Renjun sangat bersemangat, pasalnya hari ini ia akan menghabiskan waktu dengan Jeno.
"Mommy! Mommy! Hali ini Injun mau belsenang senang sama daddy!"
Renjun memeluk foto Jaemin yang memang disimpan dikamarnya, cuaca saat ini cukup bagus.
"Mommy mau ikutan juga?"
Jeno terenyuh melihat itu, sorot matanya berubah menjadi hampa lagi.
"Lee Renjun."
Renjun spontan menoleh, dan tersenyum sumringah begitu tau Jeno ada di depan pintu kamarnya.
"Berhenti melihat foto Jaemin, dan turun kebawah. Aku tau perutmu belum memakan apapun."
"Mommy, sudah dulu ya. Daddy sudah memanggil."
Renjun berlari kecil, ia berhati hati saat menuruni anak tangga.
"Jaemin-ya, apa kau bahagia sekarang?"
Setelah mengatakan itu, terasa terpaan angin diwajahnya. Menandakan bahwa Jaemin bahagia, anggap saja itu sebuah kecupan singkat dari Jaemin.
Mereka berdua saat ini berada di halaman belakang, cukup mewah. Disana terdapat pagar tembok minimalis berwarna putih, rencananya Jeno akan mengajak Renjun melukis.
"Memangnya tidak apa apa jika melukis disini?"
"Tidak apa apa."
Renjun bersorak, dan mulai mengambil peralatan melukisnya. Jeno memperhatikan dengan lembut, ia baru menyadari betapa gemasnya Renjun. Benar, anak itu tidak bersalah. Anak itu tidak pantas dibenci.
"Daddy, mau melukis juga?"
"Sure,"
Jeno mengambil peralatan melukisnya yang cukup besar dibanding Renjun, lalu memperhatikan si mungil yang sudah memulai melukis.
"Renjun gambar apa?"
"Muka Injun. Kalau daddy?"
Jeno terdiam sejenak, isi kepalanya hanya ada Jaemin.
"Muka daddy juga."
Mereka tertawa bersama setelahnya, ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Renjun. Sangat jarang Jeno tertawa atau tersenyum kepadanya.
Tidak ada pembicaraan, fokus pada lukisan masing masing. Renjun sesekali menaiki kursi yang memang dibawanya dari dapur, agar tingginya semapai dengan tinggi pagar.
30 menit kemudian, mereka telah selesai. Jeno melihat sisi Renjun yang masih kosong, andai ada Jaemin.
"Daddy, daddy, daddy, belfoto dulu."
"Renjun bisa?"
"Bisa, kan sudah diajalin ichung."
Jeno tertawa gemas, dan mulai berpose.
"Daddy tampan, hihihi."
Jeno refleks memeluk Renjun, membuat anak itu lagi lagi terkejut.
"Renjun, bahagia?"
"Iya, Injun sangat bahagia."
Jeno beralih mengecup kedua pipi gembul Renjun, peninggalan berharga mendiang istrinya yang sempat di sia siakan selama ini olehnya. Ah, dia tidak ingin membuat Renjun merasa sedih lagi.
"Aku janji akan membuatmu bahagia,"
"Injun sayang daddy!"
Berakhir dengan mereka yang saling berpelukan, menurut Renjun ini adalah hari minggu terbaiknya.
To Be Continue...