Lima

1.9K 380 30
                                    

"Karena aku menyukaimu, mungkin?"

Seungyoun yang mendengarnya menjadi salah tingkah sendiri. Telinganya memerah, jantungnya berdegup cepat, dan keringat mulai bercucuran.

"Be-benarkah?" tanya Seungyoun dengan susah payah.

Hangyul menganggukkan kepalanya malu-malu. Hancur sudah pertahanannya saat ini. Persetan dengan resolusi, Ia hanya ingin mengungkapkan perasaannya sejak dulu.

"Kenapa bisa?"

Hangyul yang ditanya seperti itu pun berpikir keras. Kedua alisnya menyatu kala Ia mencari jawaban dari pertanyaan tersebut.

Hangyul menyerah. "Aku tidak tau, hyung."

Seungyoun menggigit pipi bagian dalamnya pelan, menahan untuk tidak memeluk pria yang ada di hadapannya saat ini. "Kenapa baru mengatakannya sekarang?"

Hangyul mengerjap polos. "Karena kita baru bertemu."

Tak tahan, Seungyoun pun mengusak rambut Hangyul pelan. "Bukan itu maksudku, kenapa tidak kau katakan sejak dulu? Saat kita masih kuliah, Hangyul-ah." ucap Seungyoun dengan nada lembutnya seraya memainkan rambut Hangyul.

Semburat merah muncul di pipi Hangyul karena diperlakukan seperti itu oleh Seungyoun. Ia mengalihkan pandangannya agar tak bertatapan dengan si pemuda Cho.

"Kenapa aku diintrogasi seperti ini?" bibir Hangyul mengerucut, tanda Ia sedikit kesal.

Seungyoun yang melihatnya tertawa pelan. Gemas, pikirnya. Ia pun meraih dagu Hangyul, dan membuat agar Hangyul menatapnya.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Lee."

Hangyul teringat kembali kejadian pada tahun baru saat itu. Saat Seungyoun dipeluk oleh seorang wanita dengan eratnya. Luka lama kembali dikorek. Mata Hangyulpun menjadi berkaca-kaca, siap menumpahkan air matanya kapan saja.

Seungyoun yang melihat wajah Hangyul seperti itu pun kalang kabut. Ia tak bisa melihat Hangyulnya menangis. "Hei, ada apa? Tak perlu menjawab pertanyaanku jika memang kau tak ingin, oke?"

Jari-jari pendek Seungyoun menangkup pipi Hangyul, sesekali mengusapnya lembut. Hangyul menarik napasnya pelan, teringat perkataan Jinhyuk. Ia harus menyelesaikan masalahnya dengan Seungyoun.

"Kau ingat saat aku meminta bertemu denganmu pada tahun baru?" Seungyoun mengangguk. "Saat itu sebenarnya aku ingin mengungkapkan perasaanku padamu. Aku menunggumu di kedai seperti anak hilang. Karena bosan, aku berjalan-jalan di pinggir sungai Han." lanjut Hangyul.

Seungyoun menahan senyumnya. "Lalu?"

"Mmm.... Lalu saat aku sedang berjalan di sekitar sana, aku melihatmu. Melihatmu dipeluk oleh–" omongan Hangyul terputus karena tiba-tiba Ia ditarik ke pelukan Seungyoun.

Hangyul mengernyit bingung. "Kenapa kau memelukku? Aku bahkan belum selesai berbicara, hyung." Ia mencebik kesal.

"Tak perlu dilanjutkan sisanya. Aku hanya ingin kau tau bahwa wanita yang kupeluk itu sahabatku, Park Jimin. Ia memelukku disana sebagai ucapan perpisahan karena akan melanjutkan sekolah ke luar negeri. Ia pun datang berpamitan saat itu bersama dengan kekasihnya."

Jadi, selama ini Ia hanya salah paham? 3 tahun Ia berusaha menghindar dari Seungyoun sebenarnya sia-sia?

'Bodoh sekali kau, Lee Hangyul. Kau terlalu termakan api cemburu padahal kau tak tau apa apa. Bodoh, bodoh, bodoh.' rutuk Hangyul dalam hati.

Seungyoun melepas pelukannya dan mengernyit bingung. "Sebentar, lalu selama ini menghindar dariku karena itu?"

Hangyul meringis pelan dan menggigit bibir bawahnya. Lalu, Ia menganggukkan kepalanya pelan.

move on -seungyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang