Enam

2K 377 46
                                    

"Boleh aku menciummu?"

Wajah Hangyul seketika memerah, Ia sontak menunduk untuk mengalihkan pandangannya dari tatapan intens Seungyoun.

"M-mesum."

Seungyoun yang melihatnya tertawa pelan, lalu menempelkan dahinya ke dahi Hangyul. Hangyul mengernyit saat merasakan dahi Seungyoun yang panas. Ia sontak memundurkan kepalanya dan meletakkan punggung tangannya di dahi Seungyoun untuk mengecek suhu tubuh Seungyoun.

"Hyung, kau demam."

"Tidak, aku tidak demam. Aku baik-baik saja, Hangyul-ah."

"Aku memberikan pernyataan hyung, bukan pertanyaan. Kau harus istirahat, ayo aku antar ke kamar."

Alih-alih menuruti Hangyul, Seungyoun malah semakin mengeratkan rangkulannya pada pinggang Hangyul. Ia merasa kepalanya sedikit pusing lalu Ia pun menenggelamkan wajahnya di bahu pemuda yang lebih pendek.

Ting tong!

Bunyi bel apartemen Hangyul mengalihkan perhatian keduanya. Namun, Seungyoun nampak tidak peduli, Ia justru makin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Hangyul.

"Hyung tunggu di sofa sebentar ya? Aku membukakan pintu dulu."

"Tidak mau." Hangyul baru tahu kalau Seungyoun sakit, Ia berubah menjadi manja seperti ini.

Hangyul mengusap lembut rambut Seungyoun. "Sebentar saja, ya? Aku janji tidak akan lama."

Seungyoun dengan terpaksa melepaskan rangkulannya pada pinggang Hangyul dan merutuki orang yang menekan bel apartemen Hangyul. Mengganggu saja, pikirnya.

Hangyul memapah tubuh Seungyoun yang agak sedikit tertatih karena kepala Seungyoun yang mulai pusing. Ia membantu Seungyoun merebahkan dirinya di sofa. Setelah itu Ia tersenyum pelan dan mengusap lembut pipi Seungyoun.

Ia beranjak dari sana untuk membukakan pintu apartemennya.

"Oh Seungwoo hyung. Ada apa, hyung?"

"Ah ini, Ibuku baru saja datang berkunjung. Ia membawakanku kimchi timun dan membungkuskan juga sedikit untukmu. Ibuku bilang harus dihabiskan."

Hangyul melihat paper bag yang dibawa oleh Seungwoo yang bisa dibilang tidak sedikit isinya. Hangyul tersenyum kecil lalu menerima paper bag tersebut.

"Ah seharusnya tak perlu repot, hyung. Aku jadi merasa tidak enak jika harus merepotkan seperti ini terus-menerus."

Seungwoo mengusak rambut Hangyul pelan. "Tak apa, Ibuku sudah menganggapmu anaknya sendiri."

"Tetap saja, hyung. Oh iya, apa Bibi Han masih di apartemenmu, hyung?"

"Masih, Ibuku menginap di apartemenku. Ayahku juga ingin menyusul nanti. Kau ingin mampir?"

"Ah begitu. Aku ingin, tapi tak bisa sekarang hyung." Hangyul menoleh ke arah sofa miliknya yang masih ditiduri oleh Seungyoun. Menatapnya sedikit khawatir, takut pemuda bermata sipit itu tak nyaman berada disana.

Seungwoo menganggukan kepalanya pelan. "Sedang ada tamu rupanya. Maaf kalau aku mengganggu, Gyullie. Kalau begitu, jika sempat mampir saja ke tempatku ya. Ibuku merindukanmu, katanya."

"Baik hyung."

Hangyul menutup pintu apartemennya usai Seungwoo pamit dan pulang ke apartemennya yang hanya beda beberapa nomor saja dari apartemen Hangyul.

Ia pun kembali ke sofa dan menggerakkan pelan badan besar Seungyoun.

"Hyung, ayo pindah ke kamar. Disini pasti tidak nyaman."

move on -seungyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang