4

14 4 0
                                    

Hari dan minggu pun berlalu dengan cepat. Melewati bulan januari dan akan memasuki bulan februari. Orang tua Rama maupun Rara sudah sibuk menyiapkan pesta tunangan anak mereka. Satu minggu lagi tunangan akan segera dilaksanakan.

"Ra bangun Ra. Ayo bangun nak."
"Kenapa, Ma? Rara udah sholat shubuh."
"Ada hal buruk terjadi pada Rama." Ucap mama nya dengan pelan.
"Apa ma? Hal buruk? Dimana Rama? Rama mana ma?"
"Dia sudah diantarkan ke pemakaman."

Seketika air mata Rara langsung menetes. Apa yang mama nya katakan tadi. Pemakaman? Satu minggu lagi ia akan bertunangan dengan Rama. Tapi kenapa Rama malah dikirim ke pemakaman. Rara yakin tidak ada hal buruk yang terjadi pada Rama.

"Pemakaman? Apa yang terjadi sama Rama, Ma? Rama kenapa diantarkan ke pemakaman? Gak ada yang terjadi sama Rama kan Ma?"
"Nak, kamu tenang dulu ya. Kamu harus bisa mengikhlaskan Rama. Tuhan sangat sayang pada Rama. Karena itu tuhan memanggil Rama untuk menemuinya."

"Ramaaaaa...." Ucap Rara dengan sangat keras saat terbangun dari tidurnya.

Oh ya tuhan. Itu hanya mimpi buruk. Mimpi yang sangat Rara takuti. Rara pun langsung mengambil air minum dan meminumnya. Setelah minum ia pun turun ke lantai 1 rumahnya untuk menemui mama nya.

"Mamaaaa... Mamaaaa."
"Mama disini Ra. Kenapa teriak-teriak sih?"
"Ma, Rama gapapa kan Ma? Gak ada hal buruk yang terjadi sama Rama kan Ma? Rara habis mimpi buruk Ma."
"Gak Ra. Kamu tenang dulu. Rama baik-baik aja nak. Sekarang kamu tenang dulu ya."
"Syukurlah. Aku kira terjadi beneran. Rara udah sangat takut ini."
"Udah udah. Sekarang kamu mandi dulu ya. Kamu tenangin pikiran kamu. Nanti siang Rama akan kesini. Tadi dia nelfon mama."
"Beneran Ma? Kenapa Rama kesini?"
"Katanya sih pingin ngomong sama kamu. Mangkannya kamu sekarang mandi dulu ya. Bersihin diri kamu dulu."
"Hmm iya Ma."

Siang pun tiba. Rama sudah di rumah Rara sekarang. Mereka duduk berdua di taman rumah Rara. Entah apa yang akan dibicarakan Rama, Rara pun tidak tau akan hal itu.

"Satu minggu lagi kita akan tunangan Ra. Kamu seneng gak?"
"Seneng dan gugup sih. Tapi gapapa nanti pasti aku siapin diri aku sebaik mungkin."
"Nanti sore aku akan ke bandara. Besok aku ke pangkal pinang, ada urusan pekerjaan disana. Gapapa kan?"

Saat mendengar itu, hati Rara kembali bergemuruh. Ia tiba-tiba teringat dengan mimpi buruknya tadi. Mengingat hari minggu besok adalah hari dimana pesta tunangannya diselenggarakan. Ia takut ada hal buruk yang terjadi pada Rama

"Ra? Kenapa diem?"
"Oh iya. Ya gapapa Ram. Kan kamu ada urusan disana. Tapi jaga kondisi baik-baik ya. Karena minggu besok kita akan tunangan."
"Siap Ra. Cuma 2 hari doang kok. Nanti hari rabu aku akan balik lagi ke jakarta."
"Beneran ya? Kamu janji kan pasti balik ke Jakarta lagi?"
"Iya Ra. Aku pasti balik kok. Kamu kenapa tanya gitu?"
"Oh engga kok gapapa. Nanti kamu malah keasyikan liburan disana sampai lupa gak balik ke jakarta. Mangkannya aku ngomong gitu."
"Hahaha ya enggak lah Ra. Aku disana cuma ngurusi pekerjaan kok."
"Oke-oke. Kenapa kamu gak ngomong lewat hp aja?"
"Ya gapapa sih. Pingin ngomong langsung aja. Sekalian ketemu kamu hehehe."
"Dasar kayak anak remaja aja kamu ini."

Cukup kalian ketahui saja, Rara sudah sangat menahan rasa khawatirnya itu. Ia benar-benar merasa akan ada hal buruk sama seperti yang ada di mimpinya tadi pagi. Tapi ia berusaha menepis semua itu. Ia tidak mau berpikir negatif terlebih dahulu. Ia berdoa kepada tuhan agar menjaga Rama dengan hati-hati.

.......

"Kamu hati-hati ya di Jakarta. Jaga pola makan juga. Aku mau pamit dulu."
"Ram jangan ngomong gitu. Kamu cuma ke luar pulau bentar kan. Gak perlu ngomong pamit gitu."
"Loh astaga iya-iya maaf Ra. Maksudku ya cuma pamit sebentar gitu kok."

Rama benar-benar merasa ada hal aneh yang terjadi pada Rara. Dari tadi pagi Rara menunjukkan sisi khawatir yang tidak biasa bagi Rama. Tapi mungkin itu hanya khawatir biasa. Rama berusaha menepis kecurigaan itu.

Tes...
Air mata Rara tiba-tiba turun membasahi pipi tembemnya. Bahkan Rara pun tidak tahu apa yang menyebabkan ia menangis.

"Kamu kenapa nangis, Ra? Aku bakal baik-baik aja kok disana. Beneran."
"Hmm aku takut aja. Tapi gapapa kok."
"Yaudah aku kesana dulu ya. Jangan nangis lagi oke. Nanti akucikut khawatir"
"Oke. Aku baik-baik aja kok. Kamu hati-hati ya. Jaga diri baik-baik disana. Pokoknya hari rabu aku bakal nunggu kamu balik lagi ke Jakarta."
"Iya Rara. Bye." Ucap Rama sambil memeluk Rara.

Sekali lagi air mata Rara menetes saat punggung Rama mulai menjauh dari peredaran matanya. Entah mengapa Rara merasa ini adalah hari terakhir ia bertemu dengan Rama. Sungguh ia merasa sangat khawatir dan takut. Ia sudah memiliki firasat buruk yang sangat kuat. Tapi sekali lagi ia berusaha menepis semua itu.

"Kamu mikirin apa sih Ra. Kalau kamu berpikir buruk terus bisa-bisa Rama juga akan ikut khawatir." Ucap Rara monolog dengan dirinya sendiri.
....

2RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang