Purnama yang Mengecewakan

21 0 0
                                    

Adina malah semakin gugup, dia pun mulai menghela nafas dan malah pergi meninggalkan Arji.

"Lohhh... Kok malah pergi?!, Adina! "

Spontan hasta nya menepuk ke dahi sambil menggelengkan kepalanya. Arji lantas meninggalkan tempat itu.

Tak lama Adina yang awalnya pergi meninggalkan Arji tiba didepan kelasnya. Sebelum
dia masuk, beberapa kursi dan meja pun telah menyambutnya.

"Ehh.. ada apa ini, kok dikeluarin semua?? "

Tanyanya keheranan sambil memegangi kursi-kursi yang penuh coretan tinta itu. "Kan bu guru nyuruh buat bersihin kelas semalem, kamu nggak buka pesan nih mesti?, " Sahut salah satu rekan kelas Adina yang merupakan teman dari tingkat SMP.

"Ehh apa iya,? "

Adina dengan cepat mencari handphone nya didalam tas. "Ehh ya ampun iya, bener, maafin semua, hehehe" Pekik Adina sambil tertawa kecil.



..........




Perlahan waktu terus berjalan dan matahari mulai tergelincir di atas kepala, Adina melangkahkan kaki nya pergi ke kantin. Perutnya sudah mulai keroncongan, bibirnya mulai kering, rautnya pun nampak lemas. Dengan sigap ia mencari meja kosong dan segera memesan makanan yang ia suka.

Tak lama setelahnya beberapa teman Adina datang dari belakang. Tawanya mulai terdengar riuh bak air yang gemercik. Senyum-senyum bahagia nampak jelas diraut wajah mereka. Namun lain halnya dengan Adina, keadaan mereka bertolak belakang 180°. Silih berganti tawa dan segala cercaan itu melintas ditelinga Adina. Namun, apalah daya Adina sebagai lakon pendengar setia itu, hanya bisa diam dan mengenang segala peristiwa yang pernah mereka alami. Sekarang hanya tertera kenangan sahaja yang masih tertata rapi di buku sejarah kehidupan masa lampau.

Lantas mereka para manusia yang merasa dirinya tak memiliki dosa itu duduk dihadapan bangku kosong, tepatnya meja di seberang Adina. Tawanya masih berlaga layaknya pemeran utama. Segala senda gurauan itu terus saja diputar silih berganti bahkan dengan genre yang sama.
Namun salah satu dari mereka mulai terdiam, dan pandangan seketika tertuju pada Adina yang duduk sendiri. Matanya seolah menunjukkan rasa ketidakminatan pada Adina. Entah apa yang mereka lakukan setelahnya.

Apa yang Adina bisa lakukan terhadap mereka, dirinya hanya bisa diam, membiarkan benci mereka semakin merasuk kedalam raga.

...........

Sandhya kembali menampakkan cahayanya yang menawan,langit yang semburat oranye mulai berjajar rapi mendampingi Sandhya.

Sore itu Adina sudah cukup lelah dengan segala drama yang terjadi hari itu. Bahkan lakon drama pun tiap harinya tak kunjung habis mendatangi Adina dan membawa masalah kedalam hidupnya.

Dia memutuskan untuk meninggalkan segala lara dan duka yang berruntutan mengikuti langkahnya.

Bahkan dia memutuskan membuang jauh jauh segala rasa yang pernah terlukis dalam skenario Tuhan yang telah ia perankan sampai detik ini, padahal Pras mulai terbuka pintu hatinya untuk Adina. Lalu, Arji hatinya langsung terpikat dengan pesona Adina yang anggun.


Tetapi, mau tidak mau Adina harus meninggalkan semua itu. Selamat tinggal kenangan lama, selamat tinggal rindu, selamat tinggal luka, selamat tinggal asmara, selamat tinggal Arji dan Pras.



Tamat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja's  Story Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang