Beberapa minggu telah berlalu, hingga sampai saat ini dan ntah sampai kapan. Dering notif sosmedku darimu sudah sirna, bahkan tak ada lagi. Notif linemu dahulu yang membuat ku semangat, tersenyum, rindu, tangis bahagia, bertukar cerita denganku. Kamu lagi apa? Udah makan? Udah mandi belum? Keluar yuk? Aku kangen kamu. Percakapan itu darimu sudah tak ada lagi . Topik yang tidak jelas pun jadi obrolan kita agar tetap untuk terus chat dan tidak merasa bosan.
Kini aku bukan yang pertama atau ke berapa, pin kontak Line dan WhatsAppku telah hilang di sosmedmu, telah menjadi seperti teman biasa. Status onlinemu bukan untukku lagi, nama panggilan kesayangan atau sweetpun untuk kontak line dan whatsappku sudah hilang dan berganti seperti nama biasaku, sedih rasanya merasakan, melihatnya.
Kata kita yang kita berdua rakit bersama bertahun tahun menjadi KITA, kini sudah menjadi aku dan kamu lagi. Kamu yang selalu ku panggil mentariku yang menerangiku, kegiatan ku dan hidupku disaat pagi hingga senja dan ku panggil bulan dan bintang yang menerangi malam gelapku hingga terbit mentari lagi untuk memulai hari baru. Bersamamu dahulu
Diriku, pikiran ku, dan hatiku hancur, kecewa, sebagian tak terima dengan kesepakatan dari dirimu sendiri. Hanya sedikit perasaan ku yang bisa merelakanmu, lepas dariku yang seperti ini. Ada yang tak rela kau pergi, ada yang tak rela kau dengan yang lain, ada yang tak terima dengan realita yang ada.
Meninggalkanku dengan pikiran ego besarmu yang tak mengerti aku sedikitpun, berpisah untuk sementara demi cita-cita dan keinginan, apa cita-cita tak bisa berjalan dengan adanya cinta? Apa cinta akan merusak segala cita-cita?
Aku bukan hanya ditinggalkan untuk cita-cita,
"Aku sudah tidak bisa menerima kekuranganmu"
Sakit membacanya, andai kau tau rasanya, ter iris-iris hatiku.Aku selalu saja bertanya-tanya, mengapa semesta membuatku seperti ini? Mengapa aku ada di dunia ini dengan kekuranganku seperti ini? Apa semesta tidak lagi menyayangiku? Apa semesta ingin aku merasakan sakit seumur hidup? Atau semesta ingin aku hilang dari bumi ini?
Akhirnya rasa takutku yang selalu ku ekspektasikan sudah menjadi Realita yang memaksa, menyakitkan. Tak pernah kusangka rasa takutku terjadi begitu cepat, kau meninggalkanku.
Namun pada pagi hingga malam ini aku akan mencoba perlahan tidak memperdulikanmu dan tidak mencarimu seperti yang kau lakukan padaku, mencoba untuk ikhlas. Sabar menunggumu pergi dalam waktu lama, hingga menyambutmu pulang dalam dekapan rumah.
Tentang yang namanya menunggu, memang aku pernah bilang padamu bahwa aku suka menunggu, tetapi menunggu kali ini sungguh berbeda seperti menunggu biasanya, seperti menunggu seseorang yang enggan ditunggu, tetapi teruntuk kamu aku bisa menerima segala konsekuensi,sakit hati yang kurasa. Rela sakit demi dirimu, bahkan rela teriris-iris oleh sembilu berdiri di ujung nestapa kesepian.
DHANA,