Jam istirahat pedahal sudah datang, namun anak bernama Jisung itu masih setia duduk dikursinya. Moodnya sedang buruk, entah apa yang terjadi pada Jisung. Namun hari ini baginya yang terburuk.
"Ichung!"
"Apa?"
"Ayo temani njun ke kantin!"
"Engga, aku lagi males."
Renjun mempoutkan bibirnya, perutnya sudah lapar sekali, hari ini Renjun tidak membawa bekal dari rumah.
"Ichung ayo temani sebental aja!"
"Sama yang lain aja! Ichung lagi males!"
Renjun lagi lagi mempoutkan bibirnya, wajahnya ditekuk. Namun sedetik kemudian senyumnya terpancar lagi.
"Njun mau ke kantin? Baleng uwu aja yuk!"
"Yuk! Dadah ichung!"
Kini giliran Jisung yang cemberut,
"Njunn! Ikutt!!"
Jisung berlari mengejar Renjun dan Jungwoo yang sudah keluar kelas, untung mereka belum sampai kantin.
"Katanya gamau ikut!"
"Dikelas sendili!"
Akhirnya mereka bertiga pergi ke kantin bersama, namun tetap dengan Jisung yang cemberut. Ah, moodnya belum membaik.
Renjun dan Jungwoo bersorak ketika mendapatkan menu makanan Tteokbokki.
"Telimakasih bibii~~"
Ucap keduanya dengan antusias, sementara ibu kantin tertawa gemas karena tingkah lucu mereka minus Jisung ketika mengucapkan terimakasih.
"Ichung, ga mau makan?"
"Aku lagi ga mood"
"Kenapa?"
Jisung menggeleng,
"Yaudah, kalau ga mau makan, tteokbokki nya buat njunn ya?"
"Ambil aja."
Renjun kembali bersorak dan memakan dua piring berisi tteokbokki dengan lahap, sementara Jungwoo terkekeh melihat kelakuan Renjun.
"Uwu udah abiss!!"
"Njunn kekenyangan!"
"Sini uwu bantuu!"
Jungwoo si rambut jamur itu kembali melahap tteokbokki, sementara Jisung masih seperti tadi. Ah, anak ini sepertinya sedang ada masalah.
"Ichung! Kenapa sih?"
"Gapapa njunn."
"Ichung lagi ada masalah?"
"Engga."
Renjun mengangguk tapi tidak percaya, tidak biasanya Jisung begini. Biasanya Jisung akan heboh dimanapun, tidak bisa diam dan selalu berisik. Namun hari ini berbeda.
"Uwu duluan ya njunn, ichung, uwu mau main sama winwinie."
"Iya, uwuu, kapan kapan ke kantin baleng lagi!"
Iris hitam Renjun kembali menatap Jisung.
"Ichung!"
"Ichung!"
"Ichung!"
"Aku lagi sebel sama chenle!"
Renjun mengangkat satu alisnya, dan mengerutkan dahinya. Mirip Jeno.
"Chenle siapa?"
"Adikku."
"Ooooo, katamu dia lucu."
"Awalnya, tapi dia merebut ibuku!"
Renjun tertawa terbahak bahak, sangat lucu kalau Jisung sedang cemburu.
"Jadi kau cembulu, hahahaha!"
"Ish, njunnn!! Tentu saja! Biasanya ibu yang membuatkanku salapan, mengantalku sekolah, belmain belsama sepulang sekolah, tapi sekalang yang melakukan itu semua untukku adalah ayah!"
Tawa Renjun terhenti, ah enak ya memiliki seorang ibu? Kini giliran Renjun yang murung, kepalanya ditundukkan. Apakah kalau Jaemin masih ada, ia akan merasakan itu semua? Ia ingin seperti Jisung, merasakan kasih sayang kedua orangtuanya.
"Njunnn, maafin ichung ya!"
Jisung menyadari perubahan raut wajah Renjun setelah ia mengatakan tentang ibunya, ah, dia telah menyesal mengatakannya.
"Hehe, gapapa kok, chung."
"Benelan?"
"Iyaaa chungg."
"Yaudah, ayo masuk kelas."
Renjun merengut kesal ketika Jisung mulai menarik pergelangan tangannya, dasar anak anak.
To Be Continue...