6

4.4K 372 60
                                    

*riana

aku melihatnya tertidur lelap. Dia heran dengan dirinya sendiri, akupun juga merasa demikian, aku tidak suka dengan orang yg kasar sedangkan sejak awal kita bertemu sikapnya sangat kasar denganku, menatapku dengan sinis, bahkan pernah menampar diriku karna menggagu sahabatnya yg awal ku pikir adalah pasangannya.

Dia yg sekarang membuatku tidak mengerti akan diriku sendiri, kita sama - sama saling tidak mengerti namun lucunya kami sama - sama tidak pergi, dia kesal ketika aku memerintah dan menuntutnya ini itu, namun dia tidak beranjak menjauh dariku, menggemaskan sekali tingkahnya seperti itu, sungguh rasanya berbeda saat aku mengejar ralo mungkin hanya rasa penasaranku yg tinggi dan melihat sifatnya yg manis dan ramah, dengan bianca rasanya berbeda, dan aku suka.

Sedari tadi ahhh bukan sedari kemarin, dia berusah sopan denganku,atau mungkin merasa canggung dengan badanku ini. Aku tau orang yg disekelilingnya cantik - cantik, ada model, seleb, anak pejabat dan segala macamnya, aku sedikit ragu akan diriku saat ini, apa mungkin dia hanya tidak enak dan kasihan melihat kondisiku ini.

" kenapa ?" seseorang mengusap jidatku pelan.

" hahhh... " aku terkaget melihat bianca sedang menatapku.

" kenapa ? alis sama jidatnya beekerut ?" dan lagi bianca mengusap  jidatku.

" ga apa, cuma kepikiran sesuatu aja."

" mikirin apa? aku masih ngantuk, kamu tidur gih." Bianca kembali memejamkan matanya.

" ga ngantuk hon.. "

" tidduuurrrr... " bianca tetap memejamkan matanya.

" kelonin dong.. "

" tidur sendirilah, gue ngantuk." ingin rasanya aku sentil jidatnya itu, aku berekspresi manja agar dia melihatku, tapi masih saja dia memejamkan matanya.

" issshhh awuklah.. " aku merebahkan badanku, dan membalikan badanku memunggunginya.

aku meliriknya yg mungkin saja sudah kembali kedalam alam bawah sadarnya. " nyebelin banget.. " aku hanya bisa mendumel pelan tidak ingin juga membangunkannya.

sreettt.... aku merasa tertarik kebelakang, ternyata bianca belum tertidur dan kini dia merangkulku, menjadikan tangan kirinya sebagai bantalan kepalaku, dan tangan kanannya memelukku erat. " tidur yah, aku ngantuk, besok aku mesti kerja."

aku tidak menjawabnya, aku hanya meraih tangan kanannya untuk memeluku lagi lebih erat, dan mengegam jemarinya, mengisi celah jemariku yg kosong. kamu tau? bibir ini otomatis tersenyum gembira dan hati ini aahhh kamu pasti tau rasanya hati menghangat bagaimana, aku tidak perlu deskripsikan rasa ini.

*Bianca

aku terbangun karna merasakan riana bergerak - gerak dalam tidurnya. Aku melihatnya gelisah sekali namun matanya masih saja terpejam, aku melirik jam dimeja sebelah kasur, waktu masih menunjukan pukul 4 pagi, ini masih teralu pagi untuk bangun tapi melihatnya seperti ini membuatku heran.

" hei... wake up.. bangun.." aku mengelus - ngelus pipinya pelan untuk membangunkannya, namun tidak berhasil.

" riana, bangun.. kamu mimpi burukkah? " kini aku menguncangkan tangannya, tidak juga bangun, dia masih tampak gelisah.

" riana... bangun !! " aku menghentak tangannya sedikit kencang.

Riana membuka matanya cepat. " arrgghhh... " riana berteriak histeris. braakkk... riana mendorongku jatuh kelantai.

" sshiittt... what the fu...." aku mengehentikan caci makiku ketika melirik riana diatas kasur meringkuk menekuk kedua kakinya, kepalanya yg terus menunduk membuat rambutnya teruntai menutupi wajahnya, mungkin kalau kondisinya berbeda akan tampak sedikit horor, aku menepis pemikiran konyolku.

" heeiii you.. r u okay ?" aku kembali beranjak ke kasur mengabaikan kondisi pantatku yg ngilu setelah mencium kerasnya lantai.

hening, tidak ada jawaban dari pertanyaanku, aku mencoba merangkulnya, yg kurasakan badan riana bergetar seperti handphone yg disetting vibrate, okay bianca hentikan pemikiran konyolmu ini.

" ja...jjjaaa...ngan... "

" jangan apa sih? tadi gue apain dia sih pas tidur, apa gue ngelindur trus aneh aneh yak?"

" ja..ngan.. pukul aku lagi." suara itu sangat lirih terdengar ditelingaku, aku menatap kedua tangan apakah meninggalkan jejak kekerasan disana.

" riana, ini bianca.. apa aku mukul kamu?" akupun sendiri bingung.

" Bukan kamu." tak lama kemudian riana mengangkat wajahnya yg sedari tadi menunduk.

aku menyibak rambutnya yg menutupi wajahnya. Dia menatapku, air matanya bercucuran membekas dipipinya. " Hhiiiii ingusan... joyyookk.."

" ihhhh kamu nyebelin banget sih." riana memukulku bahuku pelan.

" wkwkwkwkwk abisnya tadi aku liat horor gitu rambutnya menjuntai gitu, trus sekarang mukanya berantakan, ingus belecetan pula."

" jahhaatt... " riana bersungut - sungut manja sambil memukul pelan bahuku berkali - kali.

" KDRT wwooyyy... tadi dijatohin dari kasur ngorbanin pantat aku yg sexy aduhai ini, sekarang bahu aku yg nyaman able ini mau dikorbanin juga."

" seriusan aku jatohin kamu dari kasur tadi ?" aku menganggukan kepalaku.

" maaf yah aku suka reflek kalau mimpi buruk gitu." bianca mencoba mengusap bahuku.

" waaiittt.. tadi kamu ngusap hidung kamu pake tangan kamu itukan?"

" iya, emangnya kenapa ?"

" itu ingus lo masih nempel ditangan lo, mau meper apa mau ngusap coba?"

" ihhhh jahat, kan maksud aku baik." riana kembali menundukan wajahnya.

" eelleeehhh gitu aja baper......." aku meledeknya, mencolek - colek dagunya untuk menggodanya.

" ih apa sih rese.... jjaahhaatt... " riana bersungut - sungut manja.

" udahan ya nangisnya cuma mimpi kok, jelek kaya begitu, nanti ingusnya berkerak di idung kamu, trus pas dilap idungnya merah, matanya bengep, rambutnya acak - acakan, kombo nanti jeleknya." kini aku memeluknya mencoba memberi kehangatan, mentransfer energi positiveku untuknya, yasudahlah dengan ingusnya yg menempel di bajuku, orang cantik mungkin butuh sesekali untuk nampak tidak enak dipandang, asal jangan sering - sering.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

hhaaaaiii haaaiii genk, happy week end, kuuyyy kuyyy pacaran, bermanis manis ria sama sang kekasih..

bunny... aku otw ke kamu buat makan siang bareng, abang grabfoodnya udah mau sampe tempat kamu anter makan ( balada promoan grabfood lebih murah)
.
.
.
.

BrianaWhere stories live. Discover now