❤ 4

4.4K 488 62
                                    

Assalamu'alaikum...

Yuhuu Mbak Fara hadir kembali debgan kekonyolannya. Ada ide apa lagi?

Yuk, share, vote and comment 😆

Mohon doanya, siapa tahu menang karena cerita ini diikutkan ke beemedia47 Romcom Challenge 2020 🙇🙇🙇

Repost, Sidoarjo 10-09-2020
🔴⚪🔴⚪

Selama di Situbondo, Faraza lebih banyak berdiam di rumah. Kadang ikut Tantenya ke pasar, iya ikut saja karena sejak insiden beli daging itu ia tak berani pergi ke pasar, kadang pula ditemani Nyoto keliling Situbondo.

Suatu hari saat jalan-jalan keliling, kadang berhenti di depan puslatpur lalu lanjut lagi.

"Pak Nyoto, di dalam gimana sih, Pak?" tanya Faraza penasaran.

"Apanya yang gimana, Mbak?" Nyoto balik bertanya tak mengerti.

"Apa hutan atau apa gitu?"

Nyoto tertawa. "Ya namanya juga pusat latihan tempur, Mbak. Apa-apa yang menunjang bertempur ada."

"Susah ya, Pak?" tanya Faraza lagi.

Nyoto tersenyum.

"Jadi inget Bapakku," gumam Faraza tapi Nyoto masih bisa dengar. "Apalagi jaman itu ... "

"Bapaknya Mbak Fara pangkatnya apa?"

"Sudah pensiun. Sersan Mayor. Di keluarga sih yang perwira Om Rudi aja. Eh sama adiknya ya kalau dihitung keseluruhan. Om Adam itu. Kalau keluarga besar sih kebanyakan bintara," terang Faraza.

Nyoto tersenyum sambil terus fokus dengan setirnya. "Kita pulang sekarang?"

"Iya," jawabnya setengah melamun. "Bapak pernah jatuh dari atap waktu rame-rame tahun enam lima itu, Pak."

Nyoto menoleh seketika lalu fokus ke depan lagi. "Terus gimana?"

"Keseleo tapi tetap dinas. Wong habis jatuh dari atap saja langsung nyusul teman-temannya ke batalyon lagi." Pandangan Faraza menerawang keluar jendela. "Bapak juga pernah diburu penjajah. Ditembaki juga. Untung meleset tapi nyaris. Yang kena malah teman-temannya. Banyak yang gugur. Ditangkap juga pernah." Tanpa terasa air matanya meleleh. "Makanya Bapak jarang mau cerita kenangan yang pahit-pahit gitu. Biasanya yang lucu-lucu saja yang diceritakan ke anak-anaknya."

"Pejuang sejati ya."

"Iya." Faraza menyusut air matanya dengan sapu tangan yang selalu dibawanya. "Nggak bisa bayangin kalau sekarang saja latihannya berat, bagaimana dulu?"

"Yah ... namanya tentara, Mbak, ya keras latihannya."

"Kalau ingat mereka yang di puslatpur jadi ingat Bapak ... kasihan gitu. Aku kasih permen aja ya, Pak? Nanti Bapak yang kasih ke mereka."

Spontan Nyoto tertawa mendengar rencana aneh Faraza. "Yang ada dimarahi, Mbak."

"Ya jangan sampai ketahuan. Kan minimal kalau bawa permen bisa sedikit mengganjal rasa haus. Eh ... dititipin ke Pak Sadi aja."

Nyoto menggeleng tak percaya. "Mbak Fara bukannya kasihan itu. Malahan bikin Praka Sadi dihukum Bapak."

"Masa sih?" tanya Faraza polos. "Om Rudi kan orang baik."

"Baik kan di rumah, Mbak. Kalau di tempat latihan gini ya beda. Apalagi ini puslatpur harus konsentrasi penuh."

"Tapi kan kasihan, Pak."

Nyoto hanya bisa tersenyum.

🐜🐲🐜

Lewat tengah malam, Faraza dibangunkan oleh Omnya. Pintu kamarnya diketuk berkali-kali sampai ia bangun.

Sebuah Kisah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang