09

2.4K 243 19
                                    

"Ini semua salahmu."

Dari sekian banyak kata yang harusnya terlontar, entah itu adalah kata maaf yang sedari tadi Jennie tunggu dari Hanbin. Namun, justru kata tersebutlah yang terlontar, dengan tatapan penuh amarah yang terpancar untuknya.

Jennie menggeram, kedua tangannya terkepal kuat di pangkuannya dengan tatapan yang begitu geram juga kedua kelopak mata yang kini basah. Sementara Nyonya Kim, tengah duduk di salah satu sofa dengan tatapan lurus, diam dengan tatapan yang nanar.

"Jangan berca─

"Kau menyukai Lisa 'kan? Dan kau sengaja melakukannya 'kan?"

Jennie mengatupkan bibir, rahangnya mengeras dengan tatapan seakan tak percaya akan apa yang diucapkan Hanbin.

"Kau gila."

"Kau yang gila! Kau seorang gadis tapi kau menyukai seorang gadis. Dan sekarang apa?! Kau memisahkan aku dengan Lisa!"


"Karena seharusnya kau tidak bersama dengan Lisa!"

Hanbin bungkam, detik kemudian bangkit dengan tangan yang terkepal kuat. Menatap Jennie dengan begitu tajam.

Jennie tak gentar, ia membalas tak kalah tajam tatapan Hanbin walau air mata terus berjatuhan melewati pipinya. Ia terlalu marah, dan ingin mengungkapkan semuanya disini.

"Berhenti berbicara omong kosong!"

Mendengar itu justru membuat Jennie tertawa kecil, menatap remeh pada pemuda Kim yang melayangkan tatapan membunuh padanya.

"Kau busuk dan lemah Hanbin. Kau memanfaatkan Lisa dan menyakiti Lisa. Sudah seharusnya kau berakhir dengan Lisa!"

"Dan kau berhasil."

Jennie bungkam, ia mengatupkan bibir dengan tatapan nanar.

"Kau berhasil membuat kami terpisah dengan cara ini, benar 'kan?"

"Otakmu gila Hanbin. Kau pikir aku rela kehilangan keperawananku untuk manusia busuk sepertimu!"

Kini giliran Hanbin yang tertawa kecil menatap Jennie remeh. Melihat itu semakin membuat hati Jennie sakit, lantas bangkit dengan menghentak meja. Merasa tak kuat lagi menahan amarah juga rasa sakitnya.

"Kau tahu Hanbin? Kau terlalu lemah dan terlalu sok jagoan. Kau datang seorang diri ke pesta Ariana, dan mabuk di sana karena Shawn. Itu sudah membuktikan bahwa kau lemah dan kau tak bisa menyangkal itu.

Dan dengan bodohnya, aku membantumu karena kau saudaraku. Bodohnya lagi, kau mengira aku Lisa dan memperkosaku.

Dan gilanya lagi adalah, kau seolah tak mengingat apapun setelah malam itu. Sementara aku sepanjang hari, tiap jam menahan rasa sakit juga amarahku. Dan sekarang, kau menyalahkanku?!"

"Kenapa kau tidak mati saja?! Kau sampah yang seharusnya tak hidup Kim Hanbin!"

Hanbin bungkam. Diam seribu bahasa dengan tatapan juga wajah yang mengendur. Air mata sudah tak terbendung lagi, tatapannya nanar pada Jennie, seakan setiap kata yang dijelaskan Jennie cukup menusuk pada hatinya.

Sementara Nyonya Kim kembali menangis, menutup wajah dengan kedua tangan. Namun detik kemudian bangkit menatap kedua anaknya membuat atensi mereka teralih pada sang Ibu.

"Kalian ...." Nyonya Kim menarik napas, memendam isakan nya, "Saling bermaafan."

Jennie satu-satunya orang yang terkejut dan menatap Ibunya tak percaya. Sedangkan Nyonya Kim yang paham betul akan tatapan yang terlontar dari Jennie, menarik ujung bibirnya, memaksakan untuk tersenyum di antara air mata yang terus menetes.

"Ibu hanya ingin ... keluarga ini tak terpecah. Ibu hanya ingin kalian kembali akur seperti beberapa saat lalu ... I-ibu ...."

Jennie tak tahu apa yang harus ia ucapkan. Semuanya seakan terucap oleh isakan dan semakin membuat hatinya sakit. Ia tak kuasa, terlebih melihat bagaimana setelah itu Ibunya memohon untuknya juga Hanbin saling berbaikan dan kembali seperti semula.

Namun justru, Jennie tak tahu harus kembali seperti semula apa?

Karena sejak awal, hubungan keluarga ini tak pernah dikatakan baik. Ayah nya yang berengsek tak lebih seperti Hanbin, kini semakin runyam ketika Ibu mencoba membuatnya berbaikan dengan hanbin.

Tidak. Jennie memilih pergi, ia pergi dari sana. Sejauh mungkin yang entah kemanapun. Baginya, jikalau ini adalah kesalahan kecil, mungkin sang ibu dapat membuat mereka berbaikan. Namun, justru ini adalah kesalahan besar baginya, kesalahan yang seharusnya tak dapat dimaafkan.

Tetapi Ibunya, justru tak memikirkan perasaan Jennie, melainkan memaksa Jennie untuk memaafkan Kim Hanbin.

Tidak. Tidak dan tidak. Tak ada kata memaafkan dari Jennie untuk Kim Hanbin. Bahkan jika Jennie harus mati hari ini.

Ya, mati. Kenapa tak terpikirkan sebelumnya? Kenapa Jennie tak mencoba mati saja disini. Di sini, di pinggir flyover dimana di bawah sana mobil berlalu lalang.

Kenapa ia tak mencoba menaiki pagar pembatas dan terjun saja. Mengakhiri semuanya disini lebih baik, benar 'kan?

Ia tak tahu sejauh mana ia berjalan dan berlari hingga sampai ditempat ini. Namun ia beruntung, setidaknya tempat ini adalah saksi, dimana ia menyerah akan hidupnya.

Mungkin sebelumnya ia mencoba untuk kuat, berharap pada sang Ibu juga Hanbin bahkan Lisa ketika menginjakkan kaki di kota ini. Tetapi, harapan hanyalah sebuah harapan. Yang diharapkan justru menyakitinya, mengecewakannya, dan meninggalkannya.

Hingga rasanya, tak ada lagi hal yang perlu dipertahankan di dunia ini. Hingga pada akhirnya, Jennie melangkah lebih jauh, berdiri di pagar pembatas dengan kedua tangan yang masih berpegangan pada pagar pembatas.

Ia menatap jauh kebawahnya. Rasa takut mungkin ada, namun, semuanya berakhir, seakan tak ada yang perlu lagi untuk ditunggu.

Ia melepaskan satu tangannya sembari mendongak menatap langit. Ia tersenyum tipis, begitu miris akan hidupnya.

Pada akhirnya, Jennie menyerah. Memilih untuk melepaskan satu tangannya, memilih untuk pergi dari dunia yang begitu kejam.













Namun, Jennie salah. Ketika seseorang menahannya, menarik pinggangnya, memeluknya dengan begitu erat.

Jennie tak tahu, jika waktunya tertunda hanya karena seseorang yang terus menggumamkan kata 'jangan'. Hingga, ketika ia menoleh, ia justru mendapati seseorang yang tak asing, seseorang yang tak pernah ia duga, menatapnya dengan tatapan nanar.







"Shawn?"










○●○tbc○●○

spoiler;

"Jennie, kau tau siapa dia? Dia Lalisa, pemimpin dari agensi hiburan ini."


○●○

a/n;

Akhirnya season satu selese hehehe
Sampai sini, adakah yang ingin kalian ucapkan tentang cerita ini. Mungkin saran atau kritik, atau mungkin tentang sikap Jennie disini.

Biar aku jelaskan, semua pertanyaan kalian aku jelaskan perihal cerita ini dari part satu sampai sembilan ini. Hanya satu sampai sembilan, untuk selanjutnya, biarkan itu jadi rahasia heheheh
-avi🌸


R E A L I T Y || jenlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang