"Wahh.. Sena, sudah kembali bersekolah?" Sena tidak berani menoleh ke belakang dan mempercepat langkahnya menuju ke kelas. Dia kenal suara itu dan tidak ingin berurusan sama sekali dengannya.
"Hei, hei, hei.. Mau kemana? Sombong sekali"
-brak!
Sena terbanting ke loker dan kemudian dikurung diantara kedua lengan orang yang sebelumnya memanggilnya.
"Apa yang kau mau?" Sena menunduk saat mengatakan itu. Lawan bicaranya hanya tertawa geli.
"Apa yang aku mau? Hahaha.." Sena semakin menunduk. Setelah beberapa hari absen dari sekolah, di awal harinya ia malah sudah bertemu dengan orang yang paling dihindarinya.
"Tatap aku!" Garry, orang yang paling tidak ingin Sena temui itu mengangkat dagu Sena secara paksa. Pemuda tampan itu menatap intens mata indah milik Sena selama beberapa saat. Suasana sekolah masih sepi karena ini terbilang cukup pagi, jadi tidak banyak siswa yang sudah berlalu-lalang di sekitar kedua orang itu, terlebih mereka berdua berada di sudut yang jarang diperhatikan oleh siswa-siswi yang hanya sekedar kebetulan lewat.
Sena mulai gelisah dan bergerak tidak nyaman. Garry yang menyadari gerak-gerik pemuda cantik itu perlahan melepaskan kurungannya pada tubuh mungil di hadapannya. Lelaki alpha itu kemudian memperhatikan Sena mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, lalu berhenti di satu titik selama beberapa saat sebelum kemudian berdecih keras.
Sena kemudian semakin gelisah karena menyadari bahwa Garry belum beranjak satu inci pun dari hadapannya. Dia mulai memikirkan kemungkinan buruk yang selanjutnya akan terjadi. Bagaimana jika Garry akan memukulnya? Atau bisa juga Garry akan memanggil teman-temannya dan kemudian membully nya beramai-ramai. Ya kan? Sena bergidik ngeri. Memangnya apa sih salahnya sampai kakak kelasnya itu selalu mengganggunya?
"Ck! Sialan!" Omega cantik itu terkejut bukan main saat orang di hadapannya mengumpat keras. Sena sudah bersiap-siap menerima pukulan, namun apa yang terjadi selanjutnya tidaklah seperti apa yang dia bayangkan. Garry hanya mengumpat lalu berlalu seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Sena cukup terkejut dengan itu, dan tanpa membuang-buang waktu lagi dia segera pergi dari sana sebelum kakak kelasnya itu berubah pikiran.
Setelah itu Sena memasuki kelasnya. Selama jam sekolah berlangsung pun banyak orang-orang yang bertanya mengenai kabarnya, bahkan banyak pula yang memberinya hadiah. Saat mengecek lokernya pada jam istirahat pun, di situ sudah penuh dengan berbagai macam hadiah-hadiah yang membuat Sena bingung bagaimana caranya untuk membawanya ke rumah. Selama itu pula, ia tidak melihat batang hidung milik Garry. Seakan pria alpha itu menghilang ditelan bumi.
.
.
.
.
.
.
.
* Kafe-kling
"Kak Rei!" Pria yang dipanggil otomatis menoleh. Di pintu depan sudah ada Sena yang tersenyum dengan manis.
"Hei, bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk beristirahat saja di rumah?" Mendengar itu, Sena tertawa dan kemudian menghampiri Rei.
"Aku hanya ingin kemari"
"Ada apa? Sepertinya kau sangat senang" Wendy ikut mendekat ke arah Sena.
"Entahlah. Aku merasa sangat bersemangat sore ini untuk pergi ke kafe"
"Bagaimana keadaanmu? Aku jadi penasaran bagaimana bentuk mark yang kau miliki" Hanna yang baru selesai mengantarkan pesanan juga ikut mendekat. Di duduk di samping Sena.
"Hei, hei.. Aku juga penasaran" Dio muncul dan duduk di samping Rei.
"Kalian tidak perlu melihatnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Mates
RomanceWARNING!!! ⚠⚠⚠⚠ BOY×BOY/YAOI AREA!!! HAREM × UKE/BOTTOM MALE PREGNANT 3 VS 1 Yang ga suka silahkan menjauh :) Sena Lim, seorang pemuda cantik berusia 16 tahun, selalu mengira dirinya beta. Namun saat ia memeriksakan second gendernya, ternyata hasil...