Sabtu malam Rudi mengajak Maya dan Faraza. Ia menyetir sendiri mobilnya. Padahal baru juga pulang dan masih dengan PDLnya.
"Mas, nyetirnya yang bener ya?" ingat Maya.
"Kamu tenang saja, Jeng," sahut Rudi enteng.
Lima belas menit pertama aman tapi sepuluh menit berikutnya...
"Jeng, Jeng ... ada yang pacaran, Jeng," beritahu Rudi tiba-tiba.
"Om Rudiii..." ujar Faraza cemberut. Ia hafal gelagat Omnya. "Iseng nih. Mulai nih. Mulai nih."
Di depan mobil mereka ada sejoli yang tengah berboncengan dan dengan santainya tanpa perasaan bersalah, Rudi mengikuti dari belakang dan saat yang dibuntuti sadar dan tancap gas entah karena kesal atau ketakutan, justru ia semakin gencar mengikuti mereka persis di belakangnya dengan ketepatan dan kecepatan keahlian seorang prajurit. Hanya saja ...
"Mas, sudah deh! Kasihan, tahu!" tegur Maya.
"Jeng diam saja. Tenang ya," sahut Rudi santai.
"Ooom!" protes Faraza. "Sakit nih!" keluhnya.
Keisengan Rudi memang tak tanggung-tanggung. Demi bisa mengejar dan membuntuti buruannya, ia tak peduli jalan yang dilewatinya. Kadang ada lobang atau gundukan pun tetap laju bukannya menghindar.
"Aduh! Om, sakit nih," keluh Faraza lagi.
"Fara diam dulu ya?" pinta Rudi.
Faraza dan Maya hanya bisa menahan sabar sampai akhirnya motor yang tengah mereka buntuti berhasil menghindar.
Rudi terkekeh lalu mencari arah menuju tempat makan tujuannya.
"Anak muda jaman sekarang kalau berduaan lengketnya makin berani ya?" ujar Rudi sambil berdecak.
Memang yang diisengi dengan dibuntuti oleh Rudi itu pasangan yang tak malu-malu menunjukkan kemesraan di depan umum. Kebanyakan yang diisengi memang pasangan-pasangan begitu selama ini.
"Heran ya Om nggak pernah dilaporkan ke PM," komentar Faraza.
Rudi terkekeh. "Nggak dong."
Gara-gara manuver tadi sampai di tempat makan terlambat dari yang seharusnya.
"Om nih kebiasaan," gerutu Faraza sambil menunggu makanan mereka dibuat.
Rudi kembali terkekeh. "Oh ya, minggu depan kamu packing lagi ya."
Faraza mengernyit. "Ngapain? Mau ke mana?"
"Om mau tugas ke Situbondo. Ada latihan."
Faraza menghela napas dalam. "Ya Allah, Om. Baru juga sampai. Tahu gitu kan kemarin nggak usah dibongkar baju-baju aku."
"Ya maaf. Om baru ingat." Rudi tersenyum.
"Kok Tante nggak bilang?" protes Faraza.
Maya nyengir. "Maaf, Tante juga lupa."
Faraza hanya bisa menghela napas. Lalu ia menyadari sesuatu, kadang untuk menghilangkan rasa tertekan, Omnya itu suka iseng. Barulah saat stres berubah jadi pendiam sekali. Reaksinya tergantung tingkat tekanannya.
Apa Om Rudi sedang tertekan? Mikirin latihan di Situbondo? batinnya.
Tapi Faraza sendiri jadi penuh antisipasi karena tidak akan tahu berapa lama tinggal di Situbondo dan bagaimana kehidupan mereka di sana nanti.
"Mbak Yum ikut ke Situbondo?" tanya Faraza.
"Nggak. Yum tetap di sini tapi ijin pulang sebenta," jawab Maya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kisah (SUDAH TERBIT)
General Fiction#06 Perang (09/09/19) #09 Asrama (15/09/19) #19 Abdinegara (15/09/19) #29 Cerita Cinta (14/05/2020) #24 Militer (15/09/19) #89 Historical (15/09/19) #159 Fiksi Umum (15/09/19) Ini adalah kisah Faraza yang tinggal di asrama tentara. Menjadi keponakan...