Tiga

1.9K 459 12
                                    

Pusing. Itu yang Hangyul rasakan saat ini. Sejak pagi hari pekerjaannya sudah menumpuk. Banyak laporan yang harus Ia cek dan selesaikan hari ini juga. Saat sedang sibuk memijat pelipisnya, rekannya memanggil.
 
"Ya, Lee Hangyul."
  
"Ada apa? Kau ingin membantuku mengecek semua laporan ini?"
  
"Tidak, terima kasih."
  
"Lalu, ada apa?"
  
"Hari ini akan ada kepala divisi yang baru. Itulah kenapa para manager dan kepala bagian mengadakan rapat di pagi hari seperti ini."
 
"Ah begitu. Baguslah kalau begitu."
  
"Ya, apa apaan dengan responmu itu."
  
"Lantas aku harus bagaimana, Yohan-ah?" Hangyul mendesah frustasi.
 
"Kudengar dia tampan, masih muda, dan yang terpenting dia masih single."
  
"Apa-apaan kau ini. Kau tidak ingat dengan Song Yuvin ya?"
  
Yohan yang mendengarnya menjadi kesal sendiri. Ia refleks menjitak kepala Hangyul. "Bukan untukku. Tapi untukmu, Hangyul. Aku lelah mencarikanmu teman untuk kencan buta."
  
"Aku tidak pernah memintamu mencarikannya kan? Kau saja yang terlalu buru-buru agar aku segera dapat pasangan." Hangyul terkekeh geli.
  
Baru saja Yohan akan protes, tiba-tiba kepala bagian mereka datang diikuti dengan seseorang di belakangnya. Hangyul melanjutkan kegiatan mengecek laporannya yang sempat terganggu tadi oleh Kim Yohan.
  
"Baiklah semuanya, karena kepala divisi kita belum lama ini dipindahtugaskan ke divisi lain, maka sekarang kita sudah ada penggantinya. Pak Cho, silahkan."
  
Hangyul yang sedang fokus dengan laporannya tiba tiba mematung saat mendengar marga tersebut, lalu menggelengkan kepalanya.
  
'Ah tidak mungkin, Cho bukan hanya dia.'
  
"Terima kasih Pak Kepala Bagian Yoon. Selamat pagi semuanya, perkenalkan saya kepala divisi yang baru. Nama saya Cho Seungyoun. Semoga kita dapat bekerja sama dengan baik."
  
Hangyul tersedak mendengar suara khas itu dan langsung menatap ke arah sumber suara.
  
'Apa-apaan ini? Aku dan dia sekarang satu kantor?'
   
Seungyoun yang ditatap oleh Hangyul membalasnya dengan senyum tipis. Senang bisa melihat pemuda Lee disini. Namun, Ia kembali mengedarkan pandangannya ke semua penjuru ruangan ini dan ikut bertepuk tangan bersama karyawan dan karyawati yang lain.
 
"Kurasa seiring berjalannya waktu kita akan mengenal satu sama lain. Kalau begitu, silahkan lanjutkan pekerjaan kalian." lanjut Seungyoun.
  
Kondisi Hangyul? Semakin pusing.
   

*****

  
Makan siang bersamaku ya? Aku tidak terima penolakan.
  
Sebuah pesan dengan nomor pengirim tak dikenal masuk ke ponsel Hangyul.
 
Siapa?
  
Sent.
  
Kepala divisimu yang baru.
  
Hangyul membelalakkan matanya kala membaca pesan balasan dari nomor tadi. Mati kau Lee Hangyul. Kau harus segera kabur sebelum Cho menangkapmu dan mengajak makan siang bersama.
  
Hangyul pun menepuk bahu Yohan dengan err... agak brutal.
  
"Hey, Kim Yohan. Kau makan siang dimana? Aku ikut makan siang bersamamu ya? Boleh kan?"
  
Yohan meringis pelan. Tenaga Lee Hangyul tidak main-main. "Bisa tidak pukul-pukul badanku? Ini bukan samsak kalau kau mau tahu."
  
Hangyul berhenti menepuk bahu Yohan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, malu. "Maaf, Yohan-ah. Boleh kan boleh kan?"
  
"Tidak, kau makan siang bersamaku."
  
Iya, suara ini bukan suara Kim Yohan. Hangyul masih merutuki dirinya sendiri dan Kim Yohan tentu saja yang tidak langsung mengiyakan permintaannya, dan membantunya kabur dari Seungyoun.
  
Hangyul membalik badannya dengan malas.
  
"Eum, begini pak Kepala Divisi Cho, tapi aku sudah ada janji makan siang dengan orang lain."
  
"Dengan siapa? Tapi tadi kau memintaku makan siang bersamamu." Yohan menatap polos ke arah Hangyul.
   
Dalam hati Hangyul mengumpat dengan kasar. Kenapa di saat genting seperti ini Yohan tidak membantunya? Astaga, sepertinya Ia perlu sering-sering mengajari Yohan.
  

*****

  
"Kau mau makan apa?"
  
'Makan hati.' jawab Hangyul, tentu saja dalam hati.
 
"Apa saja, asal tidak pedas."
 
Seungyoun terkekeh pelan. "Masih tidak suka makanan pedas?"
  
Seungyoun menyebutkan pesanannya kepada pelayan disana, lalu mengembalikan buku menu dan tak lupa mengucapkan terima kasih.
  
"Bukan tak suka, tapi aku tak ingin mulutku terbakar dan tidak menikmati makananku."
  
Seungyoun kembali terkekeh melihat Hangyul yang menjawab pertanyaannya dengan nada yang sedikit ketus. Ia pun menatap si pemuda Lee.
  
"Jadi, kenapa kau tak ingin bertemu denganku?"
  
Hangyul menghela napasnya pelan. "Tak apa, tak ada alasan khusus."
  
'Tentu saja untuk melupakanmu, Cho. Kau ini pura-pura bodoh atau apa?'  teriak Hangyul dalam hati.
 
"Kalau tak ada alasan khusus, berarti aku minta agar kau tak menjauhiku lagi. Aku memaksa."
  
Apalagi ini?
  

*****

  
Guys, makasih banyak yang udah mau baca, vote, dan komen works yang alurnya naudzubillah ini😭 maaf belum bisa balesin komen kalian satu-satu huhu

move on -seungyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang