Ero,
Jakarta, Maret 2014.
Cahaya puluhan lampu berpendar di mata, menyilaukan. Tapi tak membuatku terpesona karena hasratku pada pesona telah sepenuhnya kau kuasai. Sosok yang selalu layak aku puja puji aku kagumi, ya! Itu hanya kau. Ah bukankah seharusnya kau terperangkap akan diriku, manusia mana lagi yang terkesima begitu dalam olehmu. Tapi tubuhmu yang dulu aku rengkuh selalu kini hanya tinggal bayangan.
Gemuruh tepuk tangan dan suara menghentikan lamunanku pada kegilaan. Sepasang mata berbinar di hadapku. Ratusan mata memandang, di sekelilingku.
"Ero, single terbarunya kapan dirilis?" begitu pertanyaan itu yang secepat kilat aku cerna.
"Masih ditunda dan menunggu waktu yang tepat." Aku tersenyum. Menghentikan kecurigaan, jangan sampai aku tertangkap sedang tenggelam dalam lamunan.
Talkshow di salah satu stasiun TV. Tapi, selama setahun ini aku melakukan sesuatu tanpa nyawa. Semangatku lenyap dan menguap entah ke mana.
"Lagu kamu akhir-akhir ini sepertinya sedikit berbeda dari yang pertama debut dulu? Kebanyakan lagu-lagu cinta. Apa ini buat seseorang yang spesial?"
Aku terdiam. Harus kujawab bagaimana pertanyaan itu?
"Ya," jawabku.
"Oh ya?" Sang host mendadak antusias."Pacar kamu? Belakangan ada info yang mengatakan kamu punya pacar."
"Bukan pacar," jawabku lirih.
"Wah penggemar kamu boleh lega donk, ternyata idola mereka masih single," kata sang presenter.
"Ya tapi ada seseorang yang aku cintai."
Aku tau dampak dari kata-kata itu. Media pasti heboh, wartawan gossip akan punya bahan berita minimal seminggu. Tapi, aku kehabisan akal untuk menemukan dia. Tubuhku pun mati rasa.
Kau menghilang tanpa jejak, bahkan detektif swasta yang aku sewa tidak dapat menemukan sosokmu. Talkshow segera berlalu, bergerombolan orang mengejarku. Menanyakan kata-kata yang sama. Aku berjalan saja tak mau peduli.
Tega kau lakukan ini. Setahun lamanya tanpa kabar, kau anggap apa aku?! Marah, kesal berkecamuk di benakku.
Di mana dia ya Tuhan? Apa dia baik-baik saja? Aku menenggak larutan berwarna hitam yang disebut espresso dengan cepat. Bahkan rasanya tak pahit. Tanda aku memang sedang nelangsa
"Ero." Sesosok wanita cantik memanggilku. Dia adalah manajerku, melihatnya semakin membuatku tersiksa. Aku bahkan tak bisa membenci dia atas perbuatan mereka yang membuatmu pergi. Saat itu, aku dan kau sangat bahagia. Tapi semuanya hancur. Lalu kenapa? aku bahkan nggak bisa membenci wanita ini. Mungkin kusadari ini juga bukan salahnya.
"Tur lima kota," katanya.
"Kak Seira, batalkan saja. Aku sedang tidak ingin." Aku memaksa wajahku memunculkan raut tersiksa dan dia mengerti.
Wanita yang aku panggil Kak Seira mengangguk. Suara langkah-langkah berderap membuyarkan pembicaraan kami yang sendu. Nyanyian selamat panjang umur membahana, kerlip lilin dari cake berwarna merah bergoyang walau tak ada angin. Kru dan fans membuat kejutan. Aku bahkan lupa kalau hari ini ulang tahunku. Kutarik sedikit garis bibirku agar terlihat gembira. Aku pun tertawa gembira tapi hanya pura-pura.
Kalau saat ini kau ada seperti biasa. Kau pasti tersenyum menyambutku dan mengucapkan sederet permohonan dan aku pun akan mencuri sebuah kecupan di pipimu karena dulu bibirmu terlalu sakral untuk aku sentuh, walaupun aku ingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Kembali (Completed)
Romansa(Masih Lengkap) Ero : Kadang perubahan terjadi, lambat ataupun cepat seperti halnya sesuatu mulai bergolak dalam diriku. Seperti malaikat yang berubah jadi iblis bahkan aku takut bercermin dan memandang wajahku. Aku takut yang kulihat disana adalah...