14

4.1K 287 26
                                    

"D-dia ... dia kembali ...."

"Dia t-tampak baik-

-aku harus bagaimana Jisoo."

"Apa aku lebih baik mati saja?"

"Ck. Bicara yang benar! Berhenti minum!"

Kim Jisoo tak habis pikir oleh Jennie. Wanita kuat itu justru tertatih, menunjukan sisi rapuh yang tak pernah terlihat sebelumnya.

Ini karena kehadiran dari Lalisa Manoban. Jawaban yang telah ia simpulkan ketika melihat Kim Jennie yang menyedihkan. Namun, ia tak mengerti, mengapa Jennie harus seperti ini ketimbang senang?

Sebenarnya apa yang terjadi pada Jennie?

Masa lalu apa yang terjadi hingga Jennie terlihat begitu menderita?

Jennie dengan mata yang setengah terbuka, mengambil botol soju nya. Menuangkan nya kemudian pada gelas nya. Namun, Jisoo dengan sigap merampas itu.

"Apa yang kau lakukan, sialan!"

"Harusnya aku yang bertanya! Kau ini sedang apa?!"

Persetan dengan kemarahan, tangisan, juga tatapan menyedihkan dari Jennie. Jisoo hanya ingin menuntaskan rasa penasaran nya terhadap Jennie.

Kendati sangat dekat dengan Jennie, mengetahui cerita di masa lalu, tetapi Jisoo tak tahu apa yang di rasa oleh Jennie sebenarnya.

"Kau tidak mau bercerita padaku?" tanya Jisoo sedikit melunak dengan tatapan sendu.

Jennie tak menjawab, ia hanya bergeming di tempatnya. Merunduk dengan tatapan kosong. Sebelumnya, ia sudah memikirkan segalanya. Tentang apa yang di rasanya.

Jennie bangkit. Dengan tubuhnya yang sepoyongan, ia memaksa untuk bangkit. Mengayunkan langkahnya untuk mundur dan pergi. Tanpa sepatah kata, ia merunduk, menatap kedua kakinya yang melangkah.

Matanya mungkin memburam untuk melihat keadaan, tetapi ia cukup tahu kemana ia akan menuju.

Mengabaikan Kim Jisoo yang sudah mengeluarkan sepatah dua patah kata makian. Ia terus melangkah perlahan dengan pasti, menuju kamar mandi. Menguncinya segera setelah masuk sebelum Jisoo menahan nya, kemudian menghempaskan tubuh kedalam bathtub.

Kemudian, menyalakan keran air guna menghujami tubuhnya dengan derasnya rintik air.

Tidak ada guna nya, tidak ada hal yang perlu di tahan lagi. Jennie kembali menangis disana, tersedu dengan pekikan dibawah air yang terus menghujami tubuhnya.

Perasaan nya?

Senang, tentu saja. Melihat Lalisa dengan senyuman tipis. Bagaimana gadis itu tampak sehat bugar. Sukses dengan pekerjaan nya. Cukup membuatnya senang, bukan main karena ia pun melihatnya langsung.

Namun, hal yang selama ini membuatnya tak siap jikalau bertemu Lalisa adalah, rasa yang dialaminya. Rasa tak pantas. Untuk sekedar menatap dan menyapa juga rasa malunya.

Menyukai Lalisa?

Ya, Jennie menyukai Lalisa. Membutuhkan Lalisa di masa-masa dirinya butuh sandaran. Berharap, Lalisa meninggalkan Kim Hanbin untuknya. Namun apakah pantas, menyukai Lalisa tetapi dirinya juga mengecewakan Lalisa?

Apakah pantas menyukai namun menyakiti?

Ini bukan salahnya. Ini salah Kim Hanbin!

Namun, kenapa ia jadi sangat tersiksa akan perasaan bersalahnya pada Lisa? Seakan ia benar tak pantas untuk orang sebaik Lisa.

Inilah yang di rasakan Jennie, sebenarnya.

**

Esok paginya, Jennie terbangun dengan tubuh yang bugar. Ia tak mengingat bagaimana ia bisa berada di ranjang nya dengan piyama hangat. Yang ia tahu, Jisoo sudah bersukarela membantunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

R E A L I T Y || jenlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang