Jima jijima pogihajima~~
Ah kesal sekali, pagi-pagi sudah dibangunkan oleh suara telepon.
Aku mengangkat malas tanpa melihat siapa yang menelepon.
"Halo.." ucapku masih berusaha untuk membuka mata.
"Soya, bangun udah siang."
Aku tidak asing mendengar suara ini, lalu aku melihat layar ponselku.
Sejin meneleponku.
Akupun langsung duduk, tiba-tiba saja menjadi lebih segar,
"Sejin, kamu kemana aja? Kamu gak apa2 kan? Gak sakit?"
"Hahaha, satu-satu dong nanyanya. Aku gak apa-apa Soya. Aku gak sakit." Jawabnya dengan suara yang tenang.
"Syukur deh," ucapku seraya tersenyum. Aku senang bisa mendengar suaranya lagi.
"Kangen ya sama aku?" goda Sejin.
"Dih apa sih, enggak kali! Geer banget!" ucapku salah tingkah.
"Kalau aku sih kangen hehehe,"
Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagia campur maluku mendengar ucapan Sejin itu.
"Ha? Apa sih apa?" ucapku pura-pura tidak terdengar salah tingkah.
"Hahaha gak tau ah, aku kerja dulu ya. Nanti aku kabarin lagi. Kamu jangan males-malesan terus,"
Aku sedikit kecewa Sejin akan mengakhiri telepon.
"Dah Soya, jangan lupa makan. Jangan lupa bahagia."
"Iya."
Aku tersenyum sembari mematikan sambungan teleponnya. Kebahagiaanku ternyata sesederhana ini.
Bisa mendengar kabar dan perhatiannya.
-o-
Hari ini aku hanya memiliki jadwal kelas siang. Sangat malas rasanya, harus keluar rumah dalam keadaan panas terik matahari.
Aku sih mending masuk pagi saja, biar bisa cepat pulang juga.
Saat sedang bersiap-siap, tiba-tiba ponselku berbunyi.
Ting!
Aku refleks melempar ponselku saat membaca pesan siapa yang masuk.
Rasanya seperti luka lama yang dengan sengaja dibuka kembali. Karena putus dengan tidak baik-baik bersama Moonbin, aku awalnya memiliki trauma untuk memulai kembali sebuah hubungan.
Rasanya masih sakit jika mengingat apa yang terjadi di masa lalu.
Aku langsung mematikan data selulerku agar tidak ada lagi pesan masuk dari Moonbin lalu bergegas menyelesaikan persiapanku dan berangkat ke kampus.
-o-
Ternyata tidak ada balasan lagi dari Moonbin, akupun merasa lega, karena setidaknya tidak seluruh luka kembali terbuka seiring dengan kembalinya Moonbin.
Aku meletakkan ponsel milikku sembarang, diikuti dengan aku yang menjatuhkan tubuhku dengan bebas ke atas kasur.
Memang tidak ada kata putus antara aku dan moonbin. Namun kenyataan bahwa dia memiliki kekasih lain sudah cukup membuktikan bahwa dia sudah mengakhiri semuanya denganku, secara sepihak tentunya.
Dan luka yang ia berikan itu terlalu pedih, aku merasa bahwa semua kepercayaan yang sudah aku berikan padanya tidak ia hiraukan.
Bagiku kepercayaan adalah hidupku. Dia menghancurkan kepercayaanku, sama saja dia sudah menghancurkan hidupku.
Jika ku putar kembali masa-masa di mana aku merasa hancur karena Moonbin, terlalu menyedihkan.
Aku yang dengan bodoh terus menangisi kepergiannya, dan kenangan yang dengan lekatnya terus ada dalam pikiranku. Sehingga dia yang benar-benar membuatku sulit percaya pada orang lain selain sahabat-sahabatku.
Dandia yang tiba-tiba hadir dan sedikit demi sedikit menyembuhkan lukaku, Sejin.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Purpose
RomanceTerima kasih sudah hadir, Ayam Goreng! copyright©2019/Vinayananayana/abcDongyoung