3

18 4 0
                                    

Tak terasa malam pun berkunjung dan bersinggah. Bulan dan bintang terlihat sangat terang saat memancarkan cahayanya. Hari ini cuaca memang sangat cerah. Rama dan Rara masih bersama-sama menghabiskan waktu weekendnya. Mereka duduk di rumput taman bermain sambil memandang langit gelap di atasnya.

"Mama papa aku juga sering bahas hal yang samaa seperti yang dibahas mama kamu sama anak-anak panti tadi siang."

Rara pun langsung menoleh kepada kekasihnya itu.

"Aku rasa gak ada salahnya jika kita ke jenjang yang lebih serius lagi. Bagaimana menurutmu, Ra?"
"Pernikahan bukan hal yang sepele Ram. Banyak masalah yang akan kita hadapi saat setelah menikah nanti. Aku mau kita terus berkomitmen untuk menjaga hubungan kita sampai kapanpun."
"Tentu. Aku sangat tulus mencintaimu. Aku janji aku akan menjadi laki-laki yang tepat untukmu dan aku akan memastikan aku terus bersama denganmu sampai takdir memisahkan alam kita."
"Tapi Ram..."
"Tapi kenapa?"
"Aku tidak pandai memasak. Aku tidak tahu sama sekali urusan dapur. Kamu yakin masih mau sama aku dengan kondisi seperti itu?"
"Aku bisa Ra. Kamu tidak bisa masak sedangkan aku bisa. Kamu bisa mengurus anak kecil dengan baik. Kamu bisa mengobati orang yang sakit. Kamu bisa melakukan pekerjaan rumah. Itu sudah sangat cukup buat aku. Untuk masalah memasak, aku bisa ikutin kamu les memasak atau belajar dari aku langsung. Aku yakin kamu pasti memasak bisa setelah belajar."
"Hmm berjanjilah kamu akan melewati semua cerita suka duka bersamaku serta menjaga hubungan kita sampai akhir hayat nanti."
"Aku berjanji akan melewati semua cerita suka duka bersammamu serta menjaga hubungan kita sampai akhir haya nanti."
"Aku mencintaimu."
"Begitu juga denganku."

Mereka pun berpelukan di tengah indahnya langit malam. Angin berhembus tenang meniup lembut rambut Rara dan Rama. Bulan bintang menjadi saksi bahwa mereka telah berkomitmen satu sama lain demi hubungan mereka.

"Satu bulan kagi adalah hari anniversary kita ke 4 tahun. Aku ingin kita melaksanakan pesta tunangan di hari itu."
"Lalu bagaimana dengan acara pernikahannya? Menyusul berapa hari?"
"Nikah? Apa kau tidak sabar untuk menikah denganku Ra? Tunggu sebentar lagi sayang. Kita pasti menikah nanti." Goda Rama dengan nada yang menjengkelkan bagi Rara.
"Eh gak gitu maksudku. Tau ah mending aku ga tanya kalau gitu."
"Hahaha gak gak Ra. Cuma bercanda. Ayo kamu gak mau aku antar pulang?"
"Gak. Kamu pulang dulu aja."
"Loh kamu marah? Aku cuma becanda Ra. Ayo kita pulang. Nanti mama kamu nyariin."
"Gapapa Ram. Kamu pulang dulu aja. Aku mau disini sebentar."
"Kenapa? Mau nginap? Mau tidur disini?"
"Iya."

Rama sangat bingung harus berbuat apa. Ia bertanya-tanya kepada dirinya apa dia salah jika menggoda kekasihnya itu. Dia hanya ingin menggoda Rara. Sudah hanya itu saja. Tapi kenapa Rara marah. Apa godaannya terlalu parah sampai menyinggung hati Rara. Perasaan tidak. Rama merasa itu bukan hal yang bisa menyinggung hati orang lain.

Oh ya ampun, Rama melupakan sesuatu. Hari ini Rara sedang menstruasi. Pantas saja ia bersikap agak sedikit sensitif. Dari ilmu yang ia pelajari dulu adalah sebenar apapun cowok, ia akan tetap salah di mata cewek yang sedang menstruasi. Hmm kalau sudah begini Rama harus mengalah demi kekasihnya itu. Jika tidak ia tidak akan pulang karena berusaha membujuk Rara bahkan sampai larut malam nanti.

"Ra..."
"Apa?"
"Permisi ya."

Greb. Rama langsung menggendong Rara dengan posisi tangan melingkar di bahu dan kaki Rara. Spontan Rara langsung terkejut bukan main setelah digendong Rama secara tiba-tiba itu. Saat ia memandang wajah Rama, ia malah bertemu dengan mata teduh Rama yang selalu ia kagumi itu. Astaga Rara kenapa kau malah memikirkan mata Rama. Lihatlah sekarang mereka berdua menjadi pusat perhatian orang-orang di taman karena perilaku romantis rama tersebut.

"Ram turunin. Kita diliatin banyak orang loh."
"Kalau gak gini, kamu gak akan mau pulang Ra."
"Iya iya aku bakal pulang sama kamu. Tapi turunin dulu Ram. Malu diliatin banyak orang."
"Huss... Gapapa biarin mereka liat. Habis ini kita sampai di mobil."

Perasaan Rara benar-benar campur aduk saat ini. Antara baper, senang, malu, dan bahagia campur menjadi satu. Ya, ia hanya bisa pasrah dalam gendongan Rama kali ini.

"Yaampun jantung gue kenapa deg-degan gini." Ucap Rara dalam hati sambil memejamkan matanya.

.....

2RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang