Langkah Pras terus melaju kencang, menembus hembusan angin yang menerpa. Entah kemana kaki Pras akan melangkah, seolah-olah dia tak punya tujuan hidup.
"Mas Pras!!"
Teriak Adina sambil berlari dibelakang Pras.
Langkahnya melaju dengan kencang, semangat
dalam dirinya membara sangat panas sampai-sampai ada batu yang tertanam dibawahnya tak ia hiraukan.
Kakinya tersandung batu keras itu sehingga Ia hampir saja mencium tanah. Untung saja saat itu Pras menoleh kebelakang, kemudian dengan sigap Pras menangkap tubuh Adina yang hampir tersungkur ditanah.Seketika teriakan Adina terdengar begitu nyaring, setelah Pras menangkapnya teriakan itu tak terdengar lagi. Kedua tangan mungil Adina memeluk tubuh Pras yang menjuntai tinggi itu, jantungnya berdebar kencang, gemuruh dalam hati Adina bersorak riuh tak karuan.
Mereka berdua saling bertatapan. Mata Pras terlihat indah, bahkan lebih dari sebuah bintang-bintang, binar dimatanya terlihat jauh lebih indah.
Tatapan Adina pun terlihat sangat tulus, rasa cintanya pada Pras saat itu benar-benar semakin menjadi-jadi, senja yang awalnya meninggalkan dirinya seketika berubah menjadi sebuah fajar yang jauh lebih indah dari senja sebelumnya.Pelukan Adina pun terlepas, kabut tebal perasaan gugup dengan cepat menyelimutinya. Mulutnya seketika tak mampu bergeming, begitupun dengan Pras. Mereka berdua kemudian saling diam seribu bahasa seolah menganalisa kejadian beberapa menit lalu.
"Emm... kenapa dek, kok manggil? "Tanya Pras sambil berusaha menahan rasa gugupnya. Jantungnya berdebar kencang seolah tak dapat dikendalikan, bahkan rasa gugup itu tak mampu Ia pungkiri.
"Hm? E.. e.. Ndak jadi mas, hehe. Permisi dulu, mas. "
Respon Adina yang mengurungkan niatnya untuk mengintrograsi hal yang baru saja menimpa Pras. Adina seketika mengalihkan pembicaraan dan pergi meninggalkan Pras.Dalam sela-sela langkahnya yang terburu-buru, Adina lagi-lagi menabrak seorang laki-laki, dia sedang membawa tumpukan buku laporan ujian praktek.
"Bugggggg... "
Buku-buku itu jatuh tersebar dilantai,
"Eehh... "
Laki-laki itu terkejut dengan kehadiran Adina yang seketika menghantamnya.
" Aduhhh... Ya ampun maaf mas, "
Maaf Adina sambil Ia membereskan buku-buku tersebut. Laki-laki itu menatapnya tajam, seolah ingin marah namun entah kenapa ada hal yang menahan amarahnya. Ini merupakan pertemuan pertama Adina dengan Arji."Ndak papa dek? "
Pertanyaan Arji yang seharusnya diucapkan Adina.
Ada apa dengan Arji? Dia terpesona? Ah rasanya tidak mungkin.
"Ha?? Gimana mas? Ehh nggak papa mas, maaf mas, permisi mas" Jawab Adina terheran-heran pada Arji sembari meninggalkan TKP.
Arji memandang gadis itu terus menerus, pandangannya tak teralihkan walaupun angin silih berganti menerpa bola matanya.Arji itu orangnya cool,dia jarang tersenyum,terkadang dia suka membuat lelucon dengan muka datarnya,tampangnya terlihat garang, tapi percayalah, dia tipe lelaki yang peduli kepada perempuan.
Ketika itu,hari mulai meninggalkan siang,seperti pada awal cerita, beberapa anak telah ditunjuk untuk mewakili sebuah lomba,saat itu Adina ditunjuk kedalam sekelompok orang-orang terpilih itu. Dia mulai melangkahkan kakinya menuju lapangan badminton bersama dengan rekan-rekannya. Entahlah apa yg akan dilakukan terhadap mereka semua. Hatinya menjadi bimbang, rasanya pun tak ingin menuruti perintah para manusia yg menunjuknya itu, sebut saja judges.
Mulai hari ini agenda Adina adalah pelatihan persiapan lomba setiap pulang sekolah.
Hal yang membuat Adina terkejut, ternyata Pras merupakan salah satu dari mereka para manusia yang membuat schedule Adina semakin padat.
Kegiatan terus berjalan, tahap demi tahap mereka garap dengan teliti dan penuh dengan keseriusan.
Beberapa jam telah berlalu,Sandhya yang awalnya menerangi bumi pertiwi mulai beranjak menuju peristirahatannya. Semua peserta dikumpulkan menjadi 4 shaff yg beraturan.
"Baiklah, mungkin untuk hari ini cukup dahulu, latihan kita lanjut esok hari, jangan lupa bawa semangat kalian,selamat pulang hati-hati dijalan, dan tunjukkan senyum terbaik kalian".
Barisan itu satu persatu mulai meninggalkan medan pelatihan dengan segala rasa penatnya yang menyambut segala tetesan keringat.
Adina nampak begitu lelah,nafasnya mulai terengah-engah, matanya nampak kabur, dia pun mengistirahatkan tubuhnya sebentar dan bersandar sebuah ditiang. Sebenarnya dia sangat lelah hari ini, tapi hebatnya mulutnya tak pernah mau mengeluh,bahkan dalam hatinya pun tak ada niatan untuk mengeluh.Tak lama setelahnya,suara langkah kecil mulai mendekat, laki-laki, dia tinggi gagah perkasa, siapa lagi kalau bukan Pras. Kehadirannya benar-benar membangkitkan semangat Adina.
Pras melangkah sambil menenteng botol mineral,langkahnya semakin dekat jaraknya dengan tubuh Adina yang mulai kehabisan tenaga. Langkah Pras terhenti, dia kemudian mengulurkan tangannya, " Minun dulu, Adin.. " Sambil menampilkan senyum anti badainya. Adina terkejut, karna hanya ibundanya saja yang memanggil dengan sebutan "Adin".
" Kok malah diem, ini diminum dulu,kamu kelihatan lemes lho,"
sambung Pras yang mulai khawatir dengan kondisi Adina. Tangan Adina menerima air minum itu dengan perasaan yang ragu, mengapa?
Pras terlihat berbeda, sikap nya terhadap Adina menjadi sangat aneh, dia yang awalnya kacang menjadi sangat peduli dengan Adina? Sepertinya Tuhan mulai menunjukkan jalan kemana hati Pras harus pergi. (- - - -)Cakrawala nan mempesona mulai menampakkan diri, sepertinya ini sudah saatnya Adina kembali ke gubug tercintanya. Tubuhnya benar-benar penat, bahkan Adina pun seperti tak punya semangat hidup. Langkahnya yang loyo mulai tertuju pada ruangan pribadinya. Pintunya didorong dengan sebuah keharusan yg terpaksa karna penatnya, tapi, nuansa biru kamarnya benar-benar membuat hati adem, tubuhnya seketika tergeletak lemas di spring bed empuk itu. Matanya terpejam dengan tenang dan anggun.
Beberapa menit berlalu, tiba-tiba suara nyaring seorang wanita memanggilnya, "Adnin... mandi dulu nak, habis itu baru tidur, ayo cepat! " Adina masih saja tidak menghiraukan ibunya. Matanya malah semakin terpejam rapat, sepertinya tidurnya mulai pulas.
![](https://img.wattpad.com/cover/197776506-288-k27397.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja's Story Triangle Love
RomancePerjalanan cinta segitiga yang hancur lebur pada akhirnya.