🌴 - 𝑆𝑖𝑐𝑘

5K 528 69
                                    

Jangan lupa pencet bintang yang dibawah ya? Aku sayang kaliaannn:)





"Dek, bangun." Yohan sedikit mengguncang tubuh adiknya agar dia terbangun.

"Ga mau sekolah." Tolaknya dengan suara yang agak serak.

Kemudian, Yohan menempelkan telapak tangannya di dahi Ara.

"Astaga! Lo demam, dek!"

Yohan buru-buru memanggil mama.

"Kenapa sih, Han?" Tanya mama yang sedang membereskan meja makan.

"Itu si adek sakit!"

"Hah?"














"Makan dulu dek." Suruh mama.

Ara tetap tidak mau. "Pahit."

Mama menghela nafas. Ara memang tidak mau makan dari tadi, bahkan Yohan pun menyerah untuk membujuk adiknya makan. Mau tidak mau mama harus menelpon seseorang.

"Bentar, ya?"

Mama keluar dari kamar Ara.

"Mama nelpon siapa, sih?" Gumamnya.

Tidak lama kemudian, mama datang. "Mama harus pergi ke kantor, kamu di rumah ya? Nanti ada orang yang bakal jagain kamu."

"Siapa mah?"

Mama hanya tersenyum. Kemudian mengecup kening anak perempuan nya itu.

"Mama berangkat dulu. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Raut wajah Ara kembali murung tatkala mama pergi dan menyisakan dirinya sendiri di rumah. Bang Yohan sudah berangkat kerja, ayahnya pun begitu.

Ara memutuskan untuk tidur. Namun belum sempat ia memejamkan matanya, sebuah suara membuatnya terkejut.

"Kamu sakit?"

"Hangyul? K-kok lo ada di sini?" Tanya Ara dengan polosnya.

"Saya diamanahkan untuk menjaga kamu." Hangyul tersenyum.

Sebenarnya Ara ingin melawan, tapi dia sangat lemah sekarang bahkan untuk bicara pun sangat malas.

"Sudah makan?"

Ara terdiam.

"Kim Ara, saya tanya. Kenapa tidak jawab?"

"B-belum."

"Kenapa?"

"Pahit. Gak suka."

Tiba-tiba saja semangkuk bubur yang ada diatas meja telah beralih ke tangan Hangyul.

"Saya suapi, ayo makan!"

Ara menggeleng.

"Ara, kalau kamu gak makan nanti tambah sakit."

"Biarin aja, biar perjodohan konyol ini dibatalkan karena gue sakit."

Hangyul tersenyum simpul.

"Kenapa kamu tetap tidak mau dijodohkan dengan saya?"

"K-karena gue gak suka sama lo. Gak kenal juga."

Hangyul meletakkan kembali bubur itu dan mendekat ke arah Ara.

"Tapi saya suka sama kamu." Hangyul mengusap rambut Ara sambil tersenyum.

"K-kenapa?"

Tanpa aba-aba, Hangyul langsung memeluk Ara.

"Jangan sakit, saya sedih liat kamu sakit."

Ara mematung. Dia tidak tau harus berkata apa.

Kemudian, Hangyul melepas pelukannya.

"Jadi supaya kamu cepat sembuh, kamu harus makan dan minum obat."

"Tapi kan, pahit."

"Gak bakalan kalo ada saya."

"Ih apasih? Gak jelas."

Hangyul tertawa kecil.

"Ya udah, sekarang ayo dimakan! Kamu gak mau kan kalo orang tua kamu sedih liat anaknya sakit?"

Ara menggeleng.

"Nah, makanya sekarang makan."

Terpaksa, Ara harus memakan bubur tersebut.

"Udah, gak mau makan lagi."

"Satu suap lagi, ya?"

Ara menatap Hangyul. Entah kenapa wajahnya sekarang terlihat berbeda, lebih sedikit tidak menyebalkan.

"Kenapa? Ada sesuatu di wajah saya?"

Ara tersadar dan langsung menggeleng.

"Mau minum obat aja." Ucapnya tanpa memandang ke arah Hangyul.

Hangyul mengambil obat yang ada di atas meja. Kemudian menyerahkannya kepada Ara.

"Mau langsung tidur?" Tanya Hangyul.

"Iya."

Ara pun menaikkan selimutnya sebatas leher. Setelah itu dia memejamkan matanya.

"Cepat sembuh, calon istriku." Hangyul mengecup kening Ara.

Entah kenapa, Ara merasakan sesuatu yang berdesir dalam tubuhnya. Sebenarnya dia belum benar-benar tidur. Hanya memejamkan mata.

PLIS ARA JANGAN BAPER LO!













×










Hangyul tersenyum menatap foto yang dipajang diruang keluarga Ara. Di sana, Ara tersenyum bahagia. Sangat bahagia.

Sampai kejadian itu datang dan merubah semuanya.

Iya, semuanya.

"Aku kangen kamu, Ra." Ucap Hangyul dengan suara bergetar.

"Lo kok masih di sini?"

Hangyul buru-buru mengusap air matanya dan menoleh dengan wajah seceria mungkin.

"Saya nungguin orang tua kamu pulang. Kasian kalo kamu sendiri."

Ara mengangguk. Kemudian Hangyul menghampirinya.

"Sudah baikkan?" Hangyul meletakkan telapak tangannya ke dahi Ara.

"L-lumayan."

Hangyul tersenyum manis. "Baguslah."

"Gak pulang? Gak dicariin emangnya?" Tanya Ara.

"Saya udah bilang sama orang tua saya, kalau anaknya yang paling ganteng ini mau menjaga calon istri yang lagi sakit."

Hangyul mengacak rambut Ara. "Lucu, kalau lagi ngeblush."

Mata Ara membulat seketika.

"Apasih?! Siapa yang ngeblush?!" Ara buru-buru pergi, tapi sayangnya Hangyul berhasil menahan Ara.

Grep

"Di sini aja, sama saya. Jangan kemana-mana." Ucapnya disela pelukan hangat itu.

Kenapa gue ngerasa ada sesuatu yang aneh ya?

YA AMPUN INGET JAEMIN ARA!!













To Be Continued







Jadi, pilih siapa?

#AraHangyul atau #AraJaemin ?

Husband | Lee HangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang