.

"Anya lu apa-apaan sih ini udah kayak kapal pecah tau nggak?!". Sahutnya dengan sangat murka sekali.

"Maaf Vin... tadinya aku mau masakin sarapan buat kamu tapi malah gosong. Karena panik jadi aku nyenggol piring terus jatuh semua deh". Jelasku.

"Terus berapa piring yang sudah lu jatuhin?". Tanyanya.

"Lima piring Vin...". Jawabku sambil mengangkat kelima jari tangan ini.

Ia kemudian menarik lengan tanganku dan menyuruhku untuk duduk di sofa. "Lu duduk di sini saja biar gue yang beresin semuanya. Lu diam ya di situ jangan bergerak".

"Baiklah...". Balasku pasrah.

Menuruti ucapan Kevin ialah salah satu cara agar keadaan tidak semakin rumit diantara kami. Selepas membersihkan dapur ia lalu membawa sebuah kotak P3K dan memberikannya padaku.

"Buat apa, Vin?". Tanyaku polos.

Duduk disampingku dan kemudian mengangkat kaki kananku diatas pangkuannya. "Maaf ya tuan putri". Ledeknya sambil mengangkat kakiku.

Melihatnya yang baik dan peduli denganku membuat jantung ini berdebar sangat kencang. Wajahnya yang diam seperti sekarang ini. Bisakah waktu dihentikan sebentar saja. Ia tampak seperti pria baik pada umumnya jika dilihat dari sisi lain.

"Ah.. aduh.. Vin pelan-pelan". Ujarku.

"Kenapa sih wanita itu nyusahin. Lu baru sadar kaki lu kenapa?! Makanya lain kali hati-hati". Omelnya padaku dengan ekspresi sedikit khawatir.

Hampir hanyut dalam dunia haluku. Saat itu Aku baru menyadari bahwa kaki kananku terluka dan berdarah akibat terkena pecahan piring . Tapi itu tak membuatku merasakan sakit karena mencintainya adalah perasaan sakit yang sesungguhnya kurasa.

"Lain kali lu kalau mau sarapan nggak usah masak deh.. mending pesen saja dari luar". Ungkap kevin.

"Padahal aku masak untuk dia. Hargai kek dikit". Balasku dengan suara kecil berbisik.

"Nggak usah repot-repot.. gue bisa beli makan dari luar". Sahutnya.  Kemudian ia menaruh kakiku kelantai dan kembali ke kamar dengan raut wajah biasa aja.

Sebenarnya ia ada rasa sedikit nggak sih sama aku? Kadang dia cuek, jutek, baik, perhatian dan kembali lagi ke Kevin yang dingin seperti batu Es. "Dasar raja POKER FACE!!". Balasku dengan raut wajah kesal sambil melumat bantal yang ada di sofa.

MY HUSBAND DOESN'T LOVE ME (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang