Extra 1 - I Wish You Never Hold A Gun

257 32 7
                                    


Ini cerita Extra ya..jadi bukan lanjutan main story.

Malam setelah banyaknya kejadian yang membuat Ash dan Eiji akhirnya pindah ke apartemen mewah setelah sebelumnya meretas beberapa sumber kekayaan Goldin. Ash kembali tidak pulang.

Sudah beberapa kali Eiji melihat berita di tv atau membaca di koran perkelahian antar geng jalanan semakin menjadi di Manhattan. Eiji sebenarnya sudah curiga bahwa ini ada hubungan  dengan sahabatnya. Tapi dia selalu menahan untuk tidak mengatakannya kepada Ash.

Im not going to think about it. I promise my self, no matter happen i will believe in him.

Hingga suatu ketika Ash pulang hingga larut dan Eiji menemukan ada noda darah dibajunya.

"Ash, kau baru pulang?" Kata Eiji ketika Ash masuk ke kamar mereka.

Ekspresi Ash sedikit terkejut, tidak menyangka Eiji masih belum tidur, tidak seperti biasanya.

"Mhm..kau belum tidur? Jawab Ash. Dia masuk dan segera melepas jaket yang ia kenakan.

Dia berusaha dengan cepat untuk ke kamar mandi. Menghindari kontak mata dengan Eiji.

"Ash.."

Ash berhenti di depan kamar mandi.

"Ada darah diujung bajumu."

Jantung Ash tiba-tiba berdebar. Sungguh, meskipun Eiji telah mengetahui segala yang terjadi padanya. Meskipun berulang kali Eiji bilang dia tidak akan takut kepadanya, Ash masih memiliki hal yang membuatnya risau.

Bagaimanapun Ash tidak ingin menampakkan sisi buruknya di depan Eiji.

"Tampaknya ada yang ingin kau katakan." Kata Ash dingin.

"Kejadian di jalan seminggu terakhir, ada hubungannya denganmu kan?."

Ash melihat Eiji dengan tatapan antara senyum getir dan khawatir. "So?"

"Banyak preman mati. Kematian yang disebabkan oleh satu kali tembakan di dahi. Tepat agar orang tak berkutik. Kau yang melakukannya kan?"

Tiba-tiba ada yang mulai tumbuh dalam emosinya, rasa marah muncul lebih banyak sekarang.

"Kenapa kau harus membunuh orang yang tak berdaya?." Kata Eiji dengan nada menekan.

Amarah Ash memuncak. Dia berbalik sambil melempar handuk yang sedari tadi digenggamnya kuat.

"Benar! Aku yang membunuh mereka! Karena apa?! Mereka menjual temannya sendiri! Apa aku harus mengampuninya?!."

Ash kehilangan kendali. Dia meluapkan semua emosi kepada Eiji.

Eijipun tak kalah emosi, apa yang selama seminggu ini ditahannya untuk tidak satupun kata terucapkan kepada Ash tiba-tiba termuntahkan.

"Seminggu ini! Semua tv menyorot keadaan jalanan! Kau tahu apa? Membunuh seperti itu! Tidak semua orang mempunyai kemampuan sepertimu!"

"Hah!!! Apa kau bilang? Kalau kau pikir senang punya bakat seperti ini. Silakan saja! Jika bisa aku ingin membuang bakat ini !"

Ash sudah tidak di tempatnya. Dia berjalan cepat menuju gantungan baju dan mengambil jaketnya tadi.

"Kau pikir aku siapa?? Anak pramuka? Buka matamu Eiji! Ini duniaku! Jika aku tak membunuh mereka! Aku yang akan dibunuh!"

Ash berteriak. Apa yang ingin dia katakan semuanya keluar. Dia berfikir akan jadi lebih memburuk jika dia tetap di sini. "SHIT!!"

Tap. Tap. Tap. BRAK!

Ash membantik pintu kamar dan meninggalkan Eiji yang diam tertegun.

Ada yang sesak dihati Eiji mendengar apa yang Ash ucapkan. Dia akhirnya sadar dia telah melewati batas yang harusnya dia paling mengerti untuk tidak membuat batas itu.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang