5

15 5 0
                                    

"Masing-masing pegang ini satu-satu" Ucap pak Sodiq.

"Sapu? Buat apa pak?" Tanya Juna bingung.

"Buat bersih-bersih lah" bukan pak Sodiq yang menjawab, melainkan sang kakak yang bernama Fahri.

"Gue gak nanya Lo ya" Sewot Bima sambil nunjuk-nunjuk ke arah Fahri.

"Sudah-sudah, sekarang kalian bersihkan lapangan ini sampai gak ada satupun daun yang tersisa.

"Pak,disini kan banyak pohon gak mungkin bisa bersih dong pak" sewot Juna tak terima.

"Mangkanya itu,kalian harus berfikir agar lapangan ini bersih sampe besok pagi" Kata pak Sodiq.

"Gak bisa gitu dong pak, kan saya buk-" ucapan Juna terpotong dengan ucapan Fahri.

"Baik pak,kami akan berusaha" katanya.

"Baiklah kalau begitu,sekarang bapak tinggal dulu" pak Sodiq pun meninggalkan mereka berdua.

Setelah pak Sodiq pergi dari situ,mulailah si Juna marah-marah dengan Fahri.

"Apa-apaan ini, gue gak mau bersih-bersih" tolak Juna sambil melempar sapu yang ada di tangannya.

"Terserah Lo, tinggal lapor sama pak Sodiq kalau lu gak mau bersih-bersih, gampang kan" kata Fahri dengan nada meremehkan adiknya itu.

"Anj-"

"Gak usah ngomong kasar,kakak gak suka" Ucapnya setelah itu langsung memulai menyapu dedaunan yang jatuh.

"Ck kakak" Juna berdecik tak suka.

Juna dan Fahri mulai menyapu halaman sekolah yang sangat luas. Fahri yang menyapu di sebelah kiri terlebih dahulu,sedangkan Juna yang menyapu di sebelah kanan terlebih dahulu.

Tidak ada satu kata yang keluar dari mulut mereka satupun,baik Juna maupun Fahri.

20menit berlalu, mereka hampir menyelesaikan hukuman tersebut.

Juna yang sudah sangat lelah akan kegiatannya tersebut,sedangkan Fahri yang masih biasa-biasa saja.

"Udah lah,gue cape" lenguhan terdengar dari mulut Juna.

"Cowo kan? Kok cape" sindir sang kakak yang masih fokus menyapu.

"Serah gue lah"
"Gue mau pulang, lu lanjutin aja sisanya" kata Juna dan langsung pergi meninggalkan Fahri.

"Anak itu" ucap Fahri lirih.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Mbak,saya lupa bawa dompet. Ya udah gini aja,saya pulang dulu nanti saya kesini lagi" Sudah berapa kali Salwa memohon ke petugas kasir indoapril tersebut.

"Mbak,disini gak bisa kaya gitu mbak" kata mba kasir tersebut.

"Tapi mbak-" ucapan Salwa terpotong oleh suara laki-laki yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Biar saya yang bayar" kata laki-laki tersebut.

Salwa yang akan sadar itupun membalikkan badan guna untuk mengetahui siapa laki-laki itu.

Kak juna.

"Berapa semuanya mba?" Tanya Juna ke mbak kasir.

"126.000 mas"

"Nih mba uangnya" ucap Juna sambil menyodorkan uangnya.

"Terimakasih telah mengunjungi kami" salam pelayan tersebut.

"Nih punya Lo" katanya.

Salwa yang masih bengong dengan kejadian tadi membuatnya tidak bisa berbicara.

"Woy"

"Ehh makasih kak, buat yang tadi saya bakal gantiin uang kakak kok,saya permisi dulu ya kak" Salwa hampir saja mau pergi sebelum tangannya di tahan oleh Juna.

"Ikut gue sekarang" katanya sambil menarik Salwa ke parkiran.

"Lho kak,mau kemana kak?" Protes Salwa.

"Nurut aja sama gue" ucapnya dengan nada datar.

Salwa pun menurutinya, naik ke motor Juna dan Juna pun mulai menjalankannya.

5minute later

"Turun" suruhnya setelah sampai ke tempat tujuan.

"Kok ke tempat ini lagi kak" tanyanya sambil turun dari motor Juna.

"Lu ada janji sama gue" katanya dan setelah itu masuk duluan ke rumah tersebut.

Hukuman itu lagi

"Lanjutin lagi, jam 8 malam gue anterin lu balik" ucap Juna sambil melemparkan buku ke Salwa.

"Jam 8 malam kak?! Saya kan gak pernah pulang malam sampai jam 8 kak, saya juga belum izin sama ibu saya" protesnya.

"Nurut aja sama gue,kerjain sekarang" suruhnya.

Salwa tidak menjawabnya,ia hanya langsung membuka bukunya dan langsung menulis yang seharusnya ditulis oleh Juna.

Juna hanya duduk dan memainkan ponselnya di depan Salwa. Sekali-kali Juna melirik Salwa yang sedang menulis, tetapi dia tidak peduli. Yang penting hukumannya selesai.

"Minum dulu,kasian jari lu kehausan" kata Juna.

Salwa yang sedang menulis pun langsung menghentikan kegiatannya itu dan menoleh ke depan.

Satu kaleng minuman soda yang sudah terbuka tutupnya pun sudah ada di depan matanya.

"Maaf kak,bukannya saya menolak pemberian kakak. Tapi saya gak suka minuman soda" ucapnya.

"Ya udah gak usah diminum"

"Iya kak"

Salwa pun melanjutkan kegiatan menulisnya itu, sudah 10 lembar buku ia menulis. Dan ini baru jam 7 malam, sedangkan Juna mengantarkannya jam 8 malam.

"Nih minum" entah sejak kapan Juna pergi ke dapur untuk mengambil sekotak susu untuk Salwa.

Salwa hanya menatapnya bingung.

"Nggak suka?"

"Ehh enggak kok kak,makasih kak" ucapnya dan langsung meminum susu tersebut langsung habis.

"Habis ini gue anterin Lo pulang"

Salwa melihat ke arah Juna yang masih fokus dengan ponselnya.

"Tulis nomor lu" suruhnya sambil menyodorkan handphone nya.

"Buat apa kak" tanya salwa dengan tatapan heran.

"Jangan banyak tanya"

Salwa pun mulai menuliskan nomer nya di ponsel Juna.

"Nih kak" ucap Salwa setelah selesai menuliskan nomer ponselnya.






















TBC-!

# T W O B R O T H E R STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang