Nematoda Perusak Jiwa

34 0 0
                                    

Perasaannya hancur saat ini, mulutnya yang biasa selalu berdialog bersenda gurau, seketika menjadi penuh dengan suara sesegukan tangis yang mengaharukan. Air mata yg turun begitu deras, mengalir bak air terjun yg turun dari ketinggian.

Memang inilah yg biasa Adina perbuat saat ia sedih, mulutnya yg biasa berargumen seketika menjadi bungkam seribu bahasa, canda tawa yg biasa melengkapi bahagianya pun juga menjadi pudar.

Inilah sebabnya mengapa dari Dulu Adina tidak ingin memandang lelaki lebih dari seorang teman ataupun menjadikan lelaki sebagai teman akrab,dan sekarang lihat, Adina memandang Pras terlalu jauh, hingga dia pergi terlalu jauh kedalam labirin Asmara Pras. Ini belum seberapa sakitnya, padahal Adina baru saja mengenal Pras, bahkan Adina pun juga belum tahu apakah Pras juga mengagumi dirinya. Tapi,sakit hati yang ia rasakan benar-benar nyata dan terasa merusak jiwanya yang angkuh dan keras itu. Sepertinya pesona Pras itu telah berhasil menghancurkan dinding yang selama ini membentengi hati Adina yg kerasnya bak tembok raksasa di China itu.

Entahlah tapi Adina masih menangis,hanya ruang kecil bernuansa biru itulah yg menjadi saksi tumpahnya air mata Adina hanya karna laki-laki. Hatinya benar-benar tercabik-cabik, tak karuan rasanya.

.....

Ini sudah lebih dari 15 menit, tapi tangisnya belum juga reda. Matanya semakin sipit, suara sesegukan itu pun mulai mengecil, sepertinya dia mulai lelah membuang air mata. Perlahan ia menghela napas sembari mengingat senyum Pras. Di sela-sela cakrawala itulah semangat mulai memenuhi jiwa Adina yang awalnya roboh. Sesekali Adina berpikir "...ini bukan waktunya aku terpuruk, ini waktunya aku memperjuangkan segala pintaku yang ku minta pada Tuhan, " Senyumnya seketika terlukis, melengkung lebar seperti pelangi yang muncul setelah hujan. Kobaran api semangat turut mengiringi suara gema pinta Adina dalam doanya.

"Ya, aku harus bangkit, keinginan ku harus terwujud, aku harus tetap berusaha dan berjuang, " Mulutnya mulai berargumen bak seorang motivator yg menasehati ribuan rakyat.

Sudah ku bilang, Adina bukan perempuan yg mudah putus asa, sekali dia punya kemauan pasti kemauan itu akan selalu Ia perjuangkan bahkan entah itu perjuangan yang menyakitkan sekalipun. Doanya yang tulus tak lupa selalu terpanjatkan pada Tuhan.

- ( Biarkan kesedihan berlalu.Untuk apa selalu
mengingat hal yang membuat kita jatuh terpuruk. Ingatlah, sejatinya hidup itu berjalan maju dan meninggalkan yg lalu ) -

. . . . . .

Petang haru itu telah berlalu, sang surya kembali bersinar menerangi bumi pertiwi tercinta. Langit biru pun mulai terbentang luas. Serangkaian dedaunan mulai berserakan tertabur dihalaman. Adina mengawali harinya dengan bekal semangat yang masih panas membara. Ditambah lagi hangatnya sang surya yang mulai panas semakin menyemarakkan tekad perjuangan Adina.

Gadis itu memulai perjuangan barunya. Kedua lesung pipinya turut mendampingi senyumnya yang manis bak gula-gula itu.


Setibanya di sekolah Adina mulai melupakan peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Mulai sekarang hanya ada rasa optimis bahwa hanya dia yang akan memenangkan hati Pras. Tekadnya masih membara, impiannya menjulang tinggi membumi keangkasa. Semangatnya seketika meroket,meluncur
dengan cepat. Sepertinya hari-harinya akan indah berseri-seri.
Sesampainya langkah kaki Adina di depan gerbang sekolah, Pras melintas dihadapannya, aneh rasanya, pandangannya sama sekali tak melirik Adina sedikitpun. Biasanya Pras selalu menampilkan senyum dihadapannya, namun, pagi itu lain ceritanya. Pras malah mengabaikannya, ia terus saja memfokuskan pandangannya lurus kedepan.

Adina terheran-heran terhadap Pras. "Mas Pras kenapa ya, kok sikapnya pagi ini sangat kacang? " Pikir Adina singkat sambil meninggalkan gerbang sekolah.
Siang itu mereka berpapasan di kantin sekolah, "Mas Pras, " Sapa Adina penuh semangat.

"Iyaa... "
Sahut Pras seperti biasa dengan suara lembutnya sambil menampilkan senyum cetarnya:). Seketika hati Adina berbunga-bunga lebat yang lebatnya melebihi padang Safana di Belanda. "Mas, tadi pagi kok nggak nyapa aku mas? Marah to sama aku? " Spontan pertanyaan Adina terlontar dari mulutnya.

‌ "Lho? Kan seharusnya kamu yg nyapa aku, masak senior nyapa junior?ha ha ha" Respon Pras sambil menunjukkan ejekannya. "Ndak gitu mas, lha kan biasanya kalo baru datang kalo ketemu atau papasan mas Pras nyapa, kalo ndak ya biasanya senyum, lha tadi pagi itu kok nggak gitu lho mas-_"
‌Nampaknya adina mulai jengkel dengan segala jawaban Pras. Namun, belum sempat Pras menjawab celotehan Adina,tiba-tiba saja teman sekelas Pras datang memanggilnya. Nampaknya ada sesuatu hal yang terjadi, sampai-sampai teman Pras itu kalang kabut.

"Pras! "

Suara lantang rekan Pras terus menggema di telinga para manusia yang mendengarnya.Lelaki itu kemudian mendekat pada Pras.


Lantas sesuatu dibisikan ketelinga Pras. Seketika raut wajah Pras berubah menjadi raut wajah yang shock dan nampaknya dia tak percaya dengan apa yang dibisikkan rekannya itu. Lantas apa yang dibisikkan rekan Pras sampai-sampai Pras menjadi shock dan kaget mendengarnya dan berita jenis apakah yang sampai ketelinga Pras itu?

Pras pun berlari entah kemana aranya, segala sesuatu disekitarnya pun Ia abaikan demi memastikan informasi dari temannya itu. Adina yang awalnya bersama Pras pun ikut dihantui rasa penasaran terhadap informasi yang diterimannya itu. Adina pun langsung berlari dengan langkah pasti dan menyusuri jejak Pras.

Setelah beberapa saat berlari, sampailah Pras di depan pintu gerbang sekolah. Rupanya sesosok perempuan telah menantinya dengan berharap suatu kepastian. Pras kemudian mendekatinya. Nafasnya masih terengah-engah, namun dia masih saja batu memaksakan langkahnya hanya untuk menyapa perempuan itu. Rasa deg-degan seketika hadir bertamu dihatinya, entah apa yang akan mereka bahas.
Adina yang awalnya mengejar Pras terkejut saat melihatnya bersama perempuan lain. Baiklah, rasa sedihnya kembali pulang ke lubuk hati Adina, ia pun berencana menguping pembicaraan mereka berdua sambil bersembunyi dibalik pohon Trembesi yang amat besar.
Mereka berdua memulai pembicaraan, awalnya pembicaraan mereka diawali dari pertemuan pertama mereka di Sekolah Menengah Pertama. Sampai akhirnya mereka membicarakan awal perasaan mereka mulai beradu dan sampai akhirnya saling suka. Apalah daya Adina yang mendengar hal itu, matanya mulai berkaca-kaca, hatinya mulai panas, ia mulai berjuang menahan agar bendungan air matanya tidak pecah. Segala kenyataan yang keluar dari mulut perempuan itu akan Ia terima dengan ikhlas hati. Walaupun kenyataan itu menyakitkan sekalipun.

Setelah beberapa menit berlalu, pembicaraan mereka sampai di inti persoalan, dan mereka sampai di penghujung dialog. Apa yang perempuan itu akan katakan? Nampaknya serius sekali.Mulutnya mulai bergeming, Pras yang mendengar pernyataan gadis itu pun seketika menjadi heran, ada rasa tak rela di hatinya. Hm... Gadis itu ternyata telah memutus hubungannya dengan Pras. Adina yang mendengar hal itupun ikut terkejut, air mata yang awalnya deras menghujani pipi menjadi reda, senyumnya spontan terlukis bak pelangi yang muncul setelah hujan.

Perempuan itu kemudian meninggalkan Pras tanpa alasan yang logis. Seketika hati kecil Pras menangis ditepian rasa, hatinya hancur, mulutnya tak mampu bergumam lagi. Anehnya,Pras sama sekali tidak berusaha mempertahankan hubungannya dengan perempuan itu, sepertinya hatinya sudah ikhlas melepas kepergiannya. Padahal hubungan mereka sudah terjalin sejak mereka duduk di bangku SMP.
Saat ini hati Pras sedang di terpa rasa gundah, hal yang dirasakan Adina kini berbalik 180°pada Pras. Saat itu mentari yang menjadi saksi putusnya hubungan Pras, angin yang melintas pun turut menyertai tegangnya suasana yang telah berlalu, bahkan Adina pun menjadi salah satu saksi hancurnya hati Pras.

Pras mulai beranjak dari titik awal kesedihannya, Adina pun turut mengikuti Pras beranjak dari garis awal perjuangannya.

Senja's  Story Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang