Bulan purnama.
Aya baru saja sampai di apartemen kecilnya. Ia melempar tas ke atas tempat tidur dan duduk dengan pandangan lurus ke arah kaca besar biliknya. Ia mengamati raut wajahnya, banyak yang berkata jika Aya adalah model baru yang langsung bisa bersinar. Ironisnya, Aya menganggap dirinya hanyalah orang biasa yang tidak suka di puji berlebihan.
Ia tidak pernah berpikir untuk sombong, ia hanya bingung, keberuntungan apa yang selalu hadir pada dirinya. Ia tidak pernah mengira sedikitpun akan terus berhasil dalam segala hal yang ia lakukan. Aya memandangi dirinya, wajahnya terus berseri layaknya seorang bidadari.
Aya menghembuskan nafas, mendengar suara jam dinding yang terus berdetak-detak dengan teratur. Mendadak pula saat itu juga jantung Aya berdetak menghantam dadanya. Aya mengatur nafas, itu hanyalah efek dari capek sehabis pulang kerja. Ia juga tidak berniat untuk segera tidur karena ia harus menyelesaikan acara makan seorang diri.
Benar, Aya adalah yatim piatu. Ayah dan ibunya meninggal saat ritual malam untuk membersihkan ia dari kutukan. Saat itu umur Aya masih sangat kecil, sampai akhirnya berdampak pada penglihatan Aya. Sudah berpuluh-puluhan tahun menjalani hidup sendiri bersama para roh yang terus beterbangan kesana-kemari. Tapi, roh itu tahu jika Aya melarang keras mereka memasuki kamarnya. Jujur saja, Aya juga bingung, kenapa hantu-hantu itu selalu saja menuruti apa kemauannya, belum lagi hantu-hantu itu terus meminta Aya membaca buku pedoman keluarganya. Aya meninggalkan ritual itu karena trauma. Tidak mungkin ia melakukannya lagi, tapi Aya tidak sadar. Hal yang justru ia abaikan bisa menjadi malapetaka besar di hidupnya kelak.
Aya memandang langit kamarnya, mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan disana. Meminta agar asistennya mau memberi surat izin pada produser kosmetik. Aya butuh istirahat, bukankah itu benar? Aya butuh tenaga yang baik. Hidup Aya bukan untuk bergerak mempromosikan produk saja, Aya juga ingin bergerak menjadi dirinya sendiri.
Aya kembali duduk, melihat kembali ke arah luar jendela yang gelap. Sejujurnya bulan purnama kali ini sedikit berbeda, ada aura aneh yang terus Aya rasakan. Tidak hanya aura, tapi terkadang Aya merasa akan ada tamu tak di undang datang kerumahnya dan mengikat dirinya dalam tali ikatan.
Aya mendesah, ia berjalan dengan kaki telanjangnya menuju dapur. Mengambil susu kaleng dan juga makanan siap santap di dalam microwave yang sudah ia siapkan ketika pulang kerja tadi. Aya duduk di salah satu bangku makan.
"Aya, lihat kembali buku itu. Ayah dan Ibumu menitip pesan agar kau menjalankan ritual," ucap salah satu roh yang ada di hadapannya.
Aya masih fokus memakan makanan yang sudah ia siapkan seorang diri. Bukan hanya itu, ia bahkan bersikap seolah tidak ada yang bicara padanya. "Aya, orang tuamu sedang menderita saat ini. Jadi, tolong baca dan ikuti ritual itu."
"Aku tidak percaya ritual semacam itu. Aku tinggal di dunia modern. Tidak ada ritual, apalagi tumbal yang tidak jelas," balas Aya sedikit lebih baik.
Hantu itu diam sejenak, "ayah ibumu mengancam masuk kedalam mimpimu untuk memenuhi ritual itu. Jadi, sebelum itu terjadi, lakukanlah ritual-."
"Aku bilang tidak! Jika sudah tidak, maka jawabannya akan tetap tidak," balas Aya bersikeras. "Lagipula, biarkan mereka datang. Kenapa harus kau yang menitip pesan. Pergilah, menjauh dariku."
Aya mungkin sedikit kasar kali ini, tapi hantu di depannya itu sudah sangat mengganggu dirinya sampai sejauh ini. Memang hantu satu itu selalu menemani dirinya, sedari orang tua Aya meninggal hari itu. Aya kembali memandang hantu itu kemudian merasa bersalah lagi dengan apa yang telah ia perbuat.
"Maafkan aku," hantu itu kembali angkat kepala untuk melihat Aya, "aku sedang letih. Aku sedang tidak enak badan dan sesuatu sering menggangguku."
Lee Eunsang, hantu satu itu memandang serius ke arah Aya. "Mengganggu? Aya, lakukan-"
"Ayolah, apa kau masih tidak mengerti juga? Aku-"
"Aya, ada darah keluar dari hidungmu." Aya terdiam kemudian menjauhkan mangkuk makanannya, menyentuh area bawah hidungnya dan melihat darah itu ada di tangannya. "Aya, kau- ah, aku tidak ingin berpikir yang bukan-bukan. Biasanya tanda-tanda seperti ini akan ada siluman yang besar."
Eunsang menutup mulutnya dan melotot karena merasa benar-benar aneh. Aya berdiri dari kursinya tanpa memikirkan reaksi Eunsang saat ini, mengambil kotak P3K dan meraih kapas untuk menyumpal lubang hidungnya.
"Aku benar-benar tidak mengerti, tadi siang juga seperti ini," balas Aya sedikit mendengak.
"Kalau begitu istirahatlah, adik kecil," ucap Eunsang membuat Aya terdiam.
"Kau yang masih kecil, usia 18 tahun begitu," balas Aya tak terima.
"Huh," Eunsang membuang nafas, "usiaku memang sampai kapanpun akan tetap 18 tahun, dari kau 8 tahun sampai 20 tahun usiaku tidak akan pernah berubah," balas Eunsang lebih detail.
"Ya sudah, aku tidur."
🥀🥀🥀
Aya berdiri di tengah hutan, di antara batu yang bersusun membentuk meja panjang. Aya tahu ini tempat ritual, tempat dimana ia pernah melakukannya dan berakhir dengan kehilangan orang tuanya.
Aya jadi teringat ucapan Eunsang, lelaki Lee hantu itu bercerita jika Aya akan bertemu dengan orang tuanya di alam mimpi. Dan tentu untuk melakukan ritual wajib itu.
Sebenarnya, ritual apa itu sampai membuat Aya melakukannya dengan wajib. Hal yang tidak Aya mengerti adalah mengapa harus mereka lakukan? Mengapa semakin mendekat dada Aya semakin terhimpit nyeri.
"Aya," ibunya memanggil, "merindukan ibu?"
Aya melihat wujud cantik yang sangat muda disana, memakai gaun putih khas kerajaan yang sangat indah. Ia memeluk tubuh ramping itu. Menyadari kedatangan ayahnya di arah yang lain dan meminta Aya untuk berbaring. Menolak, Aya ingin sekali menolak ritual itu. Tapi, ular putih sedang mendekat padanya. Mendekati dirinya dan sontak membuat Aya naik keatas batu.
"Malam ini, jadilah permaisuri raja siluman ular putih dengan sempurna. Dan lihat betapa beruntung dan tampannya Yang mulia raja," ucap Ibunya sembari mengelus anak rambut Aya yang tergerai indah menutupi bahu.
"Selamat ulang tahun, putriku sayang. Selamat ulang tahun yang ke dua puluh."
Deg!
Aya merasa dadanya nyeri dan tubuhnya lemah. Hingga ia tidak sadarkan diri dalam alam mimpinya yang kelam. Istri raja satu ini akan jadi permaisuri yang memiliki sejuta penolakan.
🥀🥀🥀
Woah, aku nih bakal buat cerita Seungwoo dalam rangka merayakan ulang tahun We Escreator dan berkolaborasi dengan permaisuri Mas Ceye.... ayspcy
#WE1stAnniversary
#MiniFestivalWE23Agustus2019.
#999word
KAMU SEDANG MEMBACA
Efemeral - Han Seungwoo
Fiksi Penggemar[Private] • [ ✓] • [season 2 sudah di publish] Pernahkah kalian mendengar cerita tentang siluman yang berkaitan dengan manusia? Banyak, ada yang mengatakan mereka selalu mengganggu bahkan ada yang berkata jika mereka bisa melindungimu. Mendengar ce...