一. 3

410 46 8
                                    

" Scarf ? "

" Sudah "

" Jaket ? "

" Sudah "

" Hubungi aku jika kau sudah sampai disana "

" Aku mengerti "

" Ingat minum vitaminmu "

" Er.. "

" Jangan jajan sembarangan "

" Aw , aku mengerti "

Tay yang berada disana hanya mendengus kesal memperhatikan Mook yang sangat khawatir pada Gun , bahkan melebihi ketika dirinya yang akan pergi untuk bekerja diluar negeri.

" Berhentilah , Gun bosan mendengar ocehanmu " Ucap Tay yabg sudah tidak tahan lagi melihat tunangannya itu.

" Gun , aku akan menyusul " Ucap Mook, mengacuhkan Tay yang sedang menatapnya kesal.

" P'Tay jaga Mook untukku. Awas saja jika aku mendengar ia menangis seperti terakhir kali. Aku akan membunuhmu " Ucap Gun memeluk Mook dan menatap Tay. Tay mengangguk mengerti , ia mengelus kepala Gun . " Berhati - hatilah disana, jangan mudah jatuh cinta dengan lelaki yang hanya menginginkan tubuh mungilmu " Peringat Tay serius, Gun mengangguk tersenyum mendengar kata - kata Tay.

" Aku berangkat ya, aw jangan menangis Mook. Bukankah kau akan menyusul , kita akan segera bertemu " Gun melepaskan pelukannya pada Mook, sebelum ia berjalan meninggalkan Tay dan Mook , ia mengusap air mata pada pipi Mook. Mook mengangguk.

" Hubungi aku setiap jam , mengerti ? " Perintahmu Mook dengan manja.

" Kau tidak pernah seperti ini saat aku akan pergi " Protes Tay, membuat Gun terkekeh.

" Dia hanya gengsi P'. Sebenarnya setiap detik saat kau tidak ada dia mengeluh merindukanmu hanya saja ia tidak mau jika kamu menggodanya " Balas Gun , Mook mencubit lengan Gun , Gun terkekeh saat melihat tingkah Mook yang menggemaskan.

" Pantas saja aku sangat merindukannya , ternyata ia jauh merindukanku " Tay menggoda Mook .

" Lihat, dia sudah mulai lagi menggodaku " Mook mengadu pada Gun yang sedang terkekeh melihat tingkah dua sahabatnya yang saling mencintai itu.

" P'Tay sangat mencintaimu Mook. Percayalah itu cara dia mengekspresikan dirinya. Jangan bertengkar saat aku tidak ada. Aku akan merindukan kalian, sampai bertemu di Thailand " Ucap Gun, ia melangkah pergi perlahan sembari melambai pada Tay dan Mook. Mook yang sudah berada dipelukan Tay hnya melambai dengan lesu. Ia sungguh memikirkan Gun tanpa dirinya, akan kah sahabatnya itu baik - baik saja disana. Jika saja Tay tidak ada meeting penting mungkin mereka bertiga bisa berangkat bersama. Belum lagi file - file perpindahan Tay baru selesai dua minggu lagi .

" Gun!! " Teriak seseorang membuat Gun mau tak mau menghentikan langkahnya dan menoleh keasal suara . Ia terkejut melihat Joss berada disana , berjalan begitu tergesa - gesa sebelum akhirnya pria kekar itu berlari menghampiri dirinya, memegang kedua pipinya lalu mencium bibirnya , Gun yang begitu terkejut dengan refleks menutup matanya kemudian memeluk leher milik Joss, membalas lumatan bibir Joss pada miliknya, tanpa mengetahui bahwa setiap orang yang ada dibandara tempat mereka berdiri kini mulai menatapnya , termasuk 2 pasang mata yang berada jauh dari mereka.

" Aku akan menyusul, secepatnya " Ucap Joss dengan lembut setelah melepaskan ciuman mereka. Gun yang masih terkejut hanya mengangguk.

" Berhati - hatilah " Lanjutnya lagi, sembari mengelus kepala Gun kemudian mencium kening pria mungil itu.

Gun , meskipun ia masih terkejut tetap melanjutkan langkahnya dan perlahan menghilang dari pandangan Joss.

" Oho, beraninya kau , Joss!! " Mook tiba - tiba saja memukul bokokng Joss , membuat pria itu terkejut lalu sedikit meloncat menjauh.

" Aw, P'Mook. Apa yang kau lakukan ? Ini sangat memalukan " Ucap Joss protes.

" Memalukan katamu ? Setelah kau berlari lalu menciumnya seperti itu ? " Mook menggeleng heran melihat tingkah calon adik iparnya yang benar - benar tak terduga.

" Aku seperti pernah melihat orang itu " Ucap Tay membuat Joss dan Mook menoleh kearahnya.

" Huh ? " Mook mengikuti arah pandangan Tay. Ia membelalakan matanya ketika melihat Off dan Fon menatap mereka dari jauh.

" P'Mook ada apa ? " Tanya Joss mengikuti pandangan calon kakak iparnya itu, dan mendapati seorang pria menatapnya dengan tatapan kebencian.

" P' Tay , apakah itu rivalmu ? Kenapa dia menatapku seperti itu ? " Tanya Joss bergidik ngeri melihat tatapan Off padanya.

" Bukan rival Tay, dia rivalmu " Jawab Mook, Joss kebingungan mendengar pernyataan Mook.

" Prof. Off bukan ? " Tanya Tay setelah mengingatnya.

" Oh itu Prof. Off yang terkenal itu , kenapa dia terlihat begitu membenciku ? " Tanya Joss yang masih kebingungan, karena Off tak henti - henti menatap dirinya.

" Masih bisa bertanya ? Yang kau lakukan pada Gun itu membuatnya menatapmu seperti itu " Jawab Mook kesal karena meskipun tampan Joss tetaplah punya kekurangan yaitu sedikit bodoh dan kurang bisa sadar akan situasi.

" Aku ? Gun ? " Ia teringat saat ia mencium Gun.

" Err.. Kau mencium Gun " Jelas Tay, Joss menoleh kearah kakaknya itu setelah menyadari sesuatu.

" Dia menyukai Gun ? " Tanya Joss kesal dan sedikit terkejut, Tay dan Mook menoleh kearahnya dan mengangguk.

" Sudah kukatakan dia rivalmu, bukan Tay " Jawab Mook, menepuk pundak Joss, kemudian berlalu pergi dengan menggandeng lengan Tay meninggalkannya yang masih terdiam membeku sembari menatap Off, membalas tatapan kebencian Off.

Tbc
19/08/19

♡一. Falling In Love At The First DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang