Hujan seperti hari hari sebelumnya, hujanpun turun pagi ini. Waktu terasa lebih cepat ketika aku harus kembali ke Phoenix. Uncle Richard dan bibi Anne beserta Justin akan mengantarku hingga ke stasiun.
Noah tidak memberikan kabar sama sekali sejak kemarin. Mungkin dia sedikit sibuk. Aku memeluk kakiku di atas kasur menatap jendela diluar sana. Ibu akan menyiapkan semua yang kubutuhkan ketika aku akan pergi kesekolah, aku merindukanmu mengomeliku jika aku bermalas - malasan ketika waktu sudah mepet untuk kesekolah. Oh bahkan omelannya yang menurutku mengganggu kala itu kini menjadi hal yang sangat ingin ku dengar lagi.
Aku memeluk bibi Anne, Justin dan Uncle Richard sesampainya di stasiun dan berjanji akan segera pulang jika tidak ada kegiatan kesiswaan bulan depan.
Aku melihat Samm duduk diperon tak jauh dari tempatku saat ini. Apa dia berasal dari kota yang sama denganku atau cuma bermain dikota ini. Aku mendekatinya dan menepuk pundaknya pelan.
" Apa yang kau lakukan Samm?". Samm tengah mendengarkan Airpods agak terkejut melihatku berdiri didepannya.
" Hi Celine.. kau akan pergi ke Phoenix?". Jawabnya dengan suara cerianya.
" Ya.. kenapa kau ada disini? Apa kau berasal dari kota yang sama sepertiku?". Aku mengangkat kedua tanganku melipatnya didepan dada.
Samm tertawa saat ini. " Kau lupa? Aku kakak kelasmu waktu kau di sekolah menengah bahkan kita pernah pergi ke camp bersama musim panas 2 tahun lalu. Aku yang menolongmu waktu kau terkunci dibus".
Aku mencerna yang dikatakan Samm. Iya dulu aku pernah sengaja terkunci didalam bus ketika camp musim panas saat usiaku 14 tahun.
" Its that you Samm?". Aku memeluknya dan tertawa bersama - sama. Wajah Samm banyak berubah dan dia jadi lebih tinggi sekarang dia dulu sangat gendut.
"Kau benar - benar melupakanku? Namun kau berbeda Celine dulu aku melihatmu sebagai gadis yang ceria. Sekarang kau sedikit pendiam". Kata Samm sedikit meledekku kubalas dengan cubitan kecil diperutnya yang membuatnya tertawa dengan keras. Kami memasuki kereta menuju Phoenix bersama.
Samm dan aku berjalan menuju Phoenix tertawa mengingat hal mengenai sekolah lama kami.
" Noah..!". Samm berteriak
Noah ada didepan sana membawa ranselnya, hatiku tersenyum melihatnya saat ini, aku sangat merindukannya.
" Hi". Sapa Noah lalu mencium pipiku.
" So?". Samm menatap kami dengan dahi yang berkerut saat ini. Aku dan Noah tertawa menanggapi Samm.
Waktu menunjukan pukul 4 sore ketika aku dan Noah sudah berada dalam sebuah cafe agak jauh dari sekolah.
"Apa yang kau lakukan selama libur?".Tanyaku pada Noah yang sedang duduk disampingku.
Noah tersenyum menatapku kini, "Sedikit kegiatan dan banyak memikirkanmu pastinya".
Aku memutar mataku tidak percaya. Jika memikirkanku kenapa dia tak membalas pesanku. Sembari menikmati coklat panasku serta menghiraukan jawaban Noah barusan aku melihat gadis - gadis sekolah kami menatapku sinis. Mereka berbisik aneh dengan bahasa yang tak kupahami.
" Hai.. apa yang kau lihat?".
Aku menggeleng tersenyum pada Noah, dia sibuk memainkan jari - jari tanganku. Melihat itu aku mencium punggung tangan Noah.
" Terimakasih sudah hadir". Aku sangat bersyukur Noah ada disebalahku saat ini ketika hampir 2 hari aku merindukan orang tuaku dengan gilanya.
Noah merangkulku menyenderkan kepalanya disamping kepalaku.
"Apa yang kau khawatirkan? aku akan ada untukmu, tunggu apa yang kau bahas dengan Samm sampai dia tertawa seperti itu tadi?". Noah membenarkan posisi duduknya dan menatapku.Aku tertawa melihat mimik mukanya lucu sekali jika kaliyan melihatnya dia seperti bayi dengan bibir cemberutnya.
" Kau tau Samm adalah kakak kelasku ketika Smp dan dia dulu tidak seperti itu dia gendut dan pendek, dia banyak berubah 2 tahun belakang ini". Aku kembali tertawa mengingat hal itu. Bahkan noah ikut tertawa tidak percaya dengan kata - kataku.
" Dan dulu aku pernah terjebak di bus sekolah ketika mengambil ranselku ketika driver bus mengunci pintu bus. Aku terkebak dan menangis tak ada yang menolongku selain Samm yang menjadi pahlawan dadakan dengan memberitau driver bus itu Noah. Jika tidak ada dia aku sudah mati ketakutan". Ceritaku panjang dan Noah hanya menatapku tersenyum mendengarkan semua celotehanku.
"Kau harus selalu seperti ini, aku menyukai tawamu". Noah memegang pipiku dan memainkan jari - jarinya dibibirku. Aku terdiam menikmati sentuhannya dan memejamkan mataku sesaat.
Kami kembali pukul 6 sore, jam 7 ini Noah ada acara dengan club hockey nya di ruang olahraga.
-------
Aku sudah berada di kantin bersama Gabby dan Samm. Entah mengapa Samm sudah ada dimeja makan bersama Gabby sejak kapan mereka menjadi dekat masih menjadi misteri untukku." Kau akan ke club olahraga setelah ini?". Tanya Samm padaku.
" Untuk apa? " . Aku menjawab dengan polosnya hingga membuat Samm tertawa.
" Entahlah untuk melihat Noah mungkin, baiklah aku akan pergi kesana datanglah jika kaliyan tidak ada kegiatan". Samm meninggalkan kami dan Gabby mencium pipi Samm sebelum mereka berpisah.
" So.. you're dating?". Tanyaku pada Gabby yang dibalas dengan tawa serta anggukan mereka dan kamipun tertawa bersama.
~~~~~~
Aku mencari Noah saat ini mengamati setiap sudut ruangan Phoenix namun aku tak melihat Noah hanya beberapa siswa yang sibuk berkumpul atau duduk bersantai.
Aku duduk ditangga bersama lainnya. Entahlah Noah kemana terserah dengan dia.
" Hai.. kau Celine?". Seseorang duduk tepat disampingku saat ini. Aku hanya mengamatinya tak berkata apapun karena kelelahanku mencari Noah.Lelaki itu kembali berbicara memperkenalkan dirinya. " Liam..".
" Oh hai Liam.. ". Sahutku sambil menjabat tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phoenix School
Roman d'amourCeline melangkah ke gedung Four, disanalah dorm untuk anak - anak perempuan. Dia menaiki tangga saat ini menaiki lantai 2 untuk menemukan kamar dengan nomor 89. Semua anak di Four tampak sibuk dengan koper - koper mereka ada yang berlari, saling be...