[PERNYATAAN KHAISRA✨]

32 3 0
                                    

Khaisra_: kapan berangkat?

Ishaq melihat notifikasi yang muncul di ponselnya. Khaisra mengirimnya sebuah pesan melalui aplikasi Instagram. Langsung saja dirinya membalas pesan dari perempuan itu.

Tanggal 1 Agustus besok. Kenapa?

Kalo udah mau berangkat, kabarin ya:)

Kenapa?

Mau ikut:)

Hah? Ikut? Yakin umimu izin?

Ya gak lah kak. Ih aneh. Cuman mau dapet kabarnya aja gak bisa?

Bisa sih.

Gelagat Khaisra tampak aneh. Tidak biasanya pesan dari Khaisra sesopan ini. Tapi laki-laki itu tak menghiraukan, ia melanjutkan aktivitasnya menyusun baju untuk keberangkatannya yang 7 hari lagi.

Waktunya sudah tak lama disini. Bahkan untuk mengikuti kegiatan kemah saja dirinya tak di perbolehkan ibunya lagi. "Waktumu tinggal sebentar di sini, Haq. Persiapkan apa yang perlu kamu persiapkan. Jadilah lelaki tangguh dan mandiri. Ibu seperti ini karena ibu sangat menyayangimu."

Andai Ayah masih ada, ingin sekali Ishaq menceritakan semua keluh kesahnya. Hanya karena kepada ayahlah, Ishaq bisa menuangkan segala resah dalam hatinya.

Yah, Ishaq rindu. Ayah apa kabar?

Sufam bertandang ke kelas Khaisra hanya untuk sekedar memastikan apakah perempuan itu masih kesal atau tidak. Dan satu lagi, juga memastikan tentang lelaki yang ia temui di toko ponsel waktu lalu.

Mata Sufam menangkap diriKhaisra yang tak jauh dari dirinya.

"Kha!"

Khaisra yang itu buru-buru masuk ke dalam kelasnya. Tapi, Sufam tak ambil waktu lama untuk lama untuk mengambil alih diri perempuan itu. Ia segera menghadang langkah Khaisra dan membuat perempuan itu terhenti.

"Tolong Kha, jangan kayak gini. Gue gak terima lo bersikap kayak gini ke gue. Tolong hargai gue sekali aja. Setidaknya kalau gak bisa balas perasaan gue, balas pesan-pesan gue yang masuk di ponsel lo."

Semua yang dikatakan Sufam memang benar adanya. Entah darimana  Sufam mendapat mendapat nomor ponselnya. Yang pasti, hampir setiap malam Sufam mengirim pesan pada dirinya tapi tak pernah ia acuhkan.
"Kalau sudah begitu, seharusnya lo sadar. Yang gue inginkan itu bukan lo, Fam! Bukan!"

Senyum Sufam mengendur dan berlirih, "Lantas siapa?"

"Laki-laki yang ada di toko ponsel itu. Laki-laki yang selama ini ada dalam bait-bait doaku. Laki-laki yang selama ini selalu aku rindukan. Ishaq Fadillah Yusuf Damanik."

Sufam menarik senyumnya. Tidak tulus untuk kali ini. "Jika itu maumu, bolehkah aku sebagai teman baikku?"

"Baik, jika itu maumu. Hanya saja ingat, laki-laki dan perempuan punya batasan dalam berteman." Ujar Khaisra dengan padat dan jelas. Setelah itu, Khaisra masuk ke dalam kelas dan meninggalkan Sufam yang terdiam di pintu. Tak peduli seberapa banyak orang yang menatap bingung pada dirinya. Yang hanya Sufam pikirkan bagaimana menyembuhkan patah hatinya.

Syahfira turun dari angkutan umum yang membawanya dari binjai ke tempat ini. Ya, dia memang sudah membuat janji dengan Khaisra bahwa ia akan menemani sepupunya itu untuk membeli sesuatu yang akan dihadiahkan pada Kak Ishaq. Tentang Ishaq? Sebenarnya Syahfira tau, tapi tak mungkin lelaki itu persis dengan lelaki yang ia temui di Berastagi kemarin itu. Pasti bukan makhluk yang sama.

Karena pada dasarnya, Syahfira juga menyukai Andra yang sama-sama seorang pramuka juga. Lelaki yang ia temui di Berastagi kemarin, bukan lelaki yang sering disebut Khaisra saat curhat.

Namun Syahfira sering berpikir, bagaimana jika lelaki yang ia cintai diam-diam sama seperti lelaki yang selama ini didambakan Khaisra?

"Syahf!"

Diujung sana, Khaisra berlari ke arahnya yang masih menggunakan seragam sekolahnya. Syahfira sudah menyelesaikan SMA-nya tahun ini. Jadi, ia sudah bebas kemana saja sebelum masa-masa kuliahnya mendatang.

"Baru pulang sekolah?"

"Ehem. Yuk ke toko kamera. Seperti yang udah gue bilang. Gue pengen beliin kamera baru untuk dia."

Syahfira tak heran jika Khaisra sebegini cintanya pada Ishaq. Maka dari itu Syahfira diam saja saat Khaisra meminta bantuannya untuk membeli kamera baru untuk lelaki.

Kedua perempuan itupun lantas masuk ke toko kamera yang dekat halte dimana tempat mereka berjumpa tadi.

"Kak ada camera Canon D11?"

"Kak hari ini bisa servis kamera?"

Kedua manusia yang tadi kompak berucap kini saling beradu tatap. "Kak Ishaq lagi?"

"Khaisra? Kamu ngapain di sini?"

Syahfira yang tadi fokus melihat kamera yang berjejer di etalase kini menolehkan ke arah Ishaq dan Khaisra.

"Kak Ishaq?" Lirih Syahfira tanpa sadar. Ishaq yang tadi fokus ke Khaisra kini penglihatan beralih pada Syahfira yang berdiri tepat di belakang Khaisra.

"Syahfira?" Ucap Ishaq sambil tersenyum. "Itu kamu?"

Khaisra melihat kedua orang yang kini sedang saling sapa. Sedikit membingungkan, mengapa Kak Ishaq sebahagia itu bertemu dengan Syahfira?

"Kha, kamu kenal Syahfira?" Tanya Ishaq dengan pelan sembari fokus pada kameranya yang sedang diperbaiki Khaisra hanya mengangguk. "Dia sepupuku kak. Kenapa?"

"Beneran? Bisa dong dicomblangin."

Apa katanya? Comblang?

"Kakak menyukai sepupumu. Setelah Kakak nanti di Lampung, katakan padanya jika 4 tahun lagi kakak akan meminang dirinya."

Oh Allah, apa ini? Kak Ishaq menyukai Syahfira? Allah, mengapa sesakit ini? Allah, mengapa dia menyukai sepupuku sendiri?

Bulir air mata Khaisra jatuh. Sesak. Sangat sesak. "Kak, kakak tidak sadar jika selama ini 6 bulan terakhir aku selalu mencari perhatian kakak? Kakak apa tidak sadar?"

Ishaq kini berbalik menatap Khaisra dengan bingung. "Kamu kenapa, Kha? Kenapa aneh begitu?"

"Aku menyukai kakak sejak pertemuan pertama kita di tempat perlombaan waktu itu. Aku selalu diam-diam menatap kakak dari kejauhan. Aku menyukai kakak, menyayangi kakak lebih dari seorang abang. Lantas kakak anggap aku seorang apa? Adik? Hanya seorang adik? Dan sekarang apa kakak bilang? Kakak menyukai sepupuku?"

Air mata Khaisra semakin deras. Sakit? Ya pasti. "Kha, kamu gak harusnya seperti ini. Kamu harus gapai cita-cita yang pernah kamu bilang ke kakak."

"Bilang saja kakak gak bisa menerima perasaanku kan?"

"Buk--"

"Baik kak, mulai saat ini aku akan ngelupain kakak dan kejar cita-cita aku." Khaisra menarik Syahfira dari dalam toko dan meninggalkan Ishaq.

Mulai saat itu, Khaisra janji ia tidak akan menyentuh kehidupan Ishaq lagi. Barangkali seujung kuku pun.

RAFIQUH ALRUWH [BELAHAN JIWAKU] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang