-
"H-hyung?"
Seokjin tersenyum manis, tangan kanannya mengelus puncak kepala Taehyung dengan sayang.
"Mari kita mulai semuanya dari awal lagi, Sekarang kita keluarga."
"K-kau memaafkan aku?"
"Jika Yoongi yang sekeras batu itu saja mau memaafkanmu kenapa aku tidak?"
"Hiks..Hyungie terimkasih."
"Aigoo, Cengengnya adikku ini."
Taehyung kembali menangis namun kini bukan lagi tangis penyesalan tetapi sebuah tangis kebahagiaan. Ia bahagia karena telah diterima oleh Seokjin yang amat sangat mbenci dirinya.
"Awalnya aku akan tetap membencimu Tae, tapi suamiku bilang ada orang lain dibelakang kita yang sudah merencanakan ini semua dari jauh-jauh hari."
Taehyung berhenti menangis menatap serius manik hitam milik Seokjin.
"Kau juga tahu Hyung?"
"Tentu saja, aku harus tahu semua hal yang menyangkut dengan keluargaku. Aigo, andai saja aku tidak hamil mungkin aku akan membunuh si brengsek itu sendirian."
"Jangan nekat Hyung, bisa-bisa Namjoon-Hyung akan memenggalku!"
Seokjin terkikik, manis sekali. Sesekali ia mengelus perutnya yang sudah mulai membesar, menghela nafas sebentar lalu mengajak bayinya bicara.
"Aegi, kau tahu? Paman dan Appa-mu pecundang, masa mereka tak membolehkan Eomma membunuh."
"Aigo hyungie, jangan meniru Yoongi Hyung. Jimin bilang kemarin Yoongi hyung juga akan membunuh orang lain karena dia sedang bosan."
"Aigo, bocah salju ku itu masih saja sama haha..Oh iya, ayo pulang bersama aku tadi kesini diantar bodyguard Namjoon tapi aku kabur, malas mereka bau badan."
Taehyung hanya tertawa saja ketika mendengar ocehan Seokjin barusan. Kemudian, mereka berdua berjalan bersama menuju parkiran.
"Hyung?"
"Ne, ada apa Tae?"
"Gomawo!"
-
"Hoseok-hyung, lebih baik kau pulang saja. Badanmu panas sekali."
"Tak apa Mingyu-ah ini bukan masalah besar. Aku masih kuat untuk bekerja."
Mingyu hanya bisa menghela nafas lelah, ia lelah karena tak berhasil membujuk Hoseok untuk pulang. Bukan, karena dia malas ada Hoseok di Cafe-nya hanya saja saat ini kondisi Hoseok sedang tidak memungkinkan untuk bekerja. Tubuhnya panas sekali dan terkadang Mingyu juga melihat sesekali Hoseok memegang kepalanya.
"Aku tak akan memotong gajihmu bulan ini Hyung, aku janji."
"Yak, bukan itu yang ku mau Mingyu-ah aku memang merasa baik-baik saja."
"Kau sakit Hyungie, jika kau tak menurut aku akan menelpon Jungkook saja."
"Heh, kenapa menelpon dia?"
Mingyu tak menghiraukan pertanyaan Hoseok, ia memilih pergi menuju kantornya. Mengambil Handphone dari sakunya dan mulai mencari Kontak Jungkook.
Nada sambung mulai terdengar, tak lama kemudia suara berat pria tersebut mulai terdengar dari sebrang sana.
"Yeobseo, ada apa menelpon Mingyu-ah?"
"Jungkook, apa kau bisa ke kedai ku?"
'Huh, memangnya ada apa?'
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE AGAINST HOPE
Fanfiction" hoseok, bagaikan heroin yang menjadi candu dalam kehidupanku " _ JJK " Aku tidak suka kopi yang aku suka adalah Jung hoseok, barista manis yang membuat degup jantungku berpacu dengan cepat setiap kali melihat senyum diwajah imutnya. " _ KTH " Aku...