Hati seseorang tak ada yang tahukan? Jujur, sejak bertemu Khaisra di seleksi drama itu membuat pusat dunia Sufam berada pada perempuan beralis tebal itu. Walaupun realita mengatakan jika mereka hanya partner untuk seleksi, tapi Sufam ingin lebih dari itu.
Pacaran mungkin? Ah tidak akan bisa, Khaisra bukanlah wanita yang mudah untuk dibuatnya jatuh cinta.
Sufam masih ingat betul mengenai kejadian kemarin yang melibatkan seorang lelaki berseragam pramuka itu. Lelaki itu mengaku jika dirinya ia adalah abang dari Khaisra. Tapi dari tampangnya, Sufam tak melihat ada kemiripan di antara mereka. Lagipula, Khaisra tak pernah cerita jika ia punya kakak ataupun abang. Khaisra hanya pernah mengatakan bahwa perempun itu hanya memiliki 2 adik perempuan.
Lantas siapa laki-laki itu?
Mengapa ia sepeduli itu dengan Khaisra?
Mengapa ia ikut melibatkan diri dalam permasalahannya dengan Khaisra?
Apa tujuannnya?
Apa dia menyukai Khaisra?
Banyak pertanyaan Sufam yang mengambang di dalam otaknya. Sufam mengetik sesuatu dan menghubungin seseorang yang sedang berada di sebrang.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Tumben lo nelpon, ada apa?"
"Him, Kahsya teman dekat Khaisra kan?"
"Iyeee, ada apa? Serius amat lu."
"Coba lo tanya sama dia, Khaisra punya abang? Kalo ada siapa namanya?"
"Eh, lo kenal sama Khaisra darimana? Perasaan selama ini lo gak ada bilang sama gue kalo lo kenal sama dia."
"Dia partner seleksi gue, Him."
"Pantes. Seingat gue kan lo gak kenal sama dia. Makanya 3 tahun sekolah itu jangan ngendap di perpus doang."
"Wei, diem!"
"Gue emang ngomongin faktakan?"
"Bodo amat dah. Sekarang tugas lo nanya sama cewek lu itu."
"Ok."
Sufam memutuskan telfon dan memainkan ponsel sambil menatap keluar jendela. Hari ini hari minggu, biasanya ia akan pergi ke perpustakaan kota, entah itu untuk membahas soal olimpiade ataupun memainkan wifi gratis.
Tapi, tidak untuk hari ini. Mood-nya seperti tak ada untuk melangkah keluar dari kamarnya.
Tok tok
Sufam menolehkan wajahnya untuk melihat siapa yang masuk ke kamarnya. Tampak seorang wanita paruh baya menutup pintu kamarnya dan menghampiri putra semata wayangnya.
"Bun."
"Sedang apa, hm?"
"Lagi mikirin cara untuk ngambil surat keterangan dari kepsek, Bun."
"Kamu yakin ambil beasiswa di Jerman?"
Sufam mengelus tangan perempuan yang amat ia sayangin itu sembari tersenyum. "Bunda taukan jika mimpi Sufam ingin membangun bisnis yang pernah dibilang Abi? Walaupun Abi udah gak ada lagi, Sufam masih ada untuk melanjutkan mimpi Abi."
Khadijah memeluk anaknya. Ia sangat menyayangi putranya ini. Sangat. Allah benar-benar sayang padanya maka Allah menitip Sufam untuk dirinya. "Tetaplah menjadi yang terbaik untuk Bunda ya sayang."
"Tetaplah menjadi tempat untuk Sufam pulang, Bun."
✨
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFIQUH ALRUWH [BELAHAN JIWAKU] [END]
Short StoryDear Kak Ishaq, Terdapat kata yang tak mampu kuucapkan. Tapi mampu kurangkai melalui kata-kata. Aku bersyukur karena Allah telah menghadirkanmu di hidupku. Terimakasih telah menjadi lampu penerang saat aku kegelapan menuju jalan pulang. Terimakasih...