Pada siang harinya, Rei kembali untuk menemui Sena di kediaman pemuda omega itu. Kebetulan sekali pada saat lelaki itu sampai, sang pemilik rumah sudah dalam keadaan terbangun dari tidurnya.
"Ah, kak Rei benar-benar kembali?"
"Tentu saja. Bagaimana keadaanmu? Apa lebih baik?" Sena tersenyum dan mengangguk.
"Baguslah. Lebih baik sekarang kau minum lagi obatmu" Rei membantu Sena untuk duduk dan meminum obatnya. Dia juga memeriksa suhu remaja itu dan ternyata itu tidak lagi sepanas sebelumnya.
"Hm.. Obatnya mulai bekerja. Oh iya, aku juga membawakanmu beberapa makanan. Aku harus cepat-cepat kembali ke kafe, di sana sudah sangat ramai." Rei mengusap pelan kepala Sena, sedangkan yang diusap hanya menatap dengan raut wajah bersalah.
"Ada apa?"
"Maaf kalau aku tidak bisa membantu kak Rei dan malah membuatmu bertambah repot" Ucap Sena sambil menunduk. Rei mengacak-acak surai halus milik pemuda cantik itu gemas.
"Sudah kukatakan bahwa kau sudah kuanggap sebagai adikku sendiri, Sena, jadi berhentilah merasa bersalah seperti itu. Sekarang fokus saja untuk beristirahat. Jangan lewatkan makanmu, aku sudah menaruhnya di atas meja dapur agar kau dapat langsung memakannya." Balas lelaki itu. Sena hanya mengangguk kecil.
"Sekarang aku harus pergi. Tidak apa-apa kan jika aku meninggalkanmu sendirian?" Tanya pria beta itu. Saat Rei berdiri, Sena pun mengikutinya. Dia kemudian mengantar pria itu sampai ke depan pintu rumahnya.
"Tentu saja. Jangan khawatirkan aku, kak Rei" Jawab Sena. Rei mengacak-acak rambut si cantik sekali lagi sebelum melangkah untuk membuka pintu keluar.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Jangan lupa untuk makan. Jika kau memerlukan sesuatu, jangan ragu untuk langsung saja memberitahuku"
"Baik" Sena menunggu Rei hingga dia masuk ke dalam mobilnya. Setelah pria beta itu menyalakan mobilnya dan benar-benar pergi, barulah Sena kembali menutup pintu. Dia segera pergi ke dapur untuk memeriksa apa yang dibawa oleh bos dari kafe tempatnya bekerja itu, dan mendapati dua kantung plastik besar berwarna putih yang berisikan berbagai macam buah-buahan, 2 karton susu cair, beberapa roti, sup dan bubur. Ada juga beberapa minuman isotonik serta tablet multivitamin yang berada di dalam sebuah botol berukuran sedang.
"Kak Rei.. Dia terlalu berlebihan. Bagaimana aku membalasnya?" Sena menatap isi kantung itu dengan ngeri. Orang ini terlalu baik, bagaimana dia bisa mengembalikan kebaikannya? Dia tidak ingin merepotkan orang lain.
"Sebaiknya aku makan ini terlebih dahulu sebelum menjadi dingin" Sena memutuskan untuk mengeluarkan sebuah kotak berisi bubur dan membawanya ke meja makan. Ia kemudian mulai melahap makanannya.
.
.
.
.
.
.
.
.*Di Kafe
-Kling
"Um? Kau sudah kembali Rei? Bagaimana keadaan Sena?" Wendy menyambut Rei dengan pertanyaan. Beberapa pelanggan menoleh penasaran saat perempuan beta itu bertanya.
"Demamnya sudah mulai turun. Ia hanya perlu istirahat, ini sepenuhnya efek karena tanda itu muncul" Jelas Rei. Wendy mengangguk paham lalu melanjutkan pekerjaannya. Rei kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti menuju meja counter.
"Rei!" Hanna yang berada di counter sebagai kasir dan juga Dio yang baru saja keluar dari dapur dengan kompak memanggil nama Rei yang baru saja sampai di hadapan mereka. Yang dipanggil pun hanya mengernyitkan alisnya heran.
"Ada apa? Apakah ada masalah selama aku pergi?"
"Tidak.. Itu..." Hanna terlihat ragu untuk mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Mates
RomanceWARNING!!! ⚠⚠⚠⚠ BOY×BOY/YAOI AREA!!! HAREM × UKE/BOTTOM MALE PREGNANT 3 VS 1 Yang ga suka silahkan menjauh :) Sena Lim, seorang pemuda cantik berusia 16 tahun, selalu mengira dirinya beta. Namun saat ia memeriksakan second gendernya, ternyata hasil...