Tujuh

2K 330 36
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Hangyul merengut kesal karena Seungyoun tak kunjung mengangkat teleponnya.

"Astaga, sebenarnya dia ini kemana?"

Tepat di panggilan kesembilan Hangyul ke Seungyoun, teleponnya pun akhirnya diangkat oleh si pemuda Cho.

"Hm, halo?" Suara serak khas orang bangun tidur terdengar di telinga Hangyul. Ia menghela napasnya pelan.

"Hyuuuung, aku sudah di depan apartemenmu sejak 40 menit yang lalu."

"Oh Hangyul-ah, kau sudah di– hah? Astaga, kenapa tidak memencet belnya sejak tadi?" terdengar suara berisik di seberang telepon.

"Sudah, hyung. Sudah kulakukan hingga rasanya jari telunjukku mati rasa."

Pintu apartemen Seungyoun pun tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok si pemuda sipit yang rambutnya acak-acakan. Ia tersenyum sangat lebar sehingga matanya menjadi satu garis lurus.

"Hai, selamat pagi. Maaf sayang, kemarin aku lembur hingga larut malam. Ayo, masuk dulu. Aku akan bersiap-siap."

Hangyul mematikan sambungan teleponnya dan langsung menubruk tubuh Seungyoun, memeluknya dengan erat. Lalu, Hangyul menengadahkan wajahnya menatap Seungyoun.

"Lama sekali, kakiku sampai kebas." Hangyul mengerucutkan bibirnya.

Seungyoun yang melihatnya pun terkekeh pelan dan memeluk Hangyul gemas. "Maaf ya, lembur kemarin menguras habis tenagaku."

Hangyul mengerjapkan matanya, lalu menatap Seungyoun khawatir. "Apa kita batalkan saja? Hyung terlihat telah sekali."

"Tidak bisa begitu. Pokoknya hari ini kita harus bersenang-senang. Tapi, aku mandi dulu ya."

"Iya hyuuung. Cepatlah, jika terlalu siang ramai disana."

"Kau mau tunggu disini atau ikut mandi denganku?"

"Ya'! Cho Mesum Seungyoun, cepat mandi sana!"
   

*****

 
"Hyung ayoooo, kita naik wahana yang itu hyung." ujar Hangyul yang bersemangat seraya menunjuk ke wahana perahu besar yang terombang ambing dengan ekstrim.

Mereka sekarang berada di wahana bermain terbesar di Seoul. Mood Hangyul kembali meningkat sejak Ia menginjakkan kakinya disini. Seungyoun tentu saja senang. Tapi, Ia sedikit menyesali keputusannya kali ini. Sudah entah keberapa kalinya Hangyul mengajaknya menaiki wahana-wahana ekstrim disini. Bukan ini kencan yang Seungyoun bayangkan. Ia membayangkan akan kencan berkeliling disini sambil memakan permen kapas ataupun es krim.

"Apa kau tidak lelah, Hangyul-ah? Bisakah kita beristirahat terlebih dulu, hm?"

Si pemuda yang lebih muda tersenyum lebar sambil menaik-naikkan alisnya ke arah Seungyoun. "Bilang saja hyung takut, ya 'kan?"

"Ti-tidak, aku tidak takut tuh."

"Ah yang benar?"

"Benar sayang."

Hangyul yang dipanggil seperti itu pun langsung diam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain karena pipinya yang memerah. Seungyoun yang melihatnya tertawa kencang.

"Aigoo, wajah pacarku memerah. Lucu sekali." ucap Seungyoun sambil mengusap lembut pipi Hangyul.

Hangyul menutup wajahnya dengan tangannya agar tidak terlihat oleh Seungyoun. "Jangan lihat, aku malu."

"Kenapa malu dengan pacarmu sendiri, Hangyul-ah?"  Seungyoun beranjak dari tempat duduknya, lalu mengambil salah satu tangan Hangyul.

"Ayo makan siang. Aku lapar sekali." ajak Seungyoun yang langsung disetujui oleh Hangyul.

move on -seungyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang