01

10.6K 460 22
                                    

⚠Warn⚠
Sebelum membaca, perlu diketahui jika cerita ini mengandung scene's yang begitu menguras emosi─ yang bisa membuat kalian kesal kepalang. Jadi saya peringatkan, jika tidak kuat, silahkan kembali saja.
Terimakasih
-avi🌸

○●○

Angin berhembus lembut menerpa surai kelamnya, helai demi helai rambutnya terus menghalau pandangannya untuk melihat lebih gedung besar di depannya.

Dengan perasaan yang gugup, juga kedua tangan masing-masing yang mencengkeram ujung rok pendeknya. Ia meneguk ludahnya kasar, menjilat bibir bawahnya, yang setelahnya menghela napas.

Mencoba menenangkan hati yang kian menggugup, terlebih mendengar suara yang berdengung nyaring di sekitar gedung besar itu.


"Jen, kenapa diam saja?"

Kim Jennie menoleh segera pada seorang pemuda tampan berhidung bangir di sampingnya, pemuda itu adalah Kim Hanbin, saudara kembarnya, menatapnya dengan kening yang mengernyit.

"Kau gugup?" tanya lagi Hanbin sembari membenarkan posisi tas ransel pada pundak kanannya.

Jennie menipiskan bibirnya sesaat, ia diam tak langsung menjawab melainkan membuang wajah untuk sekedar menatap sebuah tugu besar tepat di depan gedung besar itu.

Sebuah tugu besar dengan lambang juga tulisan.

St. Alabans School.

Pada akhirnya ia telah berada di sini, California. Setelah tersiksa setiap hari dengan tinggal seorang diri bersama sang Ayah dan kini ia dapat terbebas dari sang Ayah.

"Ck, terserahlah. Aku akan masuk, bel sudah berbunyi tadi," ucap Hanbin kemudian, lantas berjalan mendahului Jennie, meninggalkan Jennie yang entah menjadi panik sendiri.

Ia tak ingin sendirian, terlebih pada tempat yang belum ia kunjungi sebelumnya. Lantas, ia mulai menggerakan tubuh, menyusul sang kakak untuk berjalan bersama. Namun sayang, ketika langkahnya telah sampai pada lobby sekolah, ia memelankan langkah. Terdiam sejenak menatapi banyak orang yang tengah berlalu lalang.

Tanpa sadar, ia memandangi semua orang dengan kedua bola mata yang mengerjap. Bingung akan hal yang ia lihat kini.

Maksudnya- Hanbin sudah memberitahunya akan sekolah yang ia masuki adalah sekolah yang memiliki hari tertentu untuk berseragam. Sementara orang-orang yang tengah ia pandangi memakai pakaian yang begitu bebas. Sedangkan dirinya, sebuah kemeja putih juga rok selutut berwarna hitam. Di tambah kaos kaki sepanjang betisnya juga sepatu kets biasa.

Berbanding terbalik dengan Hanbin yang memakai ripped jeans dan kaos biasa. Juga beberapa orang yang ia lihat.

Oh ia lupa, seharusnya ia menyesuaikan. This is California, not Seoul.

Jennie benar-benar lupa akan tujuannya, lupa akan Kim Hanbin yang sudah tak terlihat lagi. Di tambah sekitarnya sudah mulai sunyi.

Ia sedikit tersentak, panik juga bingung. Ia tak tahu kemana harus menuju selain terus melangkah mengikuti arah koridor.

Sementara koridor dengan ruang kelas di kiri kanannya begitu sunyi, namun masih terasa samar-samar terdengar keributan. Hingga, entah sejak kapan langkahnya justru membawanya di penghujung koridor. Menemukan sebuah taman dengan kolam ikan yang begitu asri.

Jennie semakin panik, ia mengigit bibir bawahnya bingung. Ia menoleh ke sana ke mari, mencari jikalau ada orang yang dapat ia tanya. Namun nihil, tak ada siapapun karena sekitarnya begitu sunyi.

R E A L I T Y || jenlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang