Empat

2.1K 425 59
                                    

Hangyul langsung merebahkan tubuhnya di ranjang begitu sampai di apartemennya. Sesekali Ia memijat pelipisnya memikirkan besok akan jadi seperti apa. Menjadi seorang akuntan saja sudah membuatnya pusing, sekarang ditambah lagi dengan kehadiran Cho Seungyoun di kantornya.

Baru lima menit Ia memejamkan matanya, ponselnya berdering. Hangyul menghela napasnya berat. Dengan tidak ikhlasnya, Ia meraih ponselnya yang tergeletak di nakas samping tempat tidur.

Tanpa melihat siapa penelponnya, Ia langsung menerima panggilannya. "Halo, ada apa?"

Terdengar suara kekehan di seberang panggilan. "Kau terdengar agak lelah."

Ah, pria ini lagi.

Jadi, apa resolusi Hangyul berantakan?

"Tidak hyung, hanya sedikit pusing. Ada apa hyung?"

"Tidak ada apa apa, aku hanya ingin mendengar suaramu."

Hangyul mendengus pelan. "Kita bahkan baru berpisah di kantor 1 jam yang lalu, hyung. Kau baru saja mendengar suaraku 1 jam yang lalu, apa kau tak bosan?"

Seungyoun mengerucutkan bibirnya di seberang sana, yang bahkan tidak terlihat oleh Hangyul. "Tidak, tidak bosan sama sekali. Tapi aku ingin mendengar suaramu." terdapat jeda setelahnya, Seungyoun menghela napasnya pelan. "Aku hanya rindu, Hangyul-ah."

Hangyul tergagap mendengar pernyataan tiba-tiba dari Seungyoun. "Ha-hari Senin kita masih bertemu di kantor, hyung."

"Terlalu lama. Ini bahkan masih hari Jum'at." ujar Seungyoun yang terdengar agak merengek di telepon.

"Jangan berlebihan."

"Aku serius, Hangyul."

"Jangan serius-serius. Tak cocok denganmu."

Terdengar suara tertawa khas Cho Seungyoun di seberang telepon. "Kenapa? Aku ini bisa serius, asal kau tahu."

"Oh ya? Dalam hal apa?"

'Dalam hal mencintaimu. Aku tak pernah bermain-main dalam hal itu.' teriak Seungyoun di dalam hatinya.

"Dalam hal pekerjaan contohnya, lihat saja aku ketika bekerja."

"Apa aku harus?"

"Oh iya, jangan. Nanti fokusku teralihkan kepadamu seluruhnya."

Hangyul hanya bisa mendengus geli namun diam-diam tersenyum kecil. Dan saat itu Hangyul lupa, bahwa sebenarnya Ia tak pernah suka bertelepon dengan orang lain.

*****

Entah sudah keberapa kalinya Hangyul menghela napasnya. "Aku kembali bertemu dengannya."

Si lawan bicara yang sedang meminum Iced Americano-nya pun tersedak dengan tidak indahnya. Sambil menyeka bibirnya yang basah akibat minumannya tadi, Ia membelalakkan matanya.

"Bagaimana bisa? Bukankah selama tiga tahun ini kau sudah berhasil tidak bertemu dengannya?"

Hangyul mengacak rambutnya. "Aku tidak tau, tapi ini sangat membuatku frustasi."

"Mungkin ini sudah saatnya bagimu agar tak terus menghindar, Hangyul-ah. Mungkin masih ada urusan yang belum selesai di antara kalian, sehingga kalian dipertemukan kembali oleh-Nya?"

move on -seungyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang