1

73 8 0
                                    

Hujan turun di luar dengan ditemani awan hitamnya. Membasahi kota jakarta dan mengibaskan pohon pohon yang ada di pinggir jalan. Ya sangat terlihat cuaca kurang bersahabat hari ini. Apalagi ini adalah bulan Desember. Bulan dimana hujan bisa singgah dengan senang hati menyapa warga bumi.

"Sampai kapan Ram kita disini?"
"Ya sampai hujan selesai. Kenapa? Kamu mau pulang?"
"Ya gak sih. Tapi habis ini adzan maghrib. Kan nanggung kalau gak ikut sholat berjamaah."

Rama sedikit tersenyum saat Rara mengucapkan itu. Ia patut bersyukur karena Tuhan memberikannya kekasih seperti Rara. Disaat terjebak hujan seperti ini pun ia masih memikirkan bagaimana dengan sholatnya nanti. Itulah yang membuat Rama sangat tulus mencintai Rara.

"Nanti pasti reda kok. Kamu minum aja dulu kopi nya. Daripada kamu kedinginan nanti."

Di bawah langit yang mulai menggelap ini, Rama dan Rara duduk berdua di satu meja. Mungkin jika dihitung-hitung, ia sudah cukup lama tidak bertemu dengan kekasihnya itu. Sekitar 3 bulan yang lalu Rara fokus dengan pekerjaan sebagai dokter di sebuah rumah sakit. Begitu juga dengan Rama, ia sibuk dengan pekerjaannya sebagai penerus perusahaan milik ayahnya. Mereka terpaut jarak usia 2 tahun lebih. Karena perbedaan usia itu lah yang membuat hubungan mereka bisa bertahan lama. Rama sendiri tipe cowok yang dewasa. Ia selalu bisa mengatasi masalah dengan baik. Termasuk masalah yang sering menimpa hubungannya dengan Rara. Tak heran hubungan mereka bisa bertahan hampir 4 tahun.

"Ram, ayo keluar. Hujannya udah reda."
"Oh sudah? Aku baru sadar."
"Ya gimana mau sadar. Daritadi kamu ngelamun terus."
"Hahaha iya iya. Ayo katanya mau sholat Magrib. Nanti kita sholat di masjid deket sini aja."
"Oke ayo."

Jalanan sedikit tergenang dengan air akibat hujan tadi. suasana yang lembab pun juga menyelimuti sore menjelang malam ini. Saat sudah di masjid, Rama dan Rara mengambil jalan yang berbeda untuk berwudhu. Mereka melaksanakan ibadah sholat Maghrib sebelum pulang ke rumah masing-masing. Beribadah kepada Tuhan dengan khusyuk dan berdoa dengan tulus. Saat sholat berjamaah sudah selesai, mereka kembali berkumpul di parkiran masjid dimana mobil Rama terparkir disana. Sesampai disana terlihat Rama sudah datang terlebih dahulu dan berdiri di dekat mobilnya dengan keadaan rambut yang masih sedikit basah karena terkena air wudhu tadi. Rara yang melihat hal itu menahan senyum dan kagumnya karena tidak bisa ia pungkiri kekasihnya itu diciptakan Tuhan dengan paras yang cukup tampan.

"Jangan ditahan Ra, kalau emang kagum kenapa gak langsung diungkapin aja."

Deg. Rara sedikit terkejut atas perkataan Rama tadi. Bagaimana ia bisa tahu kalau Rara menahan rasa kagum itu. Oh ya, Rara melupakan sesuatu. Ia lupa kalau Rama bukan laki laki yang bisa ia bohongi. Hmm entahlah, Rama yang tidak bisa dibohongi atau Rara yang memang tidak bisa berbohong.

"Ya ya ya, selalu ketahuan. Aku suka aja lihat rambutmu yang kayak gini." Ucap Rara dengan memamerkan senjata andalannya yang bisa membuat Rama luluh. Ya, apalagi kalau bukan senyum yang tercetak di bibirnya.
"Kelak kamu bisa liat tiap hari kok. Disaat kita nanti sudah sah dalam agama dan negara."
"Hahaha kamu ngomong apa sih. Eh tapi amin-in aja deh." Ucap Rara dengan tertawa
"Tuh kan kamu sendiri aja juga mau kok. Yaudah ayo masuk."

Di perjalanan mereka berbicara dan bercanda bersama. Terlihat Rara selalu tertawa riang dan Rama yang tidak bisa berhenti tersenyum. Bahkan langit malam pun tahu kalau 2 insan yang di dalam mobil itu saling menumpahkan kerinduan di dalam hati dengan menghabiskan waktu bersama seharian.

"Makasih ya Ram udah nganterin. Makasih juga atas hari ini." Ucap Rara saat sudah di depan halaman rumahnya.
"Iya sama sama. Oh iya mama sama papa kamu mana?"
"Ada di dalam rumah. Kamu mau mampir?"
"Hmm pingin sih, tapi kayaknya gak bisa hari ini. Aku harus cepet-cepet pulang soalnya."
"Oh oke, lain kali aja. Yaudah kamu hati-hati pulangnya. Jangan ngebut pas bawa mobil."
"Iya Rara. Kamu juga hati-hati."
"Hah hati-hati gimana? Aku aja udah di depan rumah."
"Ya maksudku hati-hati pas jalan ke depan sana Ra."
"Hahaha oke-oke. Dah Rama."
"Dah. Nitip salam juga ya buat mama papa kamu." Ucap Rama yang dijawab Rara dengan anggukan.

Oh perlu kalian tau, ini adalah hari yang cukup menyenangkan bagi Rama dan Rara. Bagaimana tidak, seharian mereka berkeliling bersama. Dimulai dari jogging, pergi ke taman bermain, mencoba kuliner kuliner, dan berakhir di cafe dimana mereka terjebak hujan deras. Duduk bersama merasakan kehangatan di tengah-tengah dinginnya hujan.

"selamat malam Ram." ucap Rara dengan manis sebelum bintang membawanya ke alam mimpi.

.....

2RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang