06| AKTING

4.7K 145 5
                                    

"Vin gimana ini? Kalo mama sama papa tau" Anya panik dan Kevin hanya diam mengerutkan kening sembari menggigit jari.

"Tenang-tenang gue lagi mikir. Gini lu beresin semua baju dan barang gue terlebih dahulu lalu pindah ke kamar pengantin".

Anya kemudian hanya menganggukan kepala yang menandakan bahwa ia setuju dengan ide sang suami.

Ia kemudian membersihkan kamar kevin dan memindahkan semua barang-barangnya ke kamar pengantin. Tak lupa anya juga harus menghapus jejak di kamar itu agar tidak ketahuan oleh mertuanya.

"Gimana semua udah lu pindahin dan nggak ada yang ketinggalan kan?". Tanya Kevin dengan nada sedikit bergetar karena panik.

"Sipp semua sudah aku pindah, trus langkah selanjutnya apa?". Tanya balik anya

"Kita pura-pura aja seolah-olah semalem sudah kejadian jadi lu nanti manut aja apa yang gue bilang". Atur Kevin pada sang istri.

"Kejadian apa?". Kepolosan Anya yang mendarah daging membuat Kevin harus ekstra memberi penjelasan padanya.

"Intinya lu nurut apa kata gue! Oke!". Tandas Kevin .

Mengacungkan dua jempol jarinya kemuka Kevin menandakan bahwa ia paham dengan apa yang diucapkan oleh sang suami. Kedua pasutri itu pun keluar kamar dan menghampiri papa dan mama.

"Kalian lama sekali". Ujar papa yang sedikit menaruh curiga dengan gerak gerik Kevin dan Anya.

"Papa sudahlah.. mungkin kamar tamu sedikit kotor karena tidak ada yang menempati jadi Anya harus bebenah dulu. Betulkan sayang?". Sahut ibu.

"Betul banget mah..". Balas Kevin canggung.

Papa dan mama kemudian masuk kedalam kamar lalu meninggalkan anak dan menantunya berdua di ruang tamu.

"Selanjutnya gimana?". Tanya Anya.

"Selama mama dan papa masih di rumah kita. Gue harap lu harus bersikap baik sama gue".

"Lah kok gue doang!? Lu juga dong!?"

Mengingat sedang berada disituasi tak terduga saat sekarang. Anya dan Kevin sepakat untuk akur mulai dari malam ini hingga papa dan mama pulang.

Makan malam hari ini sedikit berbeda bagi Anya karena malam ini bisa berkumpul layaknya keluarga utuh. Walaupun sebenarnya minus Ayah diantara kami. Kesibukan Ayah membuat aku harus menahan rindu padanya.

"Oh iya anya, ayah mu belom berkunjung ke sini?". Tanya mama.

"Belom mah, ayah lagi di sanghai ada pertemuan penting". Jawab Anya.

"Ayahmu itu orangnya pekerja keras makanya papa suka bekerja sama dengan dia". Ujar Papa.

"Iya anya, ayahmu itu dulu sahabat karib kita berdua. Dulu kita sahabatan dan sekarang jadi besan. Ya kan pa..?". Nostalgia mama.

Papa melempar senyum kepadaku. "Jadi Anya tak usah khawatir. Jika butuh sesuatu hubungi kami atau andalkan Kevin". Ujar Papa.

"Kevin... jaga Anya baik-baik ya sayang. Anya ini sangat mirip dengan ibunya. Mulai dari luar dan dalam kamu asli cetakan mamamu sayang". Nasehat mama sembari menggenggam tangan menantunya.

Suasana makan malam saat itu sangat hangat terasa. Kebaikan mama dan papa Kevin membuat hati ini sudah tidak merasakan kesepian lagi. Kelembutan dan perhatian mereka membuat hidupku lebih bermakna.

"Iya mah... Aku akan menjaga dan mencintainya dengan tulus seperti aku sayang sama mama dan papa". Balas Kevin.

Kebohongan Kevin terdengar sangat nyata ditelingaku. Seandainya saja ia benar-benar tulus mengatakannya padaku. Mungkin aku akan menjadi wanita paling beruntung dan bahagia saat ini.

"Vin sampai kapan kita akan seperti ini?"

"Maksud lu?". Balas Kevin sambil mengganti bajunya dengan baju tidur.

"Ya kita berpura-pura saling mencintai?".

"Sampai lu sadar dan berhenti berharap akan gue".

Menunjukan wajah ketidaksukaannya pada sang istri membuat suasana menjadi lebih tegang. Kali pertama di awal pernikahan berada dalam satu kamar namun tidak untuk satu ranjang. Hendak ingin merebahkan diri, terdengar suara ketukan pintu kamar.

"Kevin... Anya.. kalian sudah tidur". Ternyata yang mengetuk pintu adalah mama.

Kami yang panik dengan situasi saat ini pun saling melempar tatapan tajam. Tanpa aba-aba dan rencana Kevin bangkit dari sofa dan melompat langsung masuk kedalam selimut kasur dan memelukku dengan erat. "Iya Ma.. buka saja.. pintunya nggak dikunci kok".

"Mama masuk ya". Tersenyum lebar melihat kami berdua dalam satu ranjang membuat wajah mama menjadi merah karena tersipu malu.

"Aigooo... sepertinya mama menganggu kalian nih... Mama cuma mau bilang besok anter mama dan papa ke stasiun". Mama tertawa kecil sembari menutup pintu kamar dengan raut wajah sumbringah.

Pada akhirnya apa yang Anya cita-citakan terwujud. Tidur dalam satu selimut bersama dengan orang yang kita cintai rasanya sangat nyaman sekali. Namun hal itu tak berlaku bagi Kevin.

"Kalau bukan karena mama! Gue ogah banget meluk lu". Ujar Kevin yang kemudian melepaskan pelukannya dari tubuh Anya dan mengambil dua guling sekaligus sebagai pembatas antara dirinya dan sang istri. "Jauh-jauh lu dari gue! Jangan harap gue suka satu ranjang sama lu! PAHAM!".

Anya hanya bisa diam terpaku dan iklas menerima semuanya perkataan kasar yang keluar dari mulut sang suami. Bagaikan kutub utara dan kutub selatan yang seharusnya saling tarik menarik tapi malah menjadi tarik menolak.

MY HUSBAND DOESN'T LOVE ME (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang