Mulai Perhatian

180 13 0
                                    

Pagi ini Renjun sudah siap untuk pergi sekolah, semuanya sudah beres hingga terakhir ia memasukan kotak bekalnya ke dalam tas yang bergambar kartun favoritnya, moomin.

"Daddy, daddy, Injun sudah siap."

Namun yang dipanggil masih terdiam, pandangannya kosong. Melamun.

"Daddy.."

Renjun perlahan mendekati Jeno, menatapnya dengan tatapan lucu.

"Ayo pelgi, nanti Injun tellambat."

Jeno tersentak ketika merasakan sentuhan ditangannya, matanya menatap kosong Renjun. Ah, anak ini percis sekali dengan Jaemin.

"Daddy, lihat apa?"

Jeno tidak menghiraukan perkataan Renjun, kakinya melangkah keluar. Sementara Renjun mengikutinya dari belakang, mendudukan tubuh mungilnya disebelah Jeno.

"Pakai sabuk pengamanmu."

"Injun tidak tau cala memakainya,"

Jeno mendengus kecil, lalu tangannya membantu Renjun memakai sabuk pengaman.

Selama perjalanan, mereka tidak berbicara apapun. Sesekali Renjun bersenandung untuk memecah keheningan. Tapi tetap dengan Jeno yang diam seribu bahasa.

"Injunnnnn!!!"

Renjun tersenyum bahagia ketika melihat kawan kecilnya, mereka saling memeluk satu sama lain.

"Ichung, bagaimana dengan adikmu?"

"Adikku lucu sekali njunn, tapi seling menangis, huh.."

"Hihihi, adik bayi memang sepelti itu chung."

Jeno tersenyum kecil, entah mengapa hatinya menjadi hangat melihat perbincangan antara Renjun dan Jisung.

"Daddy, injun sama ichung masuk kelas dulu ya."

Renjun melambaikan tangannya kepada Jeno yang dibalas dengan senyuman manis, membuat Renjun sedikit terkejut. Ayahnya, baru saja tersenyum kepadanya.

Jeno biasanya akan memberikan tatapan datar kepada Renjun. Namun hari ini berbeda, Renjun mendapatkan senyuman manis dari Jeno.

"Ayo injunn, nanti telatt!"

"Iya iya, ayo, dadah daddy Jenooo!!"

Inikah yang diinginkan Renjun selama ini? Sampai kapan Jeno akan membenci Renjun? Membenci anak yang sama sekali tidak bersalah, anak yang telah diperjuangkan Jaemin selama 9 bulan.

"Lihatlah, dia bergerak!"

"Jeno, aku tidak sabar ingin melihat anakku ini."

"Yak! Jangan diusap dengan kasar, nanti dia kesakitan!"

"Jeno-ya, tolong berjanjilah padaku akan tetap menjaga dan menyayangi anak kita kalau aku tidak ada. Buat dia bahagia, berikan dia kasih sayang yang besar. Jangan membuat anakku ini menangis."

"Dokter, selamatkan anakku saja."

Jeno mengerang frustasi, mobilnya berhenti secara otomatis. Dia telah membuat pengorbanan Jaemin menjadi sia sia, dia tidak melakukan apa yang Jaemin katakan. Dia malah membenci Renjun. Mengacuhkan Renjun. Dan menganggap Renjun tidak ada.

"Aku orang bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodoh!"

Jeno memukul kepalanya pelan, merutuki semua kebodohannya. Ia terlalu dikuasai oleh ego.

"Jaemin, aku berjanji padamu, mulai sekarang aku akan merawat anak kita dengan baik."

To Be Continue...

WholeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang