01| TUAN PUTRI

9K 253 2
                                    

Burung berkicau dengan lembutnya menyambut pagi yang indah dan sangat cerah hari ini. Mentari memancarkan sinarnya menembus jendela kamar dan terbias langsung mengenai wajahku.

"Non... non.. non.. Ayo bangun non. Sudah waktunya tiba..". Ujar bibi yang membangunkan aku dan membuka horden kamar.

"Pagi bibi.. ini jam berapa sih. Anya masih ngantuk?". Tanyaku dengan mata setengah terpejam.

"Ini sudah jam 08.00 pagi non". Balas bibi.

Mataku melotot dan badan ini melompat terjun keluar dari kasur langsung menuju ke kamar mandi.

"Ya allah non pelan-pelan nanti jatuh...". Ujar bibi menasehatiku.

"Bi tolong baju Anya, sepatu Anya , makeup Anya...". Ocehku pada bibi untuk segera menyiapkan segala kebutuhanku.

"Mau kemana non?". Tanya bibi heran.

"Kan keluarga Kevin mau dateng bi....". Jawabku dengan nada polos.

"Ya allah non, keluarga den Kevin datengnya jam 20.00 malam bukan jam 08.00 pagi". Sahut bibi sambil tertawa cekikikan melihat tingkah lakuku yang gelagapan.

"Apa bi????? Astagaa... Anya lupa... ". Balasku disambut dengan tertawa lepas yang menggelegar. "Ya sudah bibi siapin baju biasa aku aja, soalnya nanti aku mau ke salon perawatan". Pintaku.

"Siap non, bibi kasih tau pak supir dulu untuk panasin mobilnya non". Balas bibi.

"Okelah bi...". Sahutku.

Putri yang satu ini terlalu bersemangat hingga lupa kapan saatnya tiba untuk turun dari menara kastil. Bergegas menuju salon dan di sambut bak tuan putri sungguhan bukannya hal yang biasa bagiku. Setiap perawatan dilakukan oleh ahlinya masing-masing mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kalau kata anak jaman sekarang "Sultan mah bebas".

Banyak pegawai salon yang kagum dengan kecantikanku. Ada yang memuji hingga dan ada juga yang menintaku untuk berswa foto. Sudah cantik dan sempurna aku pun sesegera mungkin untuk pulang. Ketika hendak ingin beranjak keluar dari salon terjadi insiden yang tidak menyenangkan. Sebab ada seorang pria menabrakku tepat di depan pintu salon. Tersungkur jatuh kebawah lantai hingga membuat riasan rambutku berantakan saat itu. Namun bukan dia yang meminta maaf malah aku yang spontan mengucap kata maaf kepadanya.

"Maaf mas.. saya nggak lihat". Ujarku.

"Hati-hati dong mba...!!". Balas pria itu dengan nada sedikit ketus padaku.

"Ya allah.. Non nggak apa-apa?". Pak supir datang membantuku berdiri.

"Sayang... ini ada apa? kok rame disini?". Sahut seorang wanita muda yang datang menghampiri dan menggandeng lengan pria tersebut.

"Nggak sayang, cuma mba ini aja jalan tapi nggak mau lihat orang". Balas pria itu.

"Mas jangan gitu sama non anya, dia ini...". Belum selesai meneruskan kalimatnya. Aku menahan pak supir agar tidak memperkeruh suasana yang sudah tegang sejak awal. Kami lalu pergi meninggalkan pria bersama dengan wanitanya itu. Mereka sama sekali tidak menunjukan raut wajah dengan perasaan bersalah. Dasar memang manusia tidak punya hati dan pikiran. Seiring berjalannya waktu, malam lamaran pun tiba dan aku sudah mempersiapkannya secara matang. Mulai dari gaun, makeup, dan yang lainnya.

"Ma Sha Allah.. Non cantiknya mirip banget kayak rapunzel sungguhan". Ucap bibi yang kagum dengan penampilanku malam ini.

"Makasih... bibi bisa aja mujinya Anya jadi malu". Balasku dengan tersipu malu.

"Anya... yuk turun nak... keluarga Kevin sudah dateng nih di bawah". Panggil ayah dari balik pintu kamarku.

"Iya yah, bentar lagi aku siap. Ayok bi kita turun". Sahutku. Aku langsung keluar dari kamar dan berjalan menuruni anak tangga dengan sangat anggun bak seorang putri raja sungguhan.

"Sini sayang... ". Panggil ayah yang sudah menungguku di bawah.

"Ma Sha Allah cantiknya sangat mirip seperti di foto". Sahut mama Kevin yang baru pertama kali melihat wajahku secara langsung.

"Iya mam, cocok banget sama Kevin anak kita". Balas papa Kevin yang juga baru pertama kali melihatku.

"Om... tante...". Ujarku sambil mencium tangan mereka sebagai rasa hormat.

"Pah.. Kevin mana? Coba panggil dia suruh masuk kemari". Pinta mama Kevin kepada sang suami.

"Ya Allah papa hampir lupa, Kevin sini nak masuk". Sahut Papa kevin yang kemudian memanggil anaknya dengan sedikit nada teriak.

"Iya pah.. " . Sahut Kevin. Orang yang kunanti kehadirannya sejak seminggu yang lalu. ini adalah moment dimana aku bertemu dengan calon suami masa depanku. Ya ampun rasanya bagaikan mimpi. Kevin masuk dengan baju tuxedo hitam, rambut sedikit klimis serta body goals pria idaman jaman now.

"Halo.. Om.. Anya.. perkenalkan namaku Kevin". Ungkapnya.

Awalnya aku menundukan pandangan karena malu jika melihat langsung wajah Kevin. Namun karena sudah tak sabar kuluruskan pandangan sejajar dengan matanya. Setelah mata kami bertemu satu sama lain betapa terkejutnya diriku bahwa yang kulihat adalah orang yang sudah menabrakku ketika hendak keluar dari salon siang itu. "Kamu?". Sahutku sambil menunjuk muka Kevin di hadapan kedua orang tuanya.

Kevin terlihat sangat terkejut juga ketika menyadari bahwa calon istri masa depannya adalah orang yang ia abaikan saat itu. "Kamu?! Kok bisa!!". Balasnya sambil menunjuk juga kearahku.

"Kalian sudah saling kenal?". Tanya Ayah.

Calon suamiku ialah cowok sombong nan angkuh yang menabrakku di salon siang tadi. Aku tak percaya bahwa takdir sekejam ini adanya. Disinilah awal mula pertemuan singkat kami dan berujung pada rencana pernikahan.

MY HUSBAND DOESN'T LOVE ME (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang