6

14 3 0
                                    

Hari pun berlalu dengan hampa. Sudah memasuki hari rabu tapi Rara masih tidak mendapatkan kabar tentang Rama. Semua keluarganya pun menyuruhnya untuk mengikhlaskan Rama. Tapi bagi Rara sebelum ada bukti bahwa Rama telah tiada, ia akan tetap yakin bahwa Rama masih hidup. Ia yakin bahwa Allah masih menjaga Rama di suatu tempat. Ia yakin Allah pasti mengijinkannya untuk hidup bersama-sama dengan Rama di esoknya. Tapi pertanyaannya dimana Rama. Dimana kekasihnya itu. Apakah Rama masih hidup. Apakah dia baik-baik saja. Hanya itu lah yang dipikirkan oleh Rara. Sepanjang hari ia selalu memanjatkan doa kepada Allah agar melindungi Rama dari bahaya.

"Apa yang harus aku lakukan Ram? Aku gak kuat sama ini. Aku mohon kembalilah Ram. Kembalilah kepadaku aku. Kenapa kau meninggalkanku disaat satu minggu lagi kita akan bertunangan. Ujian apa lagi yang akan ku berikan kepadaku Ya Tuhan? Ku mohon jangan berikan aku masalah serumit ini. Ku mohon kembalikan Rama ku."

Sekali lagi Rara menangis karena Rama. Pagi, siang, dan malam ia selalu dihantui pikiran tentang Rama. Bahkan pekerjaannya banyak yang tidak terurus karena kabar buruk ini. Persetan dengan pekerjaan, yang penting sekarang adalah nyawa Rama. Terlihat terlalu kekanak-kanakan memang. Tapi bagaimana lagi. Semuanya pasti juga akan merasa khawatir dan takut saat merasa kehilangan. Demi apapun Rara merasa frustasi dengan masalah ini. Tangisan, ketakutan, kerinduan, penantian. Itu lah yang Rara rasakan saat ini

"Dimana janjimu Rama. Kau berjanji akan kembali pada hari rabu. Ini sudah hari rabu. Kamu dimana. Kau berbohong padaku. Aku membenci kebohongan ini Ram." Sekali Rara harus bermonolog sendirian dengan dirinya sendiri. Ia benar-benar terlihat buruk dan pilu. Tidak ada yang bisa menghiburnya sekalipun itu orang tuanya.

Sampai hari ini tidak ada kabar satu pun dari pihak pesawat tentang Rama. Tanda-tanda bahwa Rama ditemukan pun juga tidak ada. Mereka meyakini Rama hilang di tengah lautan. Karena kecelakaan pesawat ini terjadi di lautan Karawang, Jawa Barat. Tak ada satupun yang mengetahui dimana Rama sekarang berada. Menghilang tanpa kepastian. Padahal ada satu hati yang sedang menanti.

"Kamu harus kuat Ra. Mulai ikhlaskan lah Rama. Mama yakin Rama pasti kembali. Entah itu dengan keadaan masih hidup ataupun sudah tiada. Apapun yang akan terjadi nanti kamu harus menguatkan hatimu dan mulai belajar menerima kenyataan ini."

Rara hanya diam tak menanggapi ucapan Mamanya. Pikirannya benar-benar kosong. Kepergian Rama tanpa kepastian ini membawa jiwa dan raga Rara ikut pergi entah kemana. Semangat yang biasa ia tunjukkan dan senyum manis yang selalu ia pamerkan turut meluntur bersamaan dengan hilangnya Rama.

"Ra, coba dengerin papa dulu. Papa tau kamu sedang kehilangan. Papa tau kamu merasa sedih. Papa tau seberapa mencintainya kamu kepada Rama. Tapi ini kehendak Allah Ra. Tidak ada yang bisa menentang alur kehidupan dari Allah. Apapun yang terjadi kamu harus kuat untuk menerimanya. Kembalikan semua semangat di hidupmu. Hidupmu masih panjang. Jika kamu menghabiskan kehidupanmu dengan penuh kesedihan itu akan sangat disayangkan. Ingat kamu masih punya papa dan mama yang sangat menyayangimu."

Mendengar nasehat papa nya, Rara langsung menangis pelan. Yang ia tahu papa nya adalah orang yang jarang bicara. Tapi kini papanya menasehatinya panjang lebar agar bisa menenangkan putrinya. Benar adanya bahwa mama papa Rara sangat mencintai dan menyayangi anak putri tunggalnya itu.

"Baiklah, Pa Ma. Rara akan berusaha mengikhlaskan Rama. Rara akan benar-benar berusaha demi mama dan papa."

Hal itu pun disambut dengan senyuman oleh orang tua Rara. Mereka bersyukur akhirnya putrinya itu mendapatkan kembali semangat hidupnya.

......

2RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang