Tiga

22 3 0
                                    

Jika ada yang bertanya apakah seorang Kim Myungsoo mencintai kakaknya yang saat ini sedang sakit? Jawabannya tentu saja iya. Dia sangat menyayangi kakaknya bahkan di saat seperti ini. Terkadang dia berpikir mengapa Tuhan menguji keluarga mereka dengan begitu hebatnya? Apa karena mereka keluarga yang tidak mengenal agama dan tidak menganggap Tuhan itu ada? Well, bagaimana dengan keluarga lainnya? Bukankah di negara ini banyak penduduk yang sepaham dengan mereka? Ah, andai dia tahu saja bahwa Tuhan memiliki caranya tersendiri untuk memberikan peringatan ke pada makhluk ciptaanNya sekaligus menunjukkan ke-EsaanNya.

Pertama kalinya dia melihat keadaan kakaknya yang dirasa berbeda, hanya satu yang ada di dalam pikiran anak ke-4 keluarga Kim tersebut.

'Berbohong'

Satu kalimat itu yang dia pikirkan saat itu. Mungkin saja sang kakak ingin lari dari tanggung jawabnya dengan cara dia berpura-pura sakit. Bukankah itu masuk akal? Namun semua dugaan itu terbantahkan ketika dia melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika kakaknya mengompol  seraya menangis di dalam rumah karena dia merasa ketakutan karena terus menerus ditanyai oleh Ibu mereka.

Ah, ngomong-ngomong soal Ibu Kim... Wanita yang usianya sudah tidak muda lagi itu benar-benar shock dan terpukul ketika mendapatkan anak sulungnya yang selalu dia banggakan memiliki penyakit seperti itu dan dia baru saja tersadar ketika sang dokter bercerita tentang riwayat penyakit tersebut yang diturunkan dari leluhur-leluhur mereka terdahulu. Sepertinya 'kutukan' ini akan terus berlanjut di dalam keluarga mereka.

Semenjak hari itu, senyum cerah Ibu Kim perlahan menghilang dan digantikan dengan tangisan dan teriakan penuh amarah. Ibu mereka perlahan-lahan mejauhi anaknya sendiri dan mengurung dirinya di dalam kamar. Memiliki anak yang berpenyakit menurutnya sama saja dengan membawa aib ke pada keluarga mereka, jadi dia sebisa mungkin harus menjauhi aib tersebut agar namanya tetap harum.

Tak dipedulikannya tangisan si anak sulung yang minta diperhatikan atau pun hanya untuk sekedar ingin ditemani bermain oleh Ibunya sendiri. Nyonya Kim tetap dengan pendiriannya untuk sebisa mungkin menjauhi aibnya tersebut, dirinya lebih memilih untuk mengunci dirinya di dalam kamar selama seharian hingga tiba saatnya dia keluar dari dalam singgasananya dan menghampiri si anak sulung yang saat itu sedang asik memainkan Lego kesayangannya.

"Hey, Nak... Apa kabar?"

Si ibu bertanya ke pada anaknya dengan lembut namun tatapan matanya kosong, Myungsoo yang duduk tidak jauh dari mereka, bisa melihat tatapan sendu dan entahlah, Myungsoo tidak mengetahui arti tatapan mata ibunya ke pada kakaknya saat ini. 

"Eommaaaa, akhirnya keluar dari dalam kamar juga! Tau ga Eomma? Gyu tuh kangen sekali sama Eomma! Lihat nih, Gyu sampe bikinin rumah-rumahan yang besar biar Eomma ga ngerasa sesak karena terus berada di dalam kamar."

Sunggyu menjawab pertanyaan ibunya dengan penuh semangat. Si anak menarik lengan ibunya dan membawanya duduk bersimpuh di atas karpet bulu yang tebal sembari memperlihatkan mainan block yang sudah dia bentuk menjadi sebuah bangunan yang menyerupai rumah. Ah tidak, lebih tepatnya menjadi sebuah istana. Tangan terampilnya dengan cekatan memainkan mainan yang berbentuk persegi itu dan menyusunnya dengan rapi. Setelah semuanya dirasa sempurna, barulah si sulung mengarahkan tangan sebelah kanannya menuju hasil karyanya yang sudah berdiri dengan tegak di atas karpet berikut dengan senyum bangganya.

"Tarararaaaaa... Lihatlah ini, Eomma. Bagus kan istana buatan Gyu?

Dengan intonasi suara yang agak tinggi yang berasal dari mulut si anak sulung, seakan berhasil menarik fokus ibunya yang sedari tadi hilang entah kemana.

"Wah bagus sekali, anak Eomma memang pintar. Apakah Gyu membuat semua ini agar Eomma tidak berada di dalam kamar terus?"

"Eung, Gyu membuat istana ini agar Eomma bisa sering keluar kamar dan bermain dengan Gyu di sini."

"Ah begitu, namun sayangnya aku tidak peduli dengan mainan bodoh itu."

Ibu menjawab pertanyaan antusias dari si anak sulung dengan ketus seraya bangkit dari karpet dan berjalan kembali ke dalam kamarnya. Jawaban dengan nada dingin yang terlontar dari bibir wanita yang telah melahirkan mereka tersebut sontak berhasil membuat Myungsoo yang awalnya sedang asik membaca koran, membulatkan matanya dan segera bangun dari duduknya hendak melayangkan protes.

"Eomma kok bicara seperti itu?"

Namun suara protesnya itu hanya dibalas dengan debaman pintu yang lumayan kencang yang berasal dari kamar ibu mereka.

"Myung, kenapa Eomma jutek ke pada Gyu?"

Yang ditanya pun hanya bisa menghela nafas sambil menggelengkan kepala.

"Hhh... Entahlah."

Bersambung...

The Kims (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang